Di kompleks perumahan kami air PAM cukup baik, tekanan maupun kualitasnya. Selain itu air tanah juga baik, dalam arti kualitasnya bisa diminum (pernah diperiksakan kualitasnya ke laboratorium PAM) dan sumurnya tidak dalam. Enam meter sudah ketemu air, sehingga  tidak memerlukan jetpump.
Ketika kami pindah ke rumah kami yang sekarang ini dua puluh tahun yang lalu, kami berlangganan PAM, membuat menaran air, dan mengebor sumur pompa.
Karena air pump sangat baik, maka sumur pompa, pompa air, dan menara air terlupakan. Nganggur. Sampai dua tahun kemudian ada  bahwa PAM akan malakukan perbaikan dan peningkatan kapasitas pompa agar dapat melayani rumah-rumah baru yang bertumbuhan disekeliling kompleks kami. Gak tanggung-tanggung, katanya air PAM akan mati selama seminggu. Kalau saya dirut PAMnya, maka saya akan mempersiapkan peristsiwa ini sebaik-baiknya, sehingga air PAM hanya akan mati selama beberapa jam saja. Tapi sudahlah, kami toh punya sumur pompa dan pompanya.
POMPA SUMUR
Sehari sebelum air PAM mati saya menyalakan pompa air kami. Macet. Cuma bunyi mendengung, tapi tidak berputar. Pompa kami bentuknya seperti ini.
Saya lepas pelindung kipas di bagian belakang motor listrik pompa agar saya dapat memutar poros pompa dengan memutar kipas dengan tangan. Macet. Terpaksa harus membuka impeler.
Saya buang tekanan dan air yang ada dalam tabung udara, sambungan pipa sumur saya lepas, sehingga pompa bisa dibawa ke garaasi untuk dioperasi.
Hanya ada tiga baut yang perlu di lepas pada penutup impeler, dan dengan bantuan obeng minus sebagai pengungkit, tutup impeler bisa saya lepas.
Dua puluh tahun yang lalu HP belum ada kameranya, jadi saya ambil gambar dari  untuk memperlihatkannya.
Sela-sela antara impeler dan casing pompa dipenuhi kerak lumpur yang telah mengeras, berwarna coklat tua. Dikorek-korek saja tidak cukup, sehingga impeler terpaksa saya lepas dengan susah payah. Pompa dengan impeler seperti ini namanya pompa regenerative turbin. Pompa regenerative turbin cocok untuk laju alir kecil dan tekanan tinggi (2 kg/cm2 itu untuk ukuran diameter impeler yang cuma 6 cm termasuk tinggi).
Setelah impeler terlepas, ketahuan juga bahwa lumpur yang telah mengeras menyelimuti sekeliling mechanical seal. Seal-nya sendiri masih baik.
Ini gambar mechanical seal. Yang kanan itu bagian stator. Yang putih itu terbuat dari keramik, licin permukaannya, dibungkus oleh karet hitam. Stator dilekatkan ke lubang poros pompa pada badan pompa, karet hitam membuatnya kedap udara.
Yang kiri adalah rotor. Lingkaran kecil kehitaman mungkin terbuat dari karbon, sangat licin juga, sehingga gesekannya dengan bagian putih stator hampir tidak memberikan hambatan, dan, fungsi yang sesungguhnya, kedap udara. Bagian hitam dari rotor adalah karet yang melekat pada poros pompa. Poros pompa juga dibuat sangat licin, sehingga karet rotor dan poros pompa juga kedap udara.
Kalau mechanical seal bocor, maka pompa tidak dapat menghisap air.
Setelah impeler lepas, maka seharusnya rotor mechanical seal juga lepas. Tetapi karena ada endapan keras dibagian luarnya, rotor menempel ke stator. Setelah digoyang sedikit pegasnya  barulah rotor lepas dari statornya. Stator tetap melekat ke badan pompa.
Kesimpulan: pompa sumur yang tidak digunakan dalam waktu lama bisa macet. Apalagi kalau air sumurnya mengandung butiran tanah merah yang lama kelamaan mengendap jadi seperti semen.
MENARA AIR
Menara air kami setinggi tujuh meter dari dek tempat jemuran. Dek itu setinggi plafon rumah kami. Jadi tinggi total menara air dari tanah sekitar sepuluh meter, sehingga dapat memberikan tekanan sebesar 1 kg/cm2 pada air di dalam pipa di rumah kami yang hanya satu lantai. Tekanan segitu menghasilkan aliran air yang bagi kami cukup untuk digunakan mandi dengan shower.
Air PAM naik ke atas dengan tekanannya sendiri (tekanan air PAM di tempat kami sekitar 2 kg/cm2). Kami menggunakan air dari menara air. Bila air PAM mati sebentar, satu atau dua jam, kami punya cadangan air sekitar 1000 liter di menara.
Bila tangki menara penuh, air PAM dihentikan alirannya oleh keran otomatis yang biasa digunakan di toilet. Pemasangannya seperti gambar berikut ini.
Keran otomatis semacam ini hanya baik bagi air yang bersih. Kalau ada pasir masuk ke keran ini maka keran tidak dapat menutup. Selama kami menggunakan air PAM, bersih, keran ini tidak rewel.
Kami juga menyambungkan pompa kami untuk mengisi tangki. Pompa juga bekerja otomatis dengan bantuan keran otomatis ini. Pernah kami menggunakan pompa selama beberapa hari untuk mengisi tangki. Suatu ketika kami dapati tangki air kami luber karena pompa tidak mau berhenti. Saya kira pressure switch-nya konslet. Ternyata pressure switch baik-baik saja, tapi keran otomatis di menara air tidak mau menutup.
Keran otomatis (fill valve) yang pada waktu itu saya pasang adalah Fluidmaster 200. Ini benda presisi, dengan prinsip kerja yang agak rumit.
Bagian hitam pada gambar adalah diapfragma karet yang akan membuka lubang pengisian bila pelampung turun, dan menutup lubang pengisian bila tangki penuh. Di bagian tengah diapfragma itu ada spindel stainless steel dengan guratan di bagian bawah dan takik di atasnya.Â
Kalau pelampung naik, spindel turun. Guratan bagian bawah menyebabkan air masuk ke bagian atas diafragma, lalu memenuhi ruang di atas diafragma. Sementara itu takik pada spindel juga turun, sehingga bagian atas diafragma tersumbat. Kedua sisi diafragma terisi air dengan tekanan yang sama.Â
Namun permukaan diafragma bagian atas yang terkena tekanan air lebih luas dibandingkan diafragma bagian bawah. Maka diafragma tertekan ke bawah, menutup lubang pengisian. Kalau ada sebutir pasir saja terjepit di bagian bawah diafragma ini, dia tidak dapat menutup rapat, sehingga air terus mengalir.
Bila pelampung turun, maka takik pada spindel akan naik, membuka jalan bagi air dari bagian atas diafragma untuk lepas keluar. Guratan pada bagian bawah juga naik, sehingga  lubang bagian bawah diafragma tertutup oleh spindel. Tekanan bagian atas diafragma hilang, maka tekanan air dari bawah akan membuat diafragma melengkung, memberikan jalan bagi air untuk mengisi tangki.
Ini gambar diafragma yang saya maksud.
MEMINDAHKAN TANGKI KE DEK
- Istri saya kepingin pompa sumur selalu dioperasikan, menjadi sumber air utama, sehingga PAM menjadi cadangan. (Katanya: air PAM makin mahal. Saya pikir: listrik juga makin mahal. Tapi saya bukan suami yang suka mendebat istrinya).
- Tangki yang berada pada menara setinggi 7 meter membuat operasi pemeriksaan atau perbaikan keran-otomatis menjadi sulit.
- Air sumur kami mengandung pasir dan butiran tanah liat, sehingga pasti akan sering terjadi gangguan terhadap katup otomatis.
- Maka tangki air harus dipindahkan ke bawah, ke dek tempat jemuran, supaya pemeliharaan katup-otomatis bisa dilakukan dengan nyaman.
Karena menurunkan tangki juga bukan pekerjaan mudah, maka diputuskan untuk memasang tangki baru di dek jemuran. Kapasitas tangki turun jadi 500 liter, karena tangki 1000 liter tidak bisa naik tangga putar. Terlalu lebar.
Tangki baru yang Cuma 3,5 meter di atas permukaan tanah hanya memberikan tekanan 0,35 kg/cm2. Wastafel dan shower kan tidak dipermukaan tanah. Jadi tekanan tersisa tinggal kira-kira  0,2  kg/cm2. Air Cuma menetes.
"Pake pompa pendorong, dong", ujar istri saya.
Sebagai suami yang baik saya segera memesan pompa pendorong dari toko daring, sehari sampe.
Melihat spesifikasi pompa pendorong di internet, saya tidak yakin ada pompa pendorong yang sanggup memenuhi tuntutan kami. Tapi pompa dari toko daring sudah sampai, dan segera saya pasang. Ini pompa pendorong saya.
Pompa ini dinyalakan oleh aliran awal air. Pompa berfungsi untuk keran di wilayah sekitar tangki. Kalau keran di kamar mandi yang jauh dari tangki, air cuma menetes. Flow switch tidak terpicu, pompa diam saja.
Saya bertindak cepat untuk mengatasi masalah ini dengan memesan lagi jetpump 500 watt, hari itu juga diterima. Tapi flowswitchnya baru esoknya. Flow switch bukan akesoris strandar Jet pump.
Jetpump tidak akan saya gunakan sebagai jetpump, karena air dari tangki tidak memerlukan jet atau ejector. Lubang keluaran untuk memasok air ke ejector saya sumbat saja. Saya pilih jetpump karena kapasitasnya besar dan tekanannya juga lumayan, dan tipenya sentrifugal (bukan regenerative turbin). Pompa sentrifugal mengambil daya sebanding dengan laju alir. Berbeda dengan regenerative turbin yang mengambil daya paling besar ketika tidak ada aliran.
Saya sudah perhitungkan, dengan jetpump kami tak akan kekurangan aliran bahkan kalau ketiga kamar mandi kami dipergunakan pada waktu yang sama.
SISTEM PENGENDALI POMPA
Jetpump datang dengan pressure switch dan check valve. Pressure switch harus digunakan sebagai starter, karena flow switch tidak akan bekerja untuk keran yang jauh.
Satu lagi persoalan dengan flow switch, yaitu kapasitas arus listriknya sangat kecil. Tidak semua flow switch cocok untuk mengalirkan arus langsung ke kumparan motor listrik. Salah-salah motornya terbakar karena kekurangan tegangan (kekurangan tegangan, putaran kurang, tegangan balik kurang, arus stator naik. Lama-lama terbakar).
Saya tidak akan mengambil resiko motor jetpump saya terbakar karena flowswitch. Oleh karena itu saya menambahkan penguat arus untuk flowswitch dalam bentuk TRIAC. Flowswitch tidak mengalirkan arus yang besar, tetapi hanya menjadi pemicu TRIAC agar mengalirkan arus. Rangkaian listriknya menjadi seperti berikut ini:
Pada saluran hisap pompa dipasangi check valve, sehingga ketika pompa berhenti tekanannya tetap terjaga.
Cara kerjanya seperti ini:
- Ketika semua keran tertutup, maka pompa akan berhenti, karena baik pressure switch maupun flowswitch akan terbuka.
- Ketika salah satu keran dibuika, maka tekanan akan turun, sehingga pressure switch menutup, pompa jalan.
- Karena pompa jalan, maka aliran akan membuat flowswitch tertutup, memicu TRIAC untuk mengalirkan arus.
- Saya sengaja menyetel pressure switch pada tekanan rendah, sehingga begitu pompa menyala pressure switch segera terbuka kembali. Tetapi karena ada Flowswitch dan TRIAC, maka sekalipun pressure switch terbuka pompa akan tetap bekerja sampai aliran terhenti ketika semua keran tertutup.
- Yang terjadi seperti ini: ketika keran dibuka, pressure switch akan bunyi "cetrek!" menyalakan pompa. Setelah beberapa saat akan terdengar pressure switch berbunyi "cetrek" lagi, kali ini membuka. Tetapi selama aliran air cukup untuk mengaktivasi flowswitch, pompa akan terus bekerja. Kalau aliran berhenti maka pompa akan berhenti juga.
- Sistem ini akan membuat pressure switch awet, karena ia hanya bekerja menyalakan pompa. Tugas mematikan pompa diambil alih oleh TRIAC. Yang merusak pressure switch adalah peristiwa pwmutusan arus, karena pada saat itu dapat terjadi bunga api pada permukaan kontak switch. Bunga api menggerogoti kontak.
Demikianlah paparan saya mengenai sistem air di rumah kami. Detail lainnya mengenai perpipaan dan pemilihan sumber air (pompa, PAM, Tangki) akan saya coba buat nanti.
Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H