Mohon tunggu...
Triwidodo Djokorahardjo
Triwidodo Djokorahardjo Mohon Tunggu... lainnya -

Pemerhati kehidupan http://triwidodo.wordpress.com Pengajar Neo Interfaith Studies dari Program Online One Earth College of Higher Learning (http://www.oneearthcollege.com/id/ )

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mewujudkan Perdamaian Bangsa di Tengah-tengah Tindakan Kekerasan yang Cenderung Meningkat Tajam

17 Maret 2011   04:06 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:43 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sang Suami: Kelemahan saya, ketakutan saya, konsep mempertahankan diri saya yang salah semuanya adalah "masalah saya". Hal ini bukan masalah orang lain. Maka saya tidak dapat memecahkan masalah ini dengan mengadakan dialog dengan seseorang. Mengapa saya merasa sangat lemah dan karena itu tidak berdaya? Mengapa saya merasa seakan-akan seluruh beban untuk mempertahankan agama berada pada pundak saya? Mengapa saya mencemaskan keberadaan agama saya, keyakinan saya? Karena konsep "saya" dan "milik saya" -  yang sudah menyebabkan semua masalah kita....... Dengan mengikatkan diri pada "ego individual" dan rasa kebanggaan diri yang semua-kita menutup mata terhadap kenyataan bahwa dunia ini, alam semesta ini tidak diatur oleh ego saya dan rasa kebanggaan yang semu - kita lupa bahwa ada sebuah intelegensia yang lebih tinggi yang mengatur semua yang ada di alam ini. Keyakinan kita terhadap intelegensia tinggi semacam inilah yang harus dibangkitkan kembali.

Sang Istri: Bicara tentang perdamaian, tidak bisa tidak kita bicara tentang agama. Karena, lebih dari hal yang lain, agama atau sistem kepercayaan sudah sering menjadi alasan dibalik sebuah konflik. Hal ini merupakan sebuah kenyataan seperti yang terjadi 2000 tahun yang lalu. Kita harus dengan serius memperhatikan hal ini. Kita tidak dapat lagi mengabaikan point ini dengan menyatakan bahwa hal ini bukan karena agama, tapi para pelakunya yang bersalah....... Kita harus mengakuinya bahwa dalam agama dan sistem kepercayaan yang kita anut dapat memicu benih-benih kekerasan dalam diri kita. Kita harus mengesampingkan ajaran-ajaran kontekstual yang ada dalam agama kita, karena setiap dan seluruh agama adalah sebuah tanggapan terhadap isu-isu aktual pada jamannya.... Dan kita belajar untuk menghargai nilai-nilai universal yang ada. Nilai-nilai universal yang ada dalam setiap agama. Nilai-nilai universal inilah yang harus kita dukung, kita sebarluaskan dan kita yakini sebagai sari pati semua ajaran keagamaan.Dan dengan semangat saling menghargai inilah kita harus belajar untuk mengenal semua agama yang ada. Pengenalan semacam ini, pembelajaran semacam inilah yang sebaiknya menjadi bagian dari sistem pendidikan kita. Hal ini sebaiknya bagian dari sejarah yang diajarkan secara universal.

Sang Suami: Sejak usia dini, anak-anak kita harus belajar untuk menghormati semua nabi dan utusan dari semua agama. Agama harus melembutkan hati kita, menyembuhkan luka-luka kita dan membersihkan semua kebencian dari pikiran kita-jika tidak maka semua praktek keagamaan menjadi sebuah kesian-siaan. Saat semua dicapai, agama tidak lagi dapat diperalat untuk menciptakan sebuah konflik, ketidakharmonisan dan ketidakteraturan. Apakah dengan hal itu kedamaian akan mewujud kemudian? Tidak, tidak seketika. Tapi paling tidak kita sudah menyingkirkan salah satu penghalang utama dalam mewujudkan perdamaian. Dengan menangani penghalang jenis ini, akan lebih mudah bagi kita untuk menggali lebih dalam pada jiwa kita dan mencabut akar kekerasan.

Terima kasih Bapak Anand Krishna yang tak pernah lelah membangkitkan kesadaraan bangsa. Semoga Allah SWT selalu melindungi.......

Situs artikel terkait

http://www.oneearthmedia.net/ind/

http://triwidodo.wordpress.com

http://id-id.facebook.com/triwidodo.djokorahardjo

http://www.kompasiana.com/triwidodo

Maret 2011

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun