Bahasa merupakan sebagai alat untuk berkomunikasi dalam bermasyarakat,tetapi dalam berbahasa harus juga menggunakan logika. Bahasa bukan hanya berfungsi sebagai alat komunikasi saja, melainkan juga menyertai proses berpikir manusia dalam usaha memahami dunia luar, baik secera objektif maupun secara imajinatif. Bagaimana kemungkinan hubungan antara Bahasa dengan pikiran manusia dalam upaya manusia memahami realitis secara benar.
Bahasa digunakan oleh masyarakat dan masyarakat adalah individu yang memiliki sistem sosial dan kebudayaan yang dianut ataupun dikembangkan dalam kehidupanya. Struktur Bahasa merupakan cermin pandangan hidup atau Bahasa cermin kebudayaan. Karena itu, benarlah, ungkapan yang menyatakan "Bahasa menunjukan bangsa". Tugas logika ialah menyiapkan sarana untuk melakukan penalaran yang sahih atau tepat. Dalam kenyataan, baik dalam kehidupan akademis maupun pergaulan sehari-hari, sering kali terjadi penalaran yang tidak sahih.
Saya ambil contoh dari kata Bunga bangkai. Yang sebetulnya mengapa bunga tersebut dinamakan bunga bangkai karena bunga tersebut adalah bunga biasa yang memiliki aroma bau seperti bangkai. Dan disini dapat dibuktikan dalam menggunakan Bahasa harus menggunakan logika agar tidak salah dalam menafsirkan Bahasa. Penggunaan Bahasa dapat merupakan cermin logika berfikir penuturnya. Penggunaan bahasa dengan mengabaikan logika berfikir berpotensi merusak tatanan kebahasaan. Dalam konteks penggunaan Bahasa Indonesia, misalkan, penggunaan leksikal dan struktur sintakis yang kacau dan tidak logis banyak ditemukan baik pada bentuk lisan maupun tulis.
(sumber: Ardianto Tola.2013.Jurnal perspektif logika dalam pemakaian Bahasa Indonesia.Manado:Institut agama islam negeri manado.)Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H