Merawat burung adalah salah satu hobby yang banyak digandrungi saat ini, dulu hobby burung hanya identik dengan bapak-bapak, namun sekarang anak-anak sampai dewasapun banyak yang menjadikan hobby rawatan burung menjadi aktifitas selingan atau bahkan sampai menghasilkan pundi-pundi rupiah. Penghobby burung memang memiliki segmennya masing-masing, ada yang memang hanya untuk bunyi-bunyi diteras rumah, atau memang untuk ajang kontes atau lomba kicau. Beberapa burung yang sering kali kita dengan untuk diperlombakan adalah Murai Batu, Kacer, Cucak Ijo, atau burung-burung kicau lainnya.Â
Pada kesempatan kali ini saya mencoba untuk sharing pengalaman saya dalam merawat Kacer Muda Hutan atau Kacer tangkapan hutan yang memang memiliki karaker liar atau sering disebut dengan istilah giras. Dikediaman saya saat ini (pontianak) tidak sulit mencari burung kacer dengan harga yang murah, dengan konsekuensi, burung tersebut adalah tangkapan hutan, bukan hasil dari breeding atau ternakan. Populasi burung kacer atau burung Poci ini di Kalimantan Barat masih sangat banyak, seringkali terlihat berkeliaran di perkebunan kelapa sawit, dan memang status dari burung ini tidak dilindungi.Â
Masyarakat lokal masih sering menjadikan burung ini sebagai tangkapan. Apabila sudah berada di toko burung, kisaran harga burung ini 1Rp. 150,000,- Rp. 300.000,-. Cukup murah bagi pemula yang baru mencoba merawat burung seperti saya. Kita juga bisa mendapatkan burung Kacer dengan beragam harga dengan cara bergabung digroup sosial media.Â
Berbeda dengan kacer hasil tangkaran atau memang sudah melalui rawatan ekstra, biasanya burung Kacer ini sudah memiliki harga jual yang bagus dimulai dari Rp. 800.000,- sampai dengan puluhan juta rupiah. Yang membedakan nya jelas kwalitas dari siburung itu sendiri. Yang pasti, burung yang sudah memiliki harga yang tinggi sudah memiliki keistimewaan tersendiri, baik itu dari kicau, dan konsisi fisik burung yang sudah dianggap proposional.
Lalu apa saja yang harus dilakukan oleh pemula ketika ingin merawat kacer tangkapan hutan? berikut pengalaman pribadi saya dalam merawat kacer muda hutan kurang lebih satu tahun belakangan ini:
Memulai Dengan Rawatan Sehat
Burung kacer muda hutan yang kita beli dari toko burung biasanya dalam kondisi yang tidak sehat, bulu-bulu yang rusak, makan yang tidak teratur, atau bahkan banyak kutu karena berkumpul dengan burung-burung lainnya. Pastikan burung yang kita beli adalah burung yang tidak kurus dengan memeriksa bagian dada si burung, dan juga organ seperti mata, paruh, dan kuku dalam kondisi lengkap (normal). Lihat juga kotoran siburung kacer, apabila ada kotorannya sudah ada tanda-tanda si burung memakan voer atau pelet burung, artinya burung tersebut sudah beradaptasi dengan pakan buatan. Jika Kacer sudah memakan voer kita tidak perlu lagi memberikan perlakuan ekstra untuk si kacer agar ia bisa mandiri memakan voer.Â
dan apabila si kacer belum mau memakan voer maka yang harus kita lakukan adalah dengan memberikan terapi lapar pada si kacer. terapi lapar bisa dilakukan dengan tidak memberikan pakan namun tetap memberikan si kacer minum. selanjutnya pada keesokan harinya kita bisa memberikan satu cepuk (tempat makan burung) voer disangkar, lakukan hal tersebut secara berkala. untuk menghindari burung mati kelaparan, setiap harinya bisa kita berikan 2 ekor jangkrik dicepuk makan nya, dan observasi burung secara berkala. Saya menyarankan agar pembaca bisa menggunakan sangkar kecil (no 3) dan lakukan full kerodong (tutup sangkar) pada si burung sampai si kacer bisa makan secara mandiri.Â
Karena apabila tidak dikerodong burung akan terbang tanpa arah menabrak sangkar, hal tersebut akan menimbulkan luka pada paruh burung dan bisa saja menjadikan kuku si kacer lepas. Hal tersebut terjadi pada rawatan yang saya lakukan, sampai dengan saat ini kuku kaki Kacer saya lepas karena sifat liar (giras) si burung. Pada tahap ini jangan dulu berharap burung akan berkicau, karena si kacer masih dalam kondisi yang benum nyaman terhadap lingkungannya. maka dari itu tahap awal adalah memastikan kacer dalam kondisi sehat, salah satunya mau makan, dan minum didalam sangkar.
Lanjut Dengan Rawatan Konsisten
Apabila Burung Kacer sudah menunjukan perkembangan seperti mau makan dan minum, maka tahap selanjutnya adalah melakukan rawatan konsisten dengan cara, melakukan pembersihan pada sangkar secara berkala, memberikan pakan hidup seperti jangkrik, ulat kandang, ulat hongkong, atau ulat jerman. Berikan dalam porsi yang cukup dan tidak berlebihan. Lalu apakah burung tetap full kerodong? nah... hal ini bisa coba dikombinasikan, bisa saja di buka kerodong saat subuh sampai siang hari dan selanjutnya dilakukan pengkrodongan kembali.Â
Sampai disini gak ada rumus yang pasti untuk memperlakukan si kacer. kita sebagai perawat kacer bisa saja bereksplorasi terhadap pola rawatannya. Yang pasti adalah, burung kacer tidak akan jinak dalam waktu yang singkat. Karena hakikat burung tangkapan  hutan sudah otomatis sifat liar merupakan sifat alami nya, namum bukan berarti burung selamanya tidak berkicau. karena 2 burung kacer saya, yang saya peroleh dari membeli hasil tangkapan hutan, saat ini sudah berkicau walau dengan karakter yang masih giras. Rawatan seperti embun, mandi, jemur, dan pemberian ekstra fooding (EF) tetap dilakukan untuk menjadikan burung tetap sehat.
 Saya menyarankan agar menghindari obat-obatan pada siburung (kecuali antibiotik). karena pemberian obat-obatan pada burung yang belum terkondisikan tidak akan merubah kondisi siburung secara instan. Percayalah... hal tersebut sudah saya coba, dan tidak membuahkan hasil. Burung yang merasa sudah enak dengan kondisinya pasti akan berkicau, itu yang saya yakini. Karena berkicau adalah fitrah dari seekor burung, kita tidak bisa mempercepat atau memperlambat proses berkicaunya seekor burung, yang bisa kita lakukan adalah merawat konsisten dengan penuh kesabaran
Rawat dengan Hati & Penuh Kesabaran
point terakhir adalah kunci dari segala-galanya, yap... rawat dengan hati dan penuh kesabaran, rawat dengan ikhlas, jangan pernah berhitung berapa uang yang sudah keluar untuk pakan, dan kita bandingkan dengan burung yang gak ada perkembangan, ujung-ujungnya kita yang stres, dan bisa jadi ada perasaan mau lepas aja si burung atau jual murah aja sama sangkarnya. Saya sering kali berdiskusi dengan sesepuh didunia burung, dan hal tersebut cukup membantu saya dalam merawat kacer selama setahun ini. rawat dengan ikhlas itu ya rawat konsisten, dan apabila mereka berkicau, hal tersebut adalah bonusnya. Kita juga harus meyakini bahwa gak hanya sekedar kicauan yang kita harapkan, tapi rezeki dari Allah, karena makan nya si burung saat ini berada di tangan kita, maka harusnya kita juga memperoleh tambahan rezeki dari Allah karena sudah merawat si burung dengan baik.
Saya juga pemula dengan dunia kicau, beberapa orang menyarankan agar merawat burung lebih dari satu ekor, dan hal tersebut benar adanya, karena kicauan burung lain, akan memancing burung untuk berkicau juga. Semoga tulisan ini membantu bagi para pembelajar yang baru saja mencoba memelihara kacer hutan. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H