Mohon tunggu...
Triwidodo Djokorahardjo
Triwidodo Djokorahardjo Mohon Tunggu... lainnya -

Pemerhati kehidupan http://triwidodo.wordpress.com Pengajar Neo Interfaith Studies dari Program Online One Earth College of Higher Learning (http://www.oneearthcollege.com/id/ )

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Nandi Wahana Mahadeva, Persembahan Kepatuhan Sepanjang Masa

29 Agustus 2014   13:23 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:12 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Adalah perasaan kita yang memberi kesan kasar dan halus. Dan, perasaan kita tergantung pada kesadaran kita. Jika kesadaran kita terfokus pada dunia, getaran itu terasa kasar. Jika kesadaran kita terfokus pada Gusti Pangeran, getaran itu terasa halus. Kasar dan halus tidak bersifat absolut. Kasar bisa terasa halus, dan halus bisa terasa kasar. Dalam menjalani kepercayaan atau agama, jika seorang masih memikirkan pahala yang bersifat ‘materi’ kenyamanan dunia, atau kenikmatan surga maka sesungguhnya ia masih berada pada frekuensi rendah. Ia sedang bergetar dengan keras sekali. Sementara itu, seorang panembah yang berada di tengah keramaian dunia, jika kesadarannya terfokus pada Gusti Pangeran, ia akan berada pada frekuensi yang tinggi. Ia sedang bergetar halus.” (Krishna, Anand. (2010). The Ultimate Learning Pembelajaran Untuk Berkesadaran. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama).

Banyak pemuja Shiva yang berdoa di dekat telinga Nandi. Mereka berdoa dengan membayangkan Nandi sungguhan yang hidup pada arca Shiva-Nandi untuk memudahkan imaginasinya. Dikisahkan Parvati kehilangan ingatan dan Shiva menjadi sangat terganggu. Kemudian Shiva dan Parvati bermeditasi bersama dengan berdampingan. Mereka sangat dalam bermeditasi dan Nandi juga kemudian ikut bermeditasi duduk di depan Mahadeva. Nandi ingin memastikan bahwa ia berhubungan langsung dengan Mahadeva dengan duduk persis di hadapannya. Adalah musuh Mahadeva, Asura Jalandhara menculik Parvati dan Shiva serta Nandi tidak menyadari dan melanjutkan meditasinya.

Para dewa khawatir dan tidak tahu bagaimana caranya memberitahu kepada Mahadeva tentang kejadian tersebut. Ganesha, putra Parvati diminta menyampaikan informasi tersebut kepada Mahadeva, akan tetapi dia tidak bergerak sedikit pun atas pemberitahuan Ganesha tersebut. Ganesha kemudian berdoa di dekat telinga Nandi. Nandi yang mendengar berita tersebut langsung memberitahukan lewat gelombang pikirannya kepada Mahadeva. Nandi tidak menyampaikan berita lewat mulut akan tetapi lewat gelombang pikiran. Gelombang pikiran yang sama antara Guru dan Murid ini disebut Shaktipaat, yang terjadi ketika keduanya sedang bergetar bersama. Kemudian, seorang guru tidak lagi membutuhkan bicara untuk menyampaikan pemikirannya. Sang siswa pun tidak membutuhkan sepasang telinga untuk mendengarkan wejangan guru. Memahami apa yang disampaikan Nandi lewat getaran pikiran, Mahadeva, Sang Guru kemudian menyelesaikan meditasi dan meyelamatkan Parvati. Itulah sebabnya sebagian pemuja Shiva berdoa di dekat telinga Nandi.


Mengikuti Mahadeva minum racun demi menyelamatkan makhluk di dunia

Mahadeva berkata kepada para pemujanya, agar bisa menjadi bhakta yang baik haruslah meneladani Nandi. Dikisahkan bahwa para Dewa dan para Asura sedang bekerja sama mengaduk samudera susu. Silakan baca http://triwidodo.wordpress.com/2011/07/08/renungan-bhagavatam-perebutan-amerta-dan-kurma-avatara/

Tiba-tiba dari dalam samudera susu muncullah racun yang sangat mematikan—Halahala. Ngeri terhadap racun tersebut, seluruh makhluk pun melarikan diri menuju Mahadeva dan memohon pertolongan kepadanya. Mahadeva kemudian datang dan menangkupkan telapak tangannya, mengumpulkan racun tersebut dan menelannya. Begitu dahsyatnya kekuatan racun tersebut, sehingga membuat tenggorokan Mahadeva menjadi biru. Beberapa tetes racun tersebut menetes melalui sela-sela jari-jari Shiva. Nandi segera menelan tetesan racun tersebut, jangan sampai makhluk lain menderita karena terkena sisa racun yang sangat berbahaya. Para dewa khawatir Nandi akan menderita bahaya karena minum tetesan racun tersebut. Shiva berkata bahwa Nandi merasakan pahit getir bersamanya, melihat dia minum racun maka Nandi pun ikut minum tetesan racun tersebut. Mahadeva meyakinkan bahwa Nandi akan baik-baik saja.

Sampai sekarang kisah Nandi, sebagaimana kisah Hanuman dan kisah para bhakta sejati menjadi teladan dan panduan kehidupan bagi para pejalan spiritual. Bila kita mengikuti Sang Utusan, Sang Pembawa Pesan, Sang Pemandu seperti yang dilakukan Nandi, maka hidup kita akan mencapai kebahagiaan sejati.


http://kisahspiritualtaklekangzaman.wordpress.com/2014/08/28/nandi-wahana-mahadeva-persembahan-kepatuhan-sepanjang-masa/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun