Mohon tunggu...
Tri Yuliawan
Tri Yuliawan Mohon Tunggu... -

Belajar jadi wirausahawan, melepas jadwal rutinitas perkantoran

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bersama Membangun Negeri Menjadi Semangat Ruang Jingga untuk Melakukan Perubahan

28 Juli 2017   08:23 Diperbarui: 28 Juli 2017   09:17 468
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bangsa Indonesia mulai memasuki usia yang tidak muda lagi jika manusia sebagai takaran kekuatan menjalani kehidupan. Tetapi dari sisi universal, memasuki usia 72 tahun merupakan waktu yang cukup mampu menjadikannya lebih kuat. Kebebasan dan kemakmuran yang diusung oleh para pejuang dahulu, rasanya hingga kini belum bisa sempurna kita rasakan. Kenyamanan dan kemapanan hanya milik mereka yang ada di perkotaan, sebagai pusat ibukota daerah memang seharusnya bisa lebih besar dan lebih maju dari daerah-daerah sekitarnya. 

Sebagai daerah yang ingin terlihat lebih maju perlu melihat kembali daya dukung infrastruktur di setiap pelosok daerahnya. Terutama infrastruktur jalan penghubung antar kota dan desa. Sebagai bahan pembicaraan di rubrik ini adalah mengapa sulitnya infrastruktur perdesaan di Lampung belum bisa mencapai 90%. Saya mengambil contoh yaitu kabupaten Pesawaran.

Kabupaten Pesawaran berada dekat dan berbatasan langsung dengan kotamadya Bandar Lampung. Kabupaten ini mengelilingi beberapa pegunungan, salah satu pegunungan Betung sebagai Taman Hutan Rakyat dan kawasan register (milik negara). Ada banyak kantong-kantong desa sejak 30-40 tahun silam sudah menempati beberapa perbatasan kawasan. Kontur tanah berupa lembah dan lahan yang luas sangat cocok untuk perkebunan dan perladangan masyarakat sekitar. Dan ketersediaan sumber air yang merupakan kebutuhan utama dalam mengelola perladangan. 

Pemerintah mengalami kesulitan jika lokasi desa ada di lembah dan kondisi akses jalan sangat miring dan terjal. Penggunaan alat berat di ujicobakan untuk peningkatan mutu jalan. Jika alat berat tidak sanggup, maka pembuatan akses jalan menuju pemukiman dilakukan secara manual (tenaga manusia semua). Jalan batu telford/onderlagh sebagai pondasi jalan dikerjakan masyarakat secara massal terutama di kondisi jalan yang miring dan disamping jurang. Pegunungan sebagai tempat keberlangsungan kehidupan masyarakat sekitar menjadi lawan berat untuk ditaklukkan.

Bersama membangun negeri

Kondisi akses jalan yang belum memadai tidak akan menghentikan perjalanan hidup dan perputaran generasi di perdesaan kawasan pegunungan ini. Selama mereka masih bisa sanggup melewatinya dan jika alampun mengizinkan, semua bisa dijalani dengan keikhlasan dan penuh rasa bersyukur. Selain memikirkan kondisi aksea jalan menuju kota ada hal yang ternyata menjadi sumber kekuatan masyarakat ini tetap menjalankan kehidupannya. Pendidikan merupakan tugas bersama untuk generasi bangsa yang lebih baik.

Desa Pancur di kecamatan Teluk Pandan kabupaten Pesawaran merupakan salah satu desa dengan akses jalan yang cukup sulit untuk bisa lebih baik lagi. Kenapa begitu? Desa ini di kelilingi oleh 3 aliran sungai yang bila musim hujan datang, kegiatan masyarakatnya akan terhenti sesaat. Tidak cuma jalan yang layak, infrastruktur jembatan sangat dibutuhkan sekali. Didalam pegunungan ini, masyarakat desa Pancur berjumlah +/- 200 KK ini memanfaatkan lembah sebagai perladangan dan perkebunan. 

Terdapat Madrasah Ibtidaiyah Al Falah, sekolah tingkat dasar swasta yang diasuh oleh Kementrian Agama. Tidak ada sekolah negeri di desa ini, mereka harus melewati 3 sungai tersebut untuk bisa sekolah di kota, sekitar 1 jam. Hanya ada 2 lokal yang baru dibangun untuk menampung 6 kelas (sekitar 39 murid). Ada 2 kelas di bangunan sebelahnya dengan kondisi rusak parah dan tidak bisa digunakan untuk aktifitas belajar dan mengajar. Bangunan yang dibangun sejak tahun 1980 itu , sebagian atap gentingnya pecah, dinding kelas yang retak dan berlumut serta kusen pintu jendela yang tidak utuh lagi. Kenyamanan yang tidak bisa diperoleh lagi oleh anak-anak di sekolah ini, memaksakan sistem belajar apa adanya. Ditambahkan lagi dengan kekurangan media belajar anak-anak dan guru, antara lain :

1. Buku pelajaran umum tingkat SD kelas 1-6  

2. Alat bantu mengajar seperti mistar panjang, jangka dan busur

3. Media bantu belajar seperti poster biologi, hewan dan tumbuhan, peta dunia dan alat-alat olahraga

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun