Mohon tunggu...
Taufik Mahlan
Taufik Mahlan Mohon Tunggu... profesional -

64 th.\r\n

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Menghemat Devisa dengan LNG

13 September 2018   14:44 Diperbarui: 13 September 2018   15:26 739
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertamina telah memiliki ratusan Terminal BBM di seluruh Indonesia, kecil maupun besar. Terminal LNG baru ada satu, di Arun, Aceh. Pulau Jawa, yang merupakan konsumen BBM terbesar di Indonesia, belum memiliki Terminal LNG.

Setelah ada terminal LNG, maka perlu disiapkan juga sarana distribusi LNG. Mirip dengan BBM, distribusi dapat dilakukan dengan menggunakan truk dan kereta api. Hanya saja tangki truk LNG lebih mahal dibandingkan dengan tangki BBM.

Truk tangki LNG mendistribusikan LNG ke konsumen industry dan SPBG-LNG  (Stasiun Pengisian Bahan bakar Gas dan LNG). SPBG-LNG dapat dibangun dimana saja, tidak tergantung kepada ketersediaan pipa gas, asal bias didatangi truk tangki LNG. Persis seperti SPBU.

SPBG-LNG dibangun di setiap kota besar di jalur pantura untuk melayani angkutan barang dan orang. Di setiap kota besar SPBG-LNG dibangun di ujung-ujung trayek angkot.

Konsumen industri harus mempunyai tangki penyimpanan  LNG dan system regasifikasi LNG.

Kendaraan juga harus memiliki tangki LNG, regasifikasi, dan sitem injeksi gas.

Pembiayaan infrastruktur LNG

Katakanlah kita sekarang mengkonsumsi BBM setara 1,3 juta barel minyak mentah perhari, 30 persennya impor. Kalau LNG menggantikan 1% saja konsumsi BBM, maka impor minyak mentah dapat dikurangi sebanyak 3%, atau sebanyak 12.000 barrel perhari, atau 4,2 juta barel per tahun. Devisa yang dihemat pada harga minyak mentah USD 65 per barrel adalah sekitar  USD 280 juta (Rp. 4 triliun) per tahun. Nilai ini diperkirakan cukup untuk membangun infrastruktur LNG yang diperlukan.

Pembangunan infrastruktur mungkin memerlukan waktu sekitar 3 tahun, dan substitusi 1% BBM dengan LNG tercapai 3 tahun kemudian.

Pembangunan infrastruktur LNG oleh swasta terkendala oleh perhitungan keekonomian. Bila infrastruktur disiapkan oleh pemerintah, pihak swasta pasti akan sangat berminat menjalankan perniagaannya, dan harga LNG secara signifikan akan lebih rendah dari harga rata-rata BBM dalam kesetaraan energi. Selisih harga ini  menjadi insentif bagi pengguna untuk mengonversi penggunaan BBM menjadi LNG, karena investasi peralatan LNG akan terbayar dalam waktu singkat. Bonus yang akan kita terima bersama adalah lingkungan yang lebih bersih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun