Mohon tunggu...
Tri W. Purnami
Tri W. Purnami Mohon Tunggu... -

Tri W. Purnami hobi tulis menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pembentukan Karakter Usia Dini

16 Maret 2014   16:39 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:53 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hampir setiap hari media massa memaparkan kriminalitas yang dilakukan oleh anak-anak usia sekolah, yang masih tergolong usia dini. Semakin lama tindak kriminalitas yang dilakukan oleh mereka, semakin menyamai sepak terjang mereka yang sudah berusia dewasa bahkan tua. Hal itu memunculkan pemikiran ‘siapa yang mengajari mereka’. Sementara itu, banyak wacana yang mengatakan bahwa hal tersebut adalah tugas berat bagi pendidik. Dalam hal ini, siapakah pendidik yang dimaksud?

Maria Montessori adalah seorang tokoh Psikologi yang terkenal dengan teori Tabula Rasa mengatakan bahwa anak pada waktu lahir seperti kertas polos yang putih tanpa noda. Benar-benar bersih. Lingkunganlah yang akan membentuk kertas polos tanpa noda tersebut dengan segala hal. Saat anak lahir, lingkungan pertama yang membentuk tersebut tentu saja adalah keluarga inti yang menaunginya dari segala baik buruknya cuaca. Dengan kata lain, keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu, dan anaklah, lingkungan pertama dan utama yang membentuk karakter kepribadian anak. Mengajak anak berbuat kebaikan sejak dini, adalah melakukan pembiasaan yang baik untuk kehidupannya kelak di masa yang akan datang.

Sejak dini anak sudah dikenalkan mengenal lingkungan di luar keluarga inti, yang disebut dengan lingkungan masyarakat. Masyarakat kecil yang dikenalkan pertama kali adalah masyarakat di luar keluarga inti dan masih memiliki keterkaitan darah dengan keluarga inti. Misalnya, keluarga kakek, keluarga pak de. Setelah itu barulah anak dikenalkan dengan lingkungan masyarakat di luar, yang terdekat dengan lingkungan keluarga atau rumahnya, yaitu tetangga. Di sinilah sebenarnya peran orang tua sangat diperlukan untuk selalu memantau segala peristiwa yang dialami si anak di usia dini. Orang tua harus secara konsekuen mengajarkan tentang yang baik dan yang salah.

Di era globalisasi ini, peran masyarakat dalam pembentukan karakter sangat besar. Terlebih dengan mudahnya jaringan internet diakses oleh alat komunikasi yang beredar saat ini. Peran masyarakat banyak menyusup melalui jaringan social media (socmed). Orang tua harus dengan jeli memantau perkembangan putra-putrinya agar tidak terjerumus oleh ajaran-ajaran yang tidak jelak kebenarannya.

Setelah anak memasuki usia sekolah, anak akan mendapatkan pendidikan karakter dari para pengajarnya. Pendidikan karakter yang telah diatur dalam kurikulum sekolah dan diharapkan dapat mencetak generasi penerus bangsa yang berkarakter yang mampu bersaing di era globalisasi. Dalam hal ini, orang tua tetap diminta selalu memantau perkembangan putra-putrinya agar tetap memiliki karakter yang sudah diterapkan di lingkungan keluarga.

Dengan kata lain, pembentukan karakter adalah tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat, dan sekolah. Saling memantau, saling mengingatkan, dan saling menyadarkan untuk selalu berkarakter di segala bidang diharapkan bisa mengurangi kriminalitas yang dilakukan anak-anak usia dini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun