Mohon tunggu...
Agus Triyana
Agus Triyana Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Sebandel-bandelnya kita jangan pernah melawan sama orang tua cita-cita kalian mau jadi apa?

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pantaskah, Aku Ini Jadi Penghuni Surga?

25 Maret 2021   07:45 Diperbarui: 25 Maret 2021   07:46 783
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh : Agus triyana

Semua manusia pasti mendambakan masuk surga bahkan seperti saya yang penuh dosa pun ingin masuk kesana, akan tetapi smeua itu harus melalui perjalananan yang begitu panjang kita harus belajar mengetahui mana baik dan mana yang buruk. 

Terkadang, kita terlena oleh hal yang buruk dalam kehidupan sehingga iman ini mudah terkoyah olehnya. Cita-cita,  kecil di suka, muda terkrnal, tua kaya raya, mati masuk surga. Namun itu semua minus dengan keadaan karena, setan dalam diri ini tidak bisa di kendalikan, hati ini terlalu lemah untuk mengendalikan semua itu lebih banyak keburukan dalam diri ini daripada kebaikanya.

Sungguh malu, akan tubuh ini kita di berikan nafas secara gratis dalam hidup, akan tetapi kita masih ingkar kepadanya. Diri ini belum bisa mengamalkan apa yang di perintahkanya dan menjauhi apa yang di larangnya bahkan, lebih banyak mengejarkan apa yang dilarangnya. Masihkah kita pantas merindukan surga?

Bahkan, kita terlena terlalu jauh dan melampaui batas sehingga tubuh ini melupakan zat yang telah menciptakan kita. Akan tetapi tuhan selalu memaafkan diri ini yang penuh dengan dosa dan kegelisahan hati yang di sebabkan oleh diri kita sendiri, kita sering mendengar dan di ajarkan dalam menjalani hidup kita harus berdampingan dengan zat yang maha segalanya agar kehidupan ini lebih tenang namun semua itu berbanding terebalik dengan apa yang kita kerjakan. Dalam kehidupan kita bahkan manjauh darinya dan mendekati keburukan, yang membuat hidup ini gelisah tiada hentinya.

Maafkan aku tuhan atas semua yang telah aku lakukan dalam hidup ini, ampunilah segala perlakuan diri ini yang buruk dan lebih condong kepada kemaksiatan. Tidak mengingatmu ketika sedang meraskan kesanangan, padahal itu semua adalah kehendak mu tuhan.

Mari kita saling mengingatkan dalam kebaikan karena, kita manusia yang tidak luput akan kesalahan yang setiap harinya menerpa dalam hidup kita. Apalagi kita ini merupakan mahluk sosial yang membutuhkan satu sama lainya, tidak bisa hidup dalm ke sendirian karena suatu saat pasti akan membutuhkan bantuan orang lain.

Kesimpulan-nya

Intropeksi diri dalam menjalani kehidupan agar kita pantas mendambakan surga, menjalani perintahnya dan menjauhi segala laranganya. Tidak luput untuk saling mengingatkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun