Lega. Mungkin inilah gambaran emosi yang dapat ditafsirkan dari raut wajah kalian. Setelah sekian banyak program yang diperjuangkan dengan segala likunya, mungkin Bofmanlah yang menjadi titik puncak dari lelah dan hiruk pikuknya aktivitas organisasi kalian. Program -- program yang sudah kalian susun sebelum bofman dapat menjadi sebuah pijakan -- pijakan kecil untuk dapat melangkah lebih besar saat bofman.
Bagaimana perasaan kalian saat ini? Legakah? Atau justru tarikan nafas kalian makin dalam? karena kalian segera tersadar untuk mempersiapkan diri, menatap jenjang kalian ke depan. Dalam kondisi saat ini, berbangga hati, tidaklah salah. Berbahagia pun tidak dipersoalkan. Bahkan menyombong atas hasil kerja keras kalian juga bukanlah hal yang harus dipertentangkan.
Kebanggaan itu  ada dalam diri kalian masing -- masing. Pengambilan keputusan, melakukan sebuah inisiasi bahkan memasang badan untuk menutup apa yang menjadi kekurangan tim merupakan hal yang tidak dapat diperoleh secara kodrati. Tapi semua itu memang terasah dengan pengalaman. Pengalaman itu ada dalam organisasi. Bofman yang besar dan patut diapresiasi karena hasil kerja organisasi.
Saya masih penasaran, seberapa sering kalian saling berangkulan atau bahkan berpelukan untuk sekedar saling menguatkan. Tapi tentunya, saya tidak perlu diceritakan secara gamblang, toh nyatanya kerekatan dan kebersamaan itu sudah direpresentasikan dari performa kalian di lapangan.
Kami, guru pendamping kalian selalu memiliki pandangan bahwa setiap angkatan menciptakan standar untuk adik -- adik kelasnya dalam urusan bofman. Tapi kami pun paham, standar itu bukan sekedar Guest Star yang mengisi line up rundown acara. Tapi lebih jauh dari itu. Guest Star bisa dihadirkan kapanpun jika ada uang, tapi itu bukan tolak ukur kami sebagai guru pendamping.
Kita tidak akan pernah bertutur panjang, bercerita tentang bagaimana performa dari Guest Star. Tapi kami akan selalu bercerita bagaimana perjuangan kalian mewujudkan itu semua.
Percayalah, setiap angkatan mengukirkan ceritanya. Bagaimana rasanya guys? menatap cerita kalian yang akan berakhir bersama dan tidak punya pilihan untuk menetap. Zaman terus menuntut kalian untuk berkembang, dengan bekal yang kalian pegang.
Mungkin saya pernah cerita di antara kalian, tentang bagaimana saya tersadarkan dalam menilai peserta didik saya. Terutama anak -- anak yang dikesampingkan karena prestasinya bukan prestasi kebanyakan. Izinkan saya bercerita, mereka adalah anak -- anak yang luar biasa. Mereka adalah tipikal kinestetis. Dalam 5 hari belajar, kondisi bajunya tidak pernah rapih, cenderung kotor dan berantakan. Boro -- boro untuk fokus belajar, hadir di kelas pun sering terlewatkan.