Mohon tunggu...
Triwidodo Djokorahardjo
Triwidodo Djokorahardjo Mohon Tunggu... lainnya -

Pemerhati kehidupan http://triwidodo.wordpress.com Pengajar Neo Interfaith Studies dari Program Online One Earth College of Higher Learning (http://www.oneearthcollege.com/id/ )

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Perkawinan Sati Mahadeva, Teladan dari Seorang Panembah

11 September 2014   16:44 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:00 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sati merasa sangat bahagia dan pulang ke istana menunggu pinangan Shiva. Ibu Sati sangat senang bahwa tapa Sati telah berhasil. Akan tetapi Prajapati Daksha, sang ayahanda yang angkuh merasa tidak senang. Baginya Shiva adalah pertapa pengembara yang kotor yang tinggal di hutan dan berkawan dengan binatang. Bajunya pun hanya kulit harimau, bagaimana dia bisa menjadi menantu seorang Prajapati yang gemerlapan?

Sati sangat yakin pada kekuasan Shiva dan bila pernikahan itu harus terjadi maka tidak ada satu orang pun yang dapat menghalanginya. Shiva segera menemui Brahma dan mengatakan bahwa dia telah menemukan calon istri yang sempurna dan dia memutuskan untuk segera menikahinya. Brahma sangat senang dan berkata itu adalah harapan semua dewa. Brahma berjanji segera mengatur pernikahan sesegera mungkin.

Brahma segera ke istana Daksha, dan menyatakan bahwa tapa Sati telah berhasil dan Shiva akan meminangnya. Daksha tidak berkutik terhadap ayahandanya yang telah memberikan kekuasaan kepadanya sebagai prajapati. Mau tidak mau Daksha menyetujui permintaan Brahma.
Para dewa kemudian berkumpul di Kailasha dan mengucapkan selamat kepada Shiva. Shiva kemudian pergi ke istana Daksha ditemani Brahma, Vishnu dan para dewa lainnya. Dan pernikahan pun terjadi dengan sangat meriah.

Pernikahan Shiva Sati dirayakan pada bulan baru di bulan Februari yang disebut Mahashivaratri. Februari adalah bulan dimana Bunda Alam Semesta mengundang manusia untuk menabur benih. Bumi telah merasakan musim dingin yang lama dan sekarang adalah waktu untuk menabur benih, memulai kehidupan baru, musim semi yang baru.

Jalan Peningkatan Kesadaran Manusia

“Ketika kesadaran manusia meningkat, terbersihkanlah jiwanya, dan terkendalilah pikirannya. Atau sebaliknya, ketika jiwa manusia terbersihkan, dan pikiran terkendalikan, terjadilah peningkatan kesadaran. Anda boleh mulai dari ujung mana saja. Hasilnya sama. Upayakan peningkatan kesadaran, maka jiwa menjadi bersih dan pikiran terkendali. Upayakan kebersihan jiwa dan kendalikan pikiran, maka kesadaran mengalami peningkatan. Dari ujung manakah semestinya kita memulai? Terserah, dari yang mana saja. Mengupayakan kebersihan jiwa dan pengendalian pikiran adalah jalur meditasi. Inilah jalur perenungan, yang dalam bahasa sufi disebut jalur fiqr atau tafakkur. Sementara itu, mengupayakan peningkatan kesadaran adalah jalur cinta murni. Sesungguhnya bukan peningkatan kesadaran yang diupayakan oleh seorang pecinta, tapi pemindahan kesadaran. Ia memindahkan fokusnya dari dunia benda ke Hyang Mahamenawan. Jalur kedua ini adalah bagi para pecinta tanpa syarat, mereka yang tidak membutuhkan imbalan. Jika Anda belum siap dan menyalahartikan luapan emosi sebagai cinta sejati, Anda akan kecewa karena jalur ini adalah jalur tanpa tuntutan. Sementara, emosi Anda masih menuntut. Janganlah menggunakan jalur ini jika Anda belum memiliki cinta sejati terhadap Hyang Mahamenawan. Lebih baik menggunakan jalur pertama, jalur meditasi.” (Krishna, Anand. (2010). The Ultimate Learning Pembelajaran Untuk Berkesadaran. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama)

Kisah Sati Mahadeva bukan hanya memberikan teladan bagaimana seseorang yang selalu melakukan persembahan dapat mencapai apa yang dinginkannya, akan tetapi sudah berada dalam dekapan-Nya pun seseorang bisa lengah sehingga menjauhi-Nya. Silakan ikuti kisah selanjutnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun