Mohon tunggu...
Triyatni Martosenjoyo
Triyatni Martosenjoyo Mohon Tunggu... -

dosen, arsitek, di Program Studi Arsitektur Universitas Hasanuddin

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Perjalanan ke Sorong & Raja Ampat (2)

10 Juni 2012   04:59 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:10 4279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perkembangan ekonomi akibat pembangunan hampir tidak disikapi oleh pemerintah daerah untuk menyiapkan warganya agar bisa ikut memanfaatkan potensi tersebut. Ketika banyak orang asing datang ke suatu daerah tertinggal, mereka bukan cuma butuh penginapan, melainkan juga butuh makanan yang berkualitas. Karena penduduk lokal tidak memperhatikan masalah ini, semua warung atau rumah makan harus mendatangkan tenaga kerja dari luar. Hasilnya, harga makanan menjadi sangat mahal padahal potensi berlimpah.

Tanggal 1 Juni 2012 yang merupakan hari Lahirnya Panca Sila diisi dengan upacara bersama dengan pramuka Waisai. Baru jam tujuh pagi, di jalanan saya sudah melihat anak-anak berseragam pramuka lewat di depan cottage. Karena saya adalah anggota pramuka, saya sudah diminta sejak awal oleh panitia untuk menyiapkan seragam pramuka. Bertemu dengan sesama pramuka di berbagai daerah selalu membuat saya bergairah. Seakan ada gelombang energi yang menyatukan kami saat bertemu.

Upacara dilangsungkan di halaman Kantor Bupati Raja Ampat. Sayang sekali upacara yang idealnya dimulai jam 08.00 WIT menjadi jam 08.00 WIB. Tidak tega melihat anak-anak SD yang berjemur panas dan diguyur hujan menunggu kehadiran para pejabat Jakarta. Di Indonesia Timur, masyarakat bangun lebih cepat dari orang Jakarta. Menunda acara sesuai jam Jakarta membuat mereka kehilangan banyak waktu untuk aktifitas lainnya. Maju, maju, ayo kita maju!

[caption id="attachment_181843" align="aligncenter" width="491" caption="Semaphore selamat datang"]

1339302301860471474
1339302301860471474
[/caption]

[caption id="attachment_181844" align="aligncenter" width="491" caption="Kami Pramuka Indonesia"]

1339302435772284631
1339302435772284631
[/caption]

Expo pembangunan dilangsungkan di area Pantai WTC. Jangan salah, WTC bukan akronim dari World Trade Center, melainkan “Waisai Tercinta”. Expo pembangunan diikuti oleh sejumlah instansi pemerintah dan swasta. Saya tertarik dengan tenda Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal bidang Invesiasi. Mereka menyediakan banyak sekali permen, balon dan mainan anak-anak. Permen setara dengan “para-para pinang”, sarana perdamaian orang Papua. Jadilah tenda mereka selalu ramai dan penuh sesak oleh pengunjung anak-anak. Kepala deputi mereka kemudian mengadakan lomba Sajojo bagi anak-anak yang berkunjung. Hanya berkisar lima menit, anak-anak sudah membentuk kelompok penari. Saat panitia memutar lagu Sajojo, tarian peserta kompetisi yang energik membuat semua yang hadir ikut bergerak. Luar biasa!

Selama pameran berlangsung, acara juga diisi dengan pawai kelompok kesenian yang ada di Waisai. Seni yang ditampilkan didominasi dengan suling dan tifa. Yang unik, anggota kelompok seni didominasi oleh para kakek nenek. Dengan wajah gelap berkeringat yang berhias cat, mereka sangat bersemangat menghibur penonton walaupun panas sangat menyengat.

[caption id="attachment_181853" align="aligncenter" width="491" caption="Berpose dengan latar belakang gapura Pantai Waisai Tercinta"]

13393040681498373203
13393040681498373203
[/caption]

[caption id="attachment_181854" align="aligncenter" width="491" caption="Pengunjung pameran. Perhatikan, mereka adalah penikmat pinang."]

1339304221815154176
1339304221815154176
[/caption]

[caption id="attachment_181845" align="aligncenter" width="454" caption="Nenek Waisai yang energik"]

1339302560929576268
1339302560929576268
[/caption]

Saya tiba-tiba ingat kalau belum menikmati “papeda” makanan khas Papua. Saya membayangkan, bila dari Raja Ampat ke Sorong dan langsung ke Makassar, saya pasti tidak punya waktu untuk papeda. Maka sibuklah saya bertanya-tanya tentang warung papeda di Waisai. Akhirnya kami bertemu juga rumah makan yang masih menyediakan papeda saat jam tiga siang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun