Mohon tunggu...
Kurnia Waruwu
Kurnia Waruwu Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Punya hobi baca buku dan memutuskan untuk menulis. Sudah vakum belasan tahun namun tergerak untuk menulis kembali. Musababnya karena akhirnya memiliki waktu "bengong" berkualitas untuk melimpahkan buah-buah pemikiran.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Cardio Jakarta-Bogor: Healing Anti Hilang

3 Mei 2023   19:08 Diperbarui: 3 Mei 2023   19:18 388
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Jangan hanya badan saja yang kau latih, DIRIMU yang rapuh itupun wajib kau latih."

Libur tanggal merah lalu kuhabiskan dengan melakukan short trip ke Bogor sembari meniatkan diri untuk cardio. Berbekal informasi rute dari seorang kawan, kuputuskan untuk menggunakan KRL dari Stasiun Cikini menuju Stasiun Bogor. 

Merantau cukup lama di Jakarta tak membuatku jago ngulik moda transportasi. Lokasi tempat tinggal yang cukup dekat dengan tempat kerja serta kemacetan kota Jakarta membuatku betah untuk tidak mencoba jenis transportasi selain ojek/taksi online.

Biasanya short trip ke Bogor selalu memilih untuk naik taksi online. Biaya yang digelontorkan kurang lebih 600ribu PP Jakarta-Bogor. Biaya ini ku ikhlaskan demi healing atau self reward atau apapun istilahnya itu.

Namun entah ada angin apa kali ini memberanikan diri untuk mencoba naik KRL.

Sebagai seorang penumpang KRL pemula, tentunya menghabiskan dana 12ribu perak cukup membuatku terhenyak. Bayangkan saja, yang awalnya selalu merogoh kocek 600ribu, sekarang cukup bayar 12ribu sudah bisa PP Jakarta-Bogor. Semenjak itu kuniatkan dalam hati jika mau plesiran ke Bogor HARUS naik KRL.

Kartu flazz yang sudah kusiapkan sebelumnya kuisi sekian puluh ribu di mini market yang terletak di dalam Stasiun Cikini. Rencana awal adalah berangkat pukul 8 pagi menuju Bogor. Sebab kata kawanku, di jam tersebut KRL tak cukup ramai. Tapi apa daya, magnet tempat tidur yang terlalu kuat, sehingga rencana awal berangkat pagi pupus sudah. Akhirnya setelah packing barang secukupnya, sekitar pukul 9.30 pagi berangkat ke Stasiun Cikini.

Tiba di stasiun, ada  saja rasa deg-degan di dalam hati.

Aneh, padahal bukan naik KAI Jarak Jauh yang ada jadwal fixnya.

Segeraku tap kartu flazz di tap in/out machine.

Sempat panik karena besi putarnya yang merupakan jalur masuk ke peron tidak mau berputar walapun sudah didorong sekuat tenaga.

Walhasil, tidak bisa masuk. Saat itu juga keadaan sepi dari penumpang lain.

Haduh, gimana ini? Terbersit niat untuk balik kanan dan pesan taksi online saja.

Tapi untung saja, Pak security yang berdiri tak jauh dari posisiku datang menghampiri dan sigap membantu,

"Mbak, jalur keluarnya sebelah kiri ya." 

Tepok jidat.

Ternyata aku salah jalur. Pantas mesinnya tidak mau putar. Jalur keluarku posisinya di sebelah kiri mesin tap in/out, bukan sebelah kanannya.

Haiyaah...

Mendadak menertawakan diri sendiri.

Tapi tenang, jangan sedih.

Ujian sebagai anker pemula belum berhenti sampai disitu.

Ujian berikutnya adalah salah masuk kereta.

Seharusnya aku masuk KRL tujuan akhir Stasiun Bogor, tapi malah masuk yang tujuan akhir Stasiun Nambo.

Tersadar jika salah masuk kereta sesaat setelah pintu KRL ditutup.

Informasi dari pengeras suara dalam KRL menginfokan jika tujuan akhir KRL yang kutumpangi adalah Stasiun Nambo. Disini mulai menyalahkan diri sendiri karena sempat ragu bertanya ke Pak security. Sudah kadung masuk KRL, takut ditinggal.

Pokoknya tips untuk anker yang super pemula adalah perhatikan papan informasi digital yang terletak di peron KRL supaya tidak salah masuk. Serta jangan ragu bertanya jika bingung.

Pepatah "malu bertanya sesat di jalan" dibuat berdasarkan pengalaman bukan dari halusinasi. Maka bertanyalah!

Kuputuskan untuk bertanya ke mbak-mbak yang duduk di sebelahku.

Eh ternyata mbaknya juga Anker pemula dan tak memberikan informasi yang kubutuhkan. Kuputuskan untuk menunggu Pak security yang biasa berjaga di dalam gerbong, tapi tak kunjung datang.

Dalam hati menyesal berkali-kali, mengapa tidak bertanya ke Pak security di pintu masuk kereta.

Kuedarkan pandanganku di sekitar gerbong dan kudapati peta rute KRL yang terpampang diatas pintu kereta. Mencoba mencari petunjuk. Tapi namanya sudah panik, sesederhana apapun informasi yang didapatkan pasti terasa sulit untuk dicerna. Untuk menelpon kawan juga terlalu malu. Malu sudah umur segini masih perlu dibimbing teknis naik kereta.

Ah sudahlah. Kuputuskan mengambil ponsel seraya menenangkan batin yang agak menegang. 

Tarik nafas dan buang.

Semua ada jalan keluar jika pikiran fokus dan tenang. Kucari informasi tentang rute perjalanan KRL yang saat ini kunaiki lewat gawaiku. Dan benar saja, ada informasi yang kubutuhkan.

Begitulah manusia, punya gawai yang berlabel smart tapi penggunanya butuh latihan mental supaya lebih smart.

Setelah mempelajari peta rute, betapa leganya hatiku. Rute yang dilalui KRL yang kunaiki masih melewati stasiun transit. Maka kuputuskan untuk turun di Stasiun Citayam dan menunggu KRL berikutnya dengan tujuan akhir Stasiun Bogor. Sepanjang perjalanan di KRL tak pernah kulewatkan setiap informasi yang disampaikan lewat pengeras suara.

Ohya, mengingat saat itu masih suasana libur, KRL yang kunaiki sangat ramai penumpang. Dari ibu-ibu yang suka senderan di punggung sampai yang bau ketek juga ada. Belum lagi segelintir anak muda yang tak henti-hentinya mengobrol dan tertawa keras di sepanjang perjalanan.

Apakah membuatku kapok naik KRL? Hingga artikel ini dibuat, belum ada tanda-tanda kapok naik KRL.

Singkat cerita, sampailah di Stasiun Bogor.

Kuputuskan sejenak untuk berhenti di mini market terdekat untuk membeli minuman sebelum ke Surya Kencana.

Apa itu Surya Kencana?

Bagi yang belum pernah kesana, Surya Kencana (Pecinan) merupakan salah satu surga kuliner legend di kota Bogor. Mulai dari makanan khas hingga kuliner yang hype juga tersedia. Tapi saranku sih, coba kuliner legend saja disitu karena kuliner yang hype biasanya gampang ditemukan dimana-mana.

Dari Stasiun Bogor ke Surya Kencana (Soto Kuning Agih) memakan waktu sekitar 45 menit berjalan kaki. Kuniatkan demi membakar tabungan lemak menahun yang betah nongkrong di perutku. Jika selama ini cardionya di gym, mumpung ke Bogor maka cardionya dengan jalan kaki di sepanjang jalanan arteri kota Bogor. Senang sekali banyak pohon dan trotoarnya lumayan lebar. Berbekal bucket hat anti sinar matahari (tapi tidak anti panas), kubulatkan tekad bahwa semua bisa dilalui.

Akhirnya sampailah di daerah Surya Kencana.

Disambut gapura yang berwarna merah dengan ornamen-ornamen lampion khas daerah Pecinan. Disana sini berjubel berbagai macam toko. Tapi tidak hanya toko sih, penjaja kaki lima juga ramai sekali. Toko-toko perabot hingga salonpun ada disini. 

Ada satu hal yang membuatku cukup membuatku ngiler. Ada banyak sekali pedagang-pedagang yang menjual hasil kebunnya seperti nangka, talas, pisang kepok dan lain sebagainya. Kalau saja pulang Jakarta tidak pakai KRL, terbersit niat untuk memborong.

Tapi karena kuputuskan untuk pulang Jakarta naik KRL maka kuurungkan, mungkin next time saja.

Dok. Pribadi Menikmati Jajanan di Surya Kencana.
Dok. Pribadi Menikmati Jajanan di Surya Kencana.

Setelah mengisi perut di Soto Kuning Agih, tergerak hati untuk membeli cungkring dan rujak buah.

Cungkring terbuat dari potongan kikil sapi yang dimasak dengan bumbu kuning kemudian diguyur pakai kuah kacang.

Jangan tanya rasanya bagaimana, yang jelas lamak banaa. hehehe

Tempat makan selanjutnya adalah Padre. Resto ini menawarkan beragam makanan dengan citarasa Italia. Awal kesini karena melihat ratingnya cukup tinggi di google review dan lokasinya tidak jauh dari hotelku menginap.

Dok. Pribadi. Dinner di Padre.
Dok. Pribadi. Dinner di Padre.

Begitu masuk resto ini disambut dengan bau kejunya yang khas dan etalase gelatonya yang menggiurkan.

Suasananya aduhai ramai sekali. Rekomendasi makanan tercantum di buku menu mereka. Jangan tanya nama makanannya apa, namanya terlalu Italia untuk diingat. Untuk rasa lumayan enak.

Di hari kedua menjajal tempat makan namanya Kedai Kita. Sama seperti Padre, resto ini juga memiliki rating yang cukup tinggi di google review.

Signature foodnya adalah Pizza dan Mie hotplate. Resto Kedai Kita ini lumayan luas dan terdapat lantai 2. Saat bertandang, ramai sekali sampai masuk waiting list. Tapi tak menunggu lama langsung dapat meja. Rekomendasi makanan sudah tertera di buku menu. Saat itu pesan Mie paru sapi dan Pizza BBQ Smoke Beef. Rasanya? Enak banget. Untuk ukuran Pizzanya lumayan besar jadi bisa buat makan berdua.

Sehabis dari Kedai Kita, bertolak ke Masterpiece. Lumayan stress released di tempat karaoke.

Malamnya  ke Mall Botani Square.

Entah mengapa Mall ini nyaman saja untuk dikunjungi, selain karena dekat dari tempat menginap, Mall ini juga memiliki banyak gerai jajanan di lantai atas. Selain harganya tidak terlalu mahal rasanya juga enak-enak.

Di hari ketiga sebenarnya mau bolang lagi untuk mencari tempat hype lainnya. Tapi kondisi jalanan di maps menyiutkan nyali.

Hitam alias stuck. Tidak lagi-lagi deh.

Cukup hari pertama dan kedua saja sampai dicancel 6-7 kali taksi online. Musababnya tidak lain dan tidak bukan karena macet.

Akhirnya kuputuskan untuk lari ke Mcd terdekat sebelum akhirnya menuju Stasiun Bogor untuk kembali ke Jakarta.

Tiba di Stasiun Bogor langsung masuk KRL dan dapat tempat duduk. Penumpang juga tidak semembludak saat perjalanan Jakarta-Bogor. Kurang lebih 60 menit tiba di Stasiun Cikini, pesan taksi online lagi dan tak lupa beli buah depan Kampus Bung Karno.

Pengalaman yang menyenangkan naik KRL terlepas dari begitu banyaknya keluh kesah tentang moda transportasi ini di media sosial. Masyarakat Jabodetabek layak bersyukur dengan fasilitas ini. 

Jadi pingin mencoba KRL untuk rute lainnya, tapi tidak pas jam kerja ya (hahaha)

Trima kasih sudah berkunjung. Punya pengalaman menarik lainnya tentang KRL? Drop komenmu di bawah.

  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun