Mohon tunggu...
Triyono Abdul Gani
Triyono Abdul Gani Mohon Tunggu... Bankir - Direktur Eksekutif Otoritas Jasa Keuangan

Deadly combination dari Jawa dan Sunda

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Sosok Pancasilais

4 Juni 2018   09:25 Diperbarui: 4 Juni 2018   09:36 874
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tulisan ini diawali ketika ada debat di kantor mengenai apakah tanggal 1 Juni itu hari libur atau bukan. Karena sebagian teman belum meyakini kalau tanggal 1 Juni itu hari libur. 

Selain itu, pembicaraan juga terkait upacara di bulan puasa yang relatif bikin tambah enggan upacara. Ada yang berpendapat bahwa nasionalisme dapat dipupuk walaupun tidak melalui upacara. Tapi tulisan ini bukan mengenai upacara. Jadi, kita kesampingkan dulu hal tersebut.

Bagi yang baru mengetahui, tanggal 1 Juni ditetapkan sebagai hari libur nasional sejak 1 Juni 2017. Jadi tanggal 1 Juni 2018 adalah kali kedua kita memiliki libur nasional untuk memperingati hari lahir Pancasila. 

Yang jadi pemikiran saya adalah bahwa saya sudah pernah mengikuti program pelatihan P4 dan belajar mengenai Pancasila itu sejak awal sekolah dulu. Sejak lebih dari 40 tahun lalu. Banyak sekali pelajaran dan pedoman yang dipelajari. Pola pelatihan 100 jam disertai dengan role play. Semua itu, malah membuat bingung. Overwhelmed barangkali. 

Sebagai manusia yang ingin serba praktis, tentunya yang dicari adalah tuntunan yang lebih mudah diterapkan. Pedoman praktis yang bisa menggambarkan Pancasila itu apa. 

Sebagaimana hari besar lain, di group obrolan dunia maya pun dibahas mengenai butir-butir yang menjelaskan setiap sila. Tetapi bagi saya tetap saja itu terlalu panjang dan membingungkan. Bahkan dengan menghafal dan menyebutkan kalimat yang panjang dari tiap sila pada saat upacara, rasanya masih belum mengkristal. 

Sampai akhirnya saya menemukan rumusan Pancasila yang simple dan sederhana, istilahnya sangat praktis dan sesuai dengan zaman now yang serba praktis. Rumusan Pancasila itu dikemukakan dalam Pidato Presiden Soekarno di depan Kongres Amerika. 

Sang Proklamator menyampaikan bahwa Pancasila itu ada lima prinsip dasar, yaitu :

  1. Believe in God
  2. Humanity
  3. Nationality
  4. Democracy
  5. Social Justice

Rasanya bagi kita sudah sangat gamblang dan jelas. Bukan karena menggunakan bahasa Inggris, tapi satu kata yang digunakan sudah cukup menggambarkan makna tiap sila. Tidak perlu kita berpanjang lebar untuk mengetahui esensi Pancasila. Tidak perlu pedoman yang terlalu detail untuk menghayati nya. Pedoman singkat seperti itu sangat memadai sebagai langkah awal pemahaman yang kuat. Setelah ini bisa juga dilengkapi training pola 100 jam atau lebih. 

Prinsip sederhana ini, mudah juga diterapkan. Saya contohkan bahwa manusia yang Pancasilais adalah yang religius, memanusiakan manusia, nasionalis, menjunjung demokrasi dan sangat mendukung kesetaraan. That's it. Ada semua di pidato Bung Karno. Benar-benar nilai yang luhur. 

Dalam kehidupan bernegara tentu saja akan lebih relevan lagi. Karena negara itu merupakan sebuah kelompok sosial (Kamus Besar Bahasa Indonesia) dan merupakan kumpulan manusia, maka dengan individu yang Pancasilais akan tercipta negara yang Pancasilais. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun