Mohon tunggu...
Triyono
Triyono Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Salam lestari

Selanjutnya

Tutup

Nature

Upaya Mengurangi Sampah Plastik

28 November 2020   19:17 Diperbarui: 28 November 2020   19:36 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Plastik merupakan produk serbaguna, ringan, fleksibel, tahan kelembaban, kuat dan relatif murah. Karena berbagai  kemudahan tersebut, banyak barang dan peralatan terbuat dari plastik. Akantetapi penggunaan plastik yang berlebihan, tidak ramah lingkungan dan pembuangannya yang sembarangan justru menimbuklan kerusakan lingkungan hidup. Sampah plastik masih menjadi masalah utama dalam pencemaran lingkungan di Indonesia dan dunia. Sifat sampah plastik yang tidak mudah terurai inilah yang membahayakan lingkungan apabila dibuang sembarangan, dalam pengolahannya juga menimbulkan toksik dan bersifat karsinogenik. Butuh ratusan hingga ribuan tahun agar sampah plastik bisa terurai secara alami.

Dewasa ini Pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh sampah plastik semakin menghawatirkan. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya mengakibatkan banyak sampah berada di tempat yang tidak semestinya, seperti sungai, selokan, laut, lahan kosong, dan sebagainya. Hal tersebut menyebabkan terganggunya ekosistem kehidupan, seperti menurunnya kualitas  pada ekosistem air. 

Banyak sekali sampah yang dibuang ke dalam air, seperti laut, sungai dan selokan. Pencemaran air sungai menyebabkan ketidak bergunanya manfaat air untuk kebutuhan sehari hari seperti untuk kegiatan MCK ( Mandi, Cuci, Kakus ) dan untuk irigasi pertanian.  Contohnya dahulu orang-orang mandi di sungai namun semakin kesini semakin hilang kegiatan tersebut. 

Penyebab dari hilangnya aktivitas tersebut karena kualitas air menurun dan sangat kotor karena telah tercemar, baik oleh sampah, limbah rumah tangga, dan limbah industri. Bahkan banyak sungai-sungai di Indonesia yang keadaannya tergolong sangat tercemar. Dilansir dari antaranews.com sungai di Indonesia yang kondisinya tercemar dan kritis mencapai 82 persen dari 550  sungai yang tersebar di seluruh Indonesia sehingga airnya tidak layak untuk dikonsumsi.

"Dari lebih 550 sungai itu, 52 sungai strategis di Indonesia dalam keadaan tercemar, di antaranya Sungai Ciliwung di DKI Jakarta dan Sungai Citarum di Jawa Barat," kata Direktur Forest and Freshwater dari World Wide Fund for Nature (WWF) Indonesia Irwan Gunawan dalam diskusi "Bersama Menjaga Air Sumber Kehidupan" dalam memperingati Hari Air Sedunia yang jatuh pada 22 Maret, Jakarta, Jumat. seperti Sungai Citarum di Jawa Barat yang masuk dalam daftar sungai paling tercemar di dunia. 

Sungai Citarum dipenuhi dengan sampah, dan yang paling dominan adalah sampah plastik, bahkan sangking banyaknya sampah di Sungai Citarum airnya sampai tidak terlihat karena tertutup oleh sampah. Karena sudah tercemar berat air Sungai Citarum sudah tidak bisa di gunakan untuk hal apapun karena telah mengandung toksik, polutan berat, serta bakteri yang sangat berbahaya untuk kesehatan. Hal itu terjadi tidak lain karena masalah pembuangan sampah yang tidak pada tempatnya.

Pencemaran lingkungan pada ekosistem air pada sungai adalah yang paling buruk, dilansir dari Suara.com - Tenaga kebersihan atau bisa disebut pasukan oranye Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Provinsi DKI Jakarta berhasil mengumpulkan sebanyak 400 ton sampah setiap harinya. Sampah-sampah itu didapat dari belasan sungai yang ada di seluruh wilayah DKI Jakarta. Hal ini membuktikan bahwa pencemaran ekosistem pada sungai sangatlah buruk.

Pencemaran lingkungan pada sungai akibat sampah menyebabkan ekosistem air sungai terganggu, seperti menurunnya kualitas air pada sungai yang tidak bisa digunakan untuk kebutuhan rumah tangga tanpa difilter atau sterilisasikan terlebih dahulu, Hal ini juga berdampak pada ekosistem ikan air tawar. Ikan air tawar tidak dapat bertahan pada lingkungan yang kotor.

Pencemaran lingkungan akibat sampah tidak hanya pada sungai saja, namun juga pada laut.  Menurut World Economic Forum pada 2016 menyatakan ada lebih dari 150 juta ton plastik di samudra planet ini. Tiap tahun, 8 juta ton plastik mengalir ke laut. Padahal plastik bisa berumur ratusan tahun di lautan dan terurai menjadi partikel kecil dalam waktu yang lebih lama lagi. Plastik bakal terakumulasi terus dan terus di laut. 

Hal ini sangatlah berdampak pada ekosistem laut,  yang berakibat pada berkurangnya jumlah ikan dan makhluk hidup di laut. banyak sekali ikan dilaut memakan sampah karena kurangnya makanan yang Ada di ekosistem laut akibat sumber makanan tidak bisa hidup pada lingkungan yang tercemar. dilansir dari detik.com Seekor paus sperma mati, di perutnya ditemukan sampah-sampah plastik. Lautan memang sudah ternoda oleh sampah plastik  yang terus membunuh makhluk laut. Dilansir dari Republika.co.id sampah plastik telah merusak ekosistem terumbu karang. Hal ini dijumpai saat melakukan pemeliharaan di sepanjang pantai. Tidak hanya ekosistem bawah laut namun ekosistem di sekitarnya juga ikut terganggu, bahkan rusak. 

Contohnya pada burung albartos yang tinggal di sekitar pantai. Dilansir dari Suara.com dari 500.000 anak burung albatros yang lahir setiap tahunnya sekitar 200.000 mati, sebagian besar karena dehidrasi atau kelaparan. 

Anak burung yang mati itu menyimpan sampah plastik di dalam perut mereka. Jumlahnya dua kali lebih banyak jika dibandingkan dengan burung yang mati karena alasan lain. Pasalnya plastik-plastik itu menusuk organ dalam burung, sehingga menimbulkan luka yang mengancam jiwa. Jika bukan karena tertusuk plastik tajam, burung-burung ini mati karena tersedak sampah, dehidrasi, atau kelaparan.

Menurut Indonesia Solid Waste Association (InSWA), sebagaimana dikutip dari Antara, produksi sampah plastik Indonesia sekitar 5,4 juta ton per tahun. Sementara berdasarkan data BPLHD, sekitar 13 persen dari sampah di Jakarta -- 6.000 ton per hari -- adalah sampah plastik, dan 60% berakhir di TPA (Tempat Pembuangan Akhir) tanpa di pilah terlebih dahulu. Hal ini berdampak buruk bagi lingkungan Dan ekosistem yang berada di sekitarnya.

Upaya untuk mengurangi sampah plastik harus terus kita lakukan, untuk menyelamatkan lingkungan kita dari pencemaran. Sehingga tercipta lingkungan yang bersih, aman dan nyaman, serta terciptanya keseimbangan lingkungan. Untuk mengurangi sampah plastik kita bisa memulai dari hal-hal yang sederhana, seperti membuang sampah pada tempatnya, memilah dan mendaur ulang, bawa air minum dari rumah, saat belanja lebih baik bawa kantong yang kokoh dari rumah, mengurangi penggunaan plastik sekali pakai dengan cara menggunakan bahan yang lebih ramah lingkungan. 

Kita juga perlu melakukan 3R yaitu  reduce,reuse, recycle. Limbah plastik juga bisa kita manfaatkan untuk dijadikan barang yang lebih bermanfaat. Ditangan orang yang mempunyai kreativitas serta sadar akan pentingnya mengolah sampah plastik, barang ini akan berguna menjadi sebuah produk. Sebagai contohnya yaitu sampah plastik bungkus kopi yang tadinya hanya bisa di buang, kini bisa dimanfaatkan menjadi sebuah barang yang memiliki nilai jual, seperti tas, karpet dari bungkus kopi dan lain-lain. 

Masih banyak lagi contoh yang lainnya, seperti kantong keresek yang bisa disulap menjadi sebuah bunga yang memilih nilai jual, botol plastik yang diubah menjadi kursi dan meja, dan lain-lain nya. Selain mengurangi jumlah sampah, hal itu juga membawa dampak positif bagi perekonomian masyarakat yang mengolahnya. Hal seperti itulah yang perlu kita tingkatkan.

Kebijakan pemerintah juga sangat di perlukan untuk bisa menangani permasalahan sampah dengan baik. Dikutip dari kompas.com "UU Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah mengamanatkan perlunya perubahan yang mendasar dalam pengelolaan sampah yang selama ini dijalankan. Sesuai Pasal 19 UU tersebut, pengelolaan sampah dibagi dalam dua kegiatan pokok," ujar Djati. Dua kegiatan pokok tersebut adalah pengurangan sampah dan penanganan sampah. Tiga aktivitas utama dalam kegiatan pengurangan sampah antara lain pembatasan timbulan sampah, pendauran ulang sampah dan pemanfaatan kembali sampah.

Salah satu daerah di Indonesia yang sudah bisa mengelola sampah dengan baik ialah kota Surabaya. Di Surabaya sampah sudah dikelola dengan sangat baik, di Surabaya sebelum sampah dibuang di  tempat pembuangan akhir ( TPA ) sampah dipilah terlebih dahulu, baru kemudian sampah yang sudah tidak bisa di manfaatkan dibuang di tempat pembuangan akhir ( TPA ). 

Bahkan di Surabaya botol plastik bisa ditukarkan untuk membeli tiket bus kota. Keberhasilan  kota Surabaya dalam mengatasi masalah pengelolaan sampah itu karena di dukung oleh masyarakatnya yang sadar untuk bisa mengelola sampah dengan baik. Di Surabaya banyak terdapat bank-bank sampah yang menampung barang" bekas dari setiap rumah warga untuk bisa ditukarkan dengan uang. Jadi tidak heran kalau kota Surabaya sangat bersih, rapi, dan menjadi contoh untuk kota-kota lain di Indonesia dalam hal pengelolaan sampah dan penataan kota.

Di Jakarta sekarang juga mulai menerapkan kebijakan untuk menangani sampah, seperti dibentuknya tim oranye dan tim biru untuk menangani masalah kebersihan di Jakarta. Akan tetapi pengelolaannya masih belum baik, 60% sampah-sampah di Jakarta berakhir di tempat pembuangan akhir ( TPA ). Akan tetapi dengan berlakunya kebijakan tersebut kini Jakarta menjadi lebih bersih dan rapi.
Di Bali  pola pengelolaan sampah sudah cukup baik. Sebab warga mau mengumpulkan sampahnya dan membuat bank-bank sampah di sekitar lingkungan tempat tinggal.

Penggunaan kantong plastik juga sudah dibatasi, regulasi tersebut diatur dalam Peraturan Walikota Denpasar No.36/2018 tentang Pengurangan Penggunaan Kantong Plastik dan Peraturan Gubernur Bali No.97/2018 tentang Pembatasan Timbulan Sampah Plastik Sekali Pakai.

Pemerintah Bali juga akan memanfaatkan sampah untuk bahan bakar pembangkit listrik. Dikutip dari  bali.inews.id  "Jumlah sampah di Bali cukup besar dan lebih banyak berasal dari kalangan kelas menengah, sehingga kualitas sampahnya itu kandungan energinya besar. Kalau kandungan energinya besar, kenapa tidak dikelola menjadi bahan bakar," kata Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional dan Kepala Bappenas, Suharso Monoarfa di Denpasar, Bali, Selasa (14/1/2020). Menurut Suharso, kandungan besar dari sampah tersebut akan sangat bermanfaat jika bisa diolah untuk menjadi bahan bakar yang menggerakkan pembangkit listrik.

Misalnya jika sampah tersebut dikelola menjadi pelet. Pelet tersebut selanjutnya dapat digunakan untuk membantu menurunkan emisi pada pembangkit listrik yang menggunakan batubara. "Selama ini pelet memang tidak dibeli dari Bali, tetapi dibeli dari daerah lain oleh PLN," kata pria yang juga politikus Partai Persatuan Pembangunan (PPP) ini.

Suharso berharap pada Bali, karena ia melihat rintisan yang dilakukan provinsi ini terkait dengan kepedulian terhadap lingkungan cukup besar. Salah satunya adalah Pergub pembatasan sampah plastik.

Kita tahu bahwa sampah plastik sangat berbahaya untuk lingkungan apabila kita tidak bijak dalam penggunaan serta pembuangannya. Untuk itu upaya mengurangi sampah plastik harus terus kita lakukan dan kita upayakan demi terciptanya lingkungan hidup yang bersih, aman, nyaman, dan kelangsungan hidup makhluk hidup di bumi ini tetap terjaga. Maka bijaklah menggunakan plastik dan tetap berpikir kritis demi lingkungan kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun