Mohon tunggu...
Triyanto 'Genthong' Hapsoro
Triyanto 'Genthong' Hapsoro Mohon Tunggu... wiraswasta -

Filmmaker, Storyteller, Dramatic Engineer. Tinggal di Yogyakarta. http://dabgenthong.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pawiwahan Ageng-Sebuah Parameter Eksistensi Kebudayaan

22 Oktober 2013   13:09 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:10 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Euforia Pawiwahan Ageng Pernikahan Putri Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat menjadi 'magnet' kebudayaan sesaat dan menjadi pusat perhatian pemerhati budaya, baik yang berskala nasional bahkan internasional. Tercatat beberapa stasiun televisi nasional ikut mengabadikan acara ini. Tak lupa stasiun TV sekelas NHK juga meliputnya. Lantas apa yang akan didapat dari upacara pawiwahan ageng ini? Apakah sebuah kesadaran tentang kebudayaan adiluhung yang harus diuri-uri atau hanya sebuah dokumentasi spektakuler dengan bungkus dokumentasi kebudayaan?

Sah-sah saja sih ketika tiba-tiba dalam 2 hari ke depan mata para pemerhati budaya tertuju pada kesakralan upacara pawiwahan ageng. Mengamati pernik-pernik detail upacaranya, dan membawa pulang kenangan manis tentang sebuah upacara pernikahan puteri Keraton. Saya sangat mendukung upacara adat ini, karena ada beberapa bagian upacaranya jarang dilakukan oleh warga biasa yang melakukan hajatan. Kelengkapan tradisi inilah yang menjadi magnet. Dibukanya lagi serat-serat yang menceritakan tentang tradisi pernikahan keraton, dipelajari dan ditelaah, tentunya akan menjadi topik bahasan menarik para maestro-maestro kebudayaan.

Kemudian, setelah ini semua selesai, lalu apa? kehidupan harus tetap berlanjut. Kebudayaan sebagai bagian dari peradaban manusia harus bisa didudukkan menjadi roh, bukan sekedar ornamen. Nah problemnya adalah mampukah rakyat Jogja dan Rajanya mampu melakukan ini semua? Sederet masalah sudah menghadang di depan mata. Mulai dari rayahan dana keistimewaan sampai dengan penyikapan terhadap surat ijin pendirian mall dan hotel di wilayah DIY.

Pawiwahan ageng bukan sekedar gebyar perayaan, namun lebih bagaimana kita memaknainya menjadi way of life. Memahami yang tersirat daripada yang tersurat. Akankah keringat para abdi dalem yang mempersiapkan pawiwahan ageng ini akan memiliki kontribusi besar pada sustainability kebudayaan, khususnya di wilayah 'kekuasaan budaya' Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat.? Ataukah hanya akan berlalu dalam dua hari ini dan hanya terekam oleh ratusan kamera para dokumentator. Mungkinkah ini terekam dalam hati kita dan menjadi sebuah introspeksi kebudayaan? Spontanitas warga yang akan menggelar suguhan gratis di sepanjang Malioboro adalah partisipasi nyata dalam sebuah pawiwahan ageng. Setelah selesai lalu apa? Akankah membekas, ataukah sekedar menjadi bagian dari 'ritual ekonomi' sebagai bentuk bakti masyarakat pada kraton?

Semua pertanyaan diatas hanya bisa dijawab oleh waktu. Kita lihat dalam beberapa hari atau minggu ke depan, apakah semua pertanyaan ini akan dijawab dengan baik atau tidak. Ada 'pawiwahan ageng' lain yang sedang 'dipersiapkan'. Perayaan konsumerisme yang berkedok pariwisata melalui 'kadipaten2 kecil' berupa mall dan hotel-hotel yang telah siap dengan segala ornamen-ornamen kapitalisnya.

Mari kita menyikapi pawiwahan ageng ini bukan hanya sebagai peristiwa kebudayaan, namun juga sebagai sebuah arsitektur/bangunan budaya yang telah dibangun pondasinya oleh para leluhur di masa lalu. Menangkap simbol-simbol pawiwahan ageng dan meletakkannya dalam urat nadi kita, dan membawanya dalam kehidupan sehari-hari sebagai sikap hidup, tak sekedar menontonnya dan merekamnya dalam gadget-gadget canggih.

Sebagai warga Jogja dan njeron beteng khususnya, saya secara pribadi mengucapkan selamat atas pernikahan GKR Hayu dan KPH Notonegoro. Semoga amanah pelestarian kebudayaan yang ada di pundak anda berdua bisa memotivasi untuk menapaki hidup baru dengan semangat yang baru.



Ndherek bingah :)



Tamansari 22 Oktober 2013

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun