Trend menjadi seorang traveler saat ini sudah menjadi bagian dari gaya hidup. Berwisata menjadi ajang gaya-gayaan untuk dapat eksis disosial media atau untuk menunjukan reputasi diri kepada halayak ramai. Apakah itu salah...? tentu tidak, beberapa pakar mengatakan bahwa berwisata atau refreshing merupakan bagian dari kebutuhan atau need, jadi berwisata adalah hal wajar dan tak pantas diperdebatkan, karena bukan suatu hal yang menjadi kontroversi. Andaipun ada rekan kita yang berlebihan dalam melakukan kegiatan wisatanya, mungkin itu bagian dari sisi lainnya dalam mengungkapkan ekspresi diri, tanggapi saja hal tersebut dengan positif.Â
Lalu apa hubungannya wisata dengan prostitusi, sesuai dengan judul dari artikel yang penulis buat ini. Sebagian dari pembaca mungkin telah memiliki bayangan, kira-kira apa yang akan penulis bahas terkait dengan hubungan sebab akibat tersebut.... mari kita simak beberapa pembahasan berikut
TEMPAT WISATA IDENTIK DENGAN PROSTITUSI
Apa yang kita pikirkan terkait dengan Pulau Bali selain dari keindahan alam dan budaya nya....? pasti kata "prostitusi" akan muncul dibenak kita, hal itu menjadi bukti bahwa prostitusi erat kaitannya dengan tempat wisata. Seolah prostitusi menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang berkunjung. Pasti berbeda angka kunjungan wisatawan yang pegi ke Aceh dan wisatawan yang pergi ke Bali, hal ini menggambarkan seolah, selain wisata yang penulis anggap sebagai kebutuhan, prostitusi juga merupakan bagian dari kebutuhan bagi sebagian besar wisatawan.Â
Prostitusi seperti teori ekonomi, erat kaitanya dengan suplay dan demand. Ada sebuah simbiosis mutualisme yang melanggar moral, namun memberi warna tersendiri dalam rangkaian kegiatan wisata....Â
sebagian dari kita bisa saja beranggapan berbeda, hal ini bisa jadi anggapan subjektif penulis terkait dengan sudut pandang permasalahan tersebut.
PROSTITUSI ITU MUDAH dan MURAH
Apa maksudnya ya dari sub judul "prostitusi itu mudah dan murah", hal ini adalah pengalaman pribadi penulis saat berkunjung ke salah satu kota wisata... penulis mendapatkan pesan chat dari aplikasi yang terinstal di smartphone yang singkat cerita ada wanita yang menjajakan diri dengan harga Rp. 300.000. Aplikasi tersebut dapat melacak penggunanya dalam radius jarak tertentu. dan sepengetahuan penulis, aplikasi tersebut sudah tidak menyediakan layanan GPS online nya karena banyak disalah gunakan sebagai ajang transaksi prostitusi... ini yang penulis katakan bahwa prostitusi itu murah dan mudah.Â
WISATA ITU REFLEKSI DIRI
Andai kita menganggap bahwa aktifitas wisata merupakan bagian dari sebuah refleksi diri, pastinya prostitusi hanya kegiatan numpang lewat saja. Hal ini penulis ungkapkan karena wisata itu adalah kegiatan untuk menghilangkan kejenuhan, menambah relasi, menambah pengetahuan, atau hal positif lainnya, sedangkan kegiatan prostitusi adalah kegiatan negatif yang menstimulus otak kita ke suasana yang kelam, dan cendrung gelisah (negatif). jadi logikanya dari kegiatan wisata kita mengharapkan hal positif, dan dengan prostitisi kita memperoleh hal negatif.... jika kita berwisata sambil melakukan prostitusi, bisa jadi nilainya adalah "0" (nol). Tidak ada manfaat yang kita ambil.Â
Kesimpulan nya adalah, harus terkonsep dari awal apa tujuan dari wisata kita, tepatnya dimana, menghabiskan uang berapa, dan apa harapannya setelah kita berwisata. Sehingga output pasca perjalanan wisata bisa kita peroleh. Walau wisata sangat identik dengan prostitusi, kita sebagai seorang wisatawan lah yang pada akhirnya menjadi penentu, atau eksekutor. Salam hangat.... []
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H