Manusia dengan kesadarannya berusaha menambah ilmu, menambah gelar tetaplah manusia dalam keterbatasannya. Itulah sebabnya salah satu studi yang paling menarik , tidak akan kehabisan tema ,tidak akan pernah tuntas adalah studi tentang manusia itu sendiri.Â
Berbagai disiplin ilmu seperti  teologia, filsafat, antropologi, psikologi, sosiologi, hypnoterapi  telah mencoba melakukan kajian secara ilmiah dalam bentuk terpisah atau pun kolaborasi bersama, manusia tetaplah hanya menemukan kesimpulan bahwa manusia itu terselubung penuh misteri.
Pertanyaan : siapakah saya ?
Pertanyaan penting yang sering dianggap mendasar untuk membongkar identitas diri manusia adalah melalaui pertanyaan " Siapakah saya ?" (Who am I ?). Jawaban atas pertanyaan tersebut tetaplah tidak akan memuaskan bagi dirinya dan bagi orang lain.Â
Sekalipun menolong memberikan sedikit jawaban namun hanya bersifat dangkal, tidak memuaskan dan tuntas mewakili jati dirinya, tetaplah sebuah misteri.Â
Namun demikian pertanyaan ini juga penting diajukan kepada setiap orang pada dirinya sendiri tujuannya adalah untuk mendapatkan kesadaran dan kejujuran, jika ia sehat harus malu dengan dirinya sendiri. Menjadi sebuah alat uji kapasitas dan kualitas yang disandangnya yang ternyata bertentangan norma ataupun kewajaran.
Manusia menciptakan kelucuan bagi dirinya sendiri.
Berbagai usaha manusia untuk  mengungkapkan hidupnya yang misteri itu terkadang menimbulkan lelucon bahan tertawaan dalam  kebodohannya diatas panggung, dimuka umum atau dihadapan anak-anaknya.
Belajar dari  seorang Diogenes  seorang filsuf yang berkata " Saya mencari manusia"
Diogenes adalah seorang filsuf yang termasuk aliran filsfat Cynicus yang memiliki aliran pemikiran memakai penalaran ironis dan sinis. Diogenes melakukan hal demikian dalam usahanya untuk menemukan jawaban misteri  yang hakiki tentang apa, siapakah manusia itu sebenarnya.Â
Diogenes sepertinya memiliki anggapan bahwa manusia itu sesungguhnya bukan hanya yang terlihat  bentuk fisiknya secara biologis. Dalam penalarannya yang dianggap tidak wajar secara sinis dan ironis, Diogenes pada suatu hari ditengah siang hari bolong dengan membawa lampu diantara  kerumunan orang banyak di jalan raya ia berterik " Saya mencari manusia ".