Mohon tunggu...
Triyan Bayu Pratama
Triyan Bayu Pratama Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Suka membaca, menyanyi dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Lahan Perkotaan Semakin Sempit? Inovasi dan Kreativitas Semakin Luas

20 Mei 2023   14:10 Diperbarui: 20 Mei 2023   14:10 398
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pembangunan pertanian sangat penting dalam perekonomian nasional. Bagaimana tidak? Sebagian penduduk di Indonesia memiliki mata pencaharian di sektor pertanian, karena itu pembangunan pertanian diharapkan dapat memperbaiki pendapatan penduduk secara merata dan berkelanjutan. Sempitnya lahan, merupakan salah satu kendala petani untuk meningkatkan kesejahteraannya selain modal dan teknologi. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian banyak menghasilkan dan merekomendasikan teknologi pertanian, namun tingkat adopsi teknologi oleh petani masih sangat rendah. Tantangan yang selalu dihadapi petani setiap tahun yakni lahan semakin menyempit. Hal tersebut, untuk memenuhi kebutuhan perumahan dan industri karena pertumbuhan jumlah masyarakat yang semakin meningkat. Pertumbuhan penduduk berbanding lurus dengan kebutuhan perumahan sehingga banyak petani yang menjual ladang pertanian ke pengembang perumahan karena tertarik dengan harga yang tinggi. Saat ini, sangat diperlukan teknologi modern tepat guna untuk bercocok tanam dengan optimal termasuk di daerah perkotaan yang sekarang semakin sempit. 

Dengan teknologi tepat guna dapat membantu dalam melakukan aktivitas dan dapat beradaptasi agar dapat menghasilkan produksi yang baik. Berkurangnya lahan biasanya banyak terjadi di daerah perkotaan dan masyarakat kota sering mengeluhkan kondisi di sekitar rumah tidak nyaman karena polusi udara. Dampak polusi udara sangat berbahaya bagi kesehatan, dapat memicu gangguan pernapasan seperti asma. Jika polusi udara meningkat, maka di daerah perkotaan udara akan semakin panas. Untuk mengatasi udara yang panas sangat penting untuk bercocok tanam di sekitar rumah agar udara menjadi sejuk. Meski lahan sempit, dengan menggunakan teknologi tepat guna yang sesuai di lahan perkotaan maka menanam akan terasa lebih mudah dan menghasilkan produksi yang baik.

Nah, sekarang apa saja teknologi tepat guna yang cocok untuk lahan yang sempit?

1. Aquaponik

Akuaponik adalah sistem perpaduan budidaya ikan dan sayuran yang saling terhubung dan memberi manfaat satu sama lain. Ikan yang dibudidaya mendapatkan asupan makanan langsung dari pembudidaya. Sementara itu, sayuran mendapatkan nutrisi dari kotoran ikan dan sisa pakan yang sudah terurai sehingga bermanfaat untuk sintesis protein tanaman. Air yang berasal dari kolam ikan tidak dapat langsung dialirkan ke tanaman, tetapi harus melalui sistem penyaringan dan sistem nitrifikasi. Hal ini bertujuan untuk mengendapkan kotoran ikan dan mengubah unsur nitrogen yang dominan dari kolam ikan seperti urea dan amonia karena tanaman hanya menyerap unsur nitrogen dalam bentuk ion. Selain itu, nitrifikasi mencegah tanaman mengalami keracunan akibat dominasi unsur nitrogen. Beberapa tanaman yang bisa dibudidayakan dengan aquaponik seperti kangkung, selada, tomat, bayam, terong dan timun. Sedangkan untuk jenis ikan yang dapat dibudidayakan seperti ikan lele, koi, mujair, dan nila.

2. Vertikultur

Vertikultur berasal dari bahasa inggris, yaitu vertical dan culture. Secara lengkap, di bidang budidaya tanaman, arti vertikultur adalah suatu teknik bercocok tanam diruang sempit dengan memanfaatkan bidang vertikal sebagai tempat bercocok tanam yang dilakukan secara bertingkat. Vertikultur merupakan cara bertanam yang dilakukan dengan menempatkan media tanam dalam wadah yang disusun secara vertikal, atau dapat dikatakan bahwa vertikultur merupakan upaya pemanfaatan ruang ke arah vertikal. Vertikultur cocok untuk membudidayakan tanaman yang umurnya tidak panjang seperti sayuran sawi, kangkung, seledri, pakcoy dan lainnya.

3. Hidroponik

Hidroponik adalah menanam tanaman tanpa menggunakan media tanah, sehingga meskipun lahannya sempit bisa dimanfaatkan. Sayuran yang ditanam dengan hidroponik lebih sehat serta aman dikonsumsi. Teknik menanam hidroponik tidak dapat diterapkan untuk semua jenis tanaman. Hanya beberapa saja yang cocok dan mampu tumbuh subur dengan hasil yang memuaskan, seperti selada, kangkung, sawi, tomat, pakcoy, timun, bayam, seledri, cabai, dan daun bawang. Menanam dengan cara hidroponik ini memiliki keunggulan diantaranya ramah lingkungan, hama dan penyakit tanaman dapat dikurangi, hemat air dan pupuk, pertumbuhan tanaman lebih cepat, kualitas tanaman terjaga, bisa ditanam dimana saja dan kapan saja serta menghemat lahan, waktu dan tenaga.

4. Tabulampot

Tabulampot ini sangat tepat diterapkan di perkotaan yang umumnya memiliki lahan sempit. Tabulampot adalah singkatan dari tanaman buah dalam pot. Tentunya metode ini tidak asing lagi sebab sudah banyak masyarakat yang menanam di rumah masing-masing daerah perkotaan yang lahannya sempit seperti belimbing, jeruk, semangka, melon, nanas, apel dan srikaya. Media tanam yang bisa digunakan dalam metode tabulampot adalah yang bisa menyimpan air dan bisa digunakan sebagai pemasok nutrisi dalam tanaman yaitu dengan mencampur tanah menggunakan kompos dan sekam. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam teknik ini yaitu penyiraman, pemupukan, pengendalian hama penyakit hingga pergantian pot.

5. Aeroponik

Aeroponik merupakan suatu cara bercocok tanam sayuran di udara tanpa penggunaan tanah, nutrisi disemprotkan pada akar tanaman, air yang berisi larutan hara disemburkan dalam bentuk kabut hingga mengenai akar tanaman. Akar tanaman yang ditanam menggantung akan menyerap larutan hara tersebut. Air dan nutrisi disemprotkan menggunakan irigasi sprinkler. Sayuran hasil budidaya dengan sistem aeroponik terbukti mempunyai kualitas yang baik, higienis, sehat, segar, renyah, beraroma, dan disertai citarasa yang tinggi. Keunggulan aeroponik ini yaitu menghemat air, mengurangi jumlah tenaga kerja dan larutan nutrisi yang digunakan lebih hemat. Akan tetapi, biaya pembuatan sistem perakitan dan instalasi cukup mahal dan alat bergantung pada listrik. Sehingga jika listrik mati, maka alat tidak bekerja. Jenis tanaman yang sering dibudidayakan secara aeroponik pada umumnya berupa sayuran daun yang waktu panennya sekitar satu bulan setelah pindah tanam seperti selada, kangkung dan bayam.

Wah, menarik juga teknologi tepat guna yang udah dibahas ya? Kita semakin dapat berinovatif dan berkreasi seluas mungkin untuk mengembangkan teknologi tersebut. Sekarang apalagi yang menjadi kendala? Meski lahan perkotaan saat ini semakin sempit, namun semangat kita untuk bercocok tanam harusnya semakin besar. Dengan banyak ide menarik, seharusnya kita dapat memanfaatkan lahan sempit untuk menghasilkan produksi yang semaksimal mungkin di lingkungan perkotaan. Pastinya dengan seiring berjalannya waktu, maka lahan akan semakin berkurang dan berubah menjadi perumahan. Oleh karena itu, bagaimana cara kita agar tetap bisa menanam dan menghasilkan produksi tanaman untuk perekonomian yang berkelanjutan dan menjaga ketahanan pangan.

Triyan Bayu Pratama

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun