Mohon tunggu...
Triyono Abdul Gani
Triyono Abdul Gani Mohon Tunggu... Bankir - Direktur Eksekutif Otoritas Jasa Keuangan

Deadly combination dari Jawa dan Sunda

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Lemah? Lawan dengan Strategi

10 Desember 2018   10:10 Diperbarui: 10 Desember 2018   10:41 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jagad pemberitaan akhir-akhir ini dan ke depan akan banyak dihiasi oleh berita olah raga tingkat dunia. Perhelatan kejuaraan piala dunia sepak bola baru saja berakhir dan juara dunia sepak bola tahun 2018 sudah kita ketahui. Bulan Agustus 2018 juga Indonesia akan menjadi tuan rumah dari perhelatan olah raga terbesar se-Asia. Jadi memang semangat olah raga akan terus menggelora. 

Yang unik di bidang olah raga adalah mengenai adanya kompetisi dan prestasi. Citius, altius, fortius adalah motto Olimpiade yang kurang lebih berarti lebih cepat, lebih tinggi dan lebih kuat. Motto tersebut diperkenalkan oleh Baron Pierre de Coubertine sang pendiri Komite Olimpiade Internasional pada tahun 1894.

Banyak cabang yang bisa dimainkan. Ada permainan perorangan maupun tim. Ada juga yang menuntut ukuran tubuh yang tinggi dan tidak. Sepak bola hanya salah satu cabang yang sekaligus menuntut adanya kerjasama tim yang baik dibarengi dengan ukuran fisik yang tinggi. 

Dari segi ukuran fisik manusia Indonesia, secara rata-rata memang lebih pendek dibandingkan dengan bangsa Eropa. Menurut data, rata-rata tinggi badan tertinggi adalah Belanda dengan tinggi rata-rata 1,84 m. Sedangkan orang Indonesia termasuk bangsa terpendek baik di dunia maupun di ASEAN. Rata-rata penduduk Indonesia tingginya adalah 1,58 m.

Sepertinya sekarang terjawab kenapa Indonesia sulit punya tim sepakbola yang hebat atau tim olah raga lain yang memerlukan tinggi badan. Skill memang penting. Kerjasama tim juga harus. Tapi rasanya pengaruh ukuran fisik juga menjadi salah satu faktor utama. 

Atlet Lalu Muhammad Zohri yang baru saja meraih medali emas sebagai juara dunia di ajang lari 100 meter kategori U-20, juga memiliki tinggi badan lebih dari 170 cm. Bukti lain bahwa ukuran fisik itu penting. 

Walaupun faktanya bangsa Indonesia adalah bangsa dengan tinggi badan terendah, kita tidak perlu kecil hati. Untuk cabang olah raga tertentu kita membuktikan bahwa kita bisa bersaing. Dan kelemahan fisik dan teknik bisa juga dikompensasi dengan strategi. 

Dengan strategi yang baik kita bisa unggul. Kecerdikan bisa mengatasi kelemahan. Cerdik dalam menentukan susunan pemain, cerdik dalam mengatur strategi permainan. Pokoknya cerdik dalam segalanya. 

Jadi susunlah strategi dengan baik. Pahami kekurangan lawan. Manfaatkan ketidaksempurnaan lawan. Di situlah kita harus memperkuat upaya kita. Langsung menusuk pada titik lemah lawan. 

Bagaimanapun juga keberhasilan tim itu tidak hanya ditentukan oleh kemampuan per individu. Kolaborasi menjadi kata kunci. Manajemen tim yang baik diikuti dengan kekompakan tim, pasti bisa dengan mudah menentukan strategi permainan. Dalam kerjasama Tim, kontribusi masing-masing anggota tim juga sangat penting, seperti yang dikemukakan dalam sebuah quote (anonim) : "In a 4100-metre relay race, one runner starts before the other, but in the end it's the sum of the four runners that determines performance".

Kalau manajemen olah raga kita sudah amburadul, pasti kita tidak akan punya tim yang baik. Tentu saja strategi kita juga menjadi amburadul. Pembinaan tim juga acak-acakan. Jangan harap kita bisa berjaya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun