Mohon tunggu...
TRI UTAMI
TRI UTAMI Mohon Tunggu... Guru - Guru

Hobi memasak, kepribadian periang suka tantangan, menyukai konten yang berhubungan dengan perkembangan anak usia dini.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Media Kantong Angka untuk Mengenalkan Konsep Bilangan pada Anak Usia 4-5 Tahun di TKIT Fatahillah Sukoharjo

9 November 2022   23:44 Diperbarui: 9 November 2022   23:50 1264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Definisi anak usia dini yang dikemukan oleh NAEYC (National Assosiation Education for Young Chlidren) adalah sekelompok individu yang berada pada rentang usia antara 0 – 8 tahun. Anak usia dini merupakan sekelompok manusia yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan. 

Pada usia tersebut para ahli menyebutnya sebagai masa emas (Golden Age) yang hanya terjadi satu kali dalam perkembangan kehidupan manusia. Pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini perlu diarahkan pada fisik, kognitif, sosio emosional, bahasa, dan kreativitas yang seimbang sebagai peletak dasar yang tepat guna pembentukan pribadi yang utuh.

Pada masa ini merupakan masa emas atau golden age, karena anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat dan tidak tergantikan pada masa mendatang. Menurut berbagai penelitian di bidang neurologi terbukti bahwa 50% kecerdasan anak terbentuk dalam kurun waktu 4 tahun pertama. Setelah anak berusia 8 tahun perkembangan otaknya mencapai 80% dan pada usia 18 tahun mencapai 100% (Slamet Suyanto, 2005: 6).

Sesuai dengan Undang-undang Sisdiknas tahun 2003 pasal 1 ayat 14, upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak usia 0-6 tahun tersebut dilakukan melalui Pendidikan anak usia dini (PAUD). Pendidikan anak usia dini dapat dilaksanakan melalui pendidikan formal, nonformal dan informal. 

Pendidikan anak usia dini jalur formal berbentuk taman kanak-kanak (TK) dan Raudatul Athfal (RA) dan bentuk lain yang sederajat. Pendidikan anak usia dini jalur nonformal berbentuk kelompok bermain (KB), taman penitipan anak (TPA), sedangkan PAUD pada jalur pendidikan informal berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan lingkungan seperti bina keluarga balita dan posyandu yang terintegrasi PAUD atau yang kita kenal dengan satuan PAUD sejenis (SPS).

Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi dalam proses belajar mengajar  sehingga dapat merangsang perhrian dan minat siswa untuk menyampaikan materi. Gagne dan Briggs (1975) dalam arsyad (2013:4) mengatakan bahwa media pembelajaran mencangkup alat alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi bahan ajar. 

Dari kedua pengertian tersebut, media merupakan alat yang digunakan untuk menyampaikan materi pembelajaran

Menurut Brunner dalam Mayke (2001: 104) mengatakan angka adalah simbol suatu bilangan. Belajar bilangan dari objek nyata perlu diberikan sebelum anak belajar angka. Oleh karena itu, pada saat kegiatan menghitung sebaiknya anak dilatih menghitung benda-benda nyata, setelah itu baru anak dilatih menghubungkan antara jumlah benda dengan symbol bilangan. Selanjutnya,

Menurut Conny (2008: 25) angka atau bilangan adalah lambang atau symbol yang merupakan suatu objek yang terdiri dari angka-angka. Sebagai contoh bilangan 10, dapat di tulis dengan dua buah angka (double digit) yaitu angka 1 dan angka0. Bilangan banyak ditemui dalam kehidupan sehari-hari. 

Salah satu unsur yangadadi dalam matematika adalah kemampuan membilang. Bilangan atau bisa disebut denganangka tidak terlepas dari matematika. Bilangan merupakan bagian dari hidupkita, setiap hari kita selalu menemukan angka atau bilangan kapan  pun dan dimanapun.

Menurut Berlyne (dalam Santrock, 2007: 217) menggambarkan permainan sebagai sesuatu yang menarik dan menyenangkan karena memuaskan dorongan eksplorasi kita. Dorongan tersebut melibatkan rasa ingin tahu dan keinginan akan informasi tentang sesuatu yang baru dan tidak biasa. 

Permainan juga merupakan sebuah alat ketika anak-anak dapat mengeksplorasi dan mencari informasi baru dengan menawarkan kepada anak-anak kemungkinan pemburuan, kompleksitas, ketidakpastian, kejutan, dan keanehan. Contoh: permainan kantong angka.

Usaha peningkatan kemampuan mengenal lambang bilangan 1-10 dilakukan dalam bentuk permainan. Melalui permainan kantong angka anak merasa senang dan tidak merasa dipaksa belajar berhitung. Dalam menyampaikan aturan permainan kantong angka jelas dan mendetail sehingga anak tidak bingung. Selain itu dalam memberikan kesempatan bermain pada anak, guru memberikan dengan waktu yang cukup.

Alat dan bahan yang digunakan dalam membuat media pembelajaran kantong angka adalah benda benda yang mudah kita temui di lingkungan kita yaitu:

  • Kardus atau triplek (saya menggunakan triplek)
  • Kain flanel
  • Kain spon
  • Lem tembak
  • Spidol
  • Penggaris
  • Stik es krim
  • Gunting
  • Potongan angka

Langkah langkah cara pembuatannya

  • Siapkan bahan bahan yang diperlukan seperti triplek bekas, kain flanel,spidol, penggaris gunting dan lem tembak.
  • Potong triplek  sesuai ukuran yang di inginkan sebagai tempat untuk menempel kantong dari kain flanel.
  • Lapisi triplek dengan kain spon adgar terlihat menarik
  • Tempelkan kantong yang terbuat dari kain flanel dengan dengan lem tembak (10 buah potongan kantong)
  • Kalau sudah selesai tempelkan angka yang sudah di siapkan ke kantong kantong nya.
  • Kemudian menghias biar media kantong angkanya biar anak lebih penasaran
  • Setelah selesai media kantong angka bisa buat untuk bermain.

Dokpri
Dokpri

Prosedur penggunaan dalam pembelajaran.

  • Persiapkan stik eskrim dan kantong angka yang akan digunakan untuk mengenalkan konsep angka.
  • Letakkan stik es krim sesuai dengan angka yang ada di kantong
  • Contohnya di kantong ada angka 1 kita isi stik es krim 1, kantong ada angka 2 kita isi stik es krim jumlahnya dua dan selanjutnya

Tujuan  dari penggunaan  media ini adalah untuk perkembangan kognitif  anakyang mengarah pada tahap pengenalan konsep bilangan. Sehingga anak tidak terbebani dalam belajar  yang mengharuskan dengan menggunakan buku dan pensil

Terimakasih, semoga informasi diatas bermanfaat bagi kita semua.

Penulis : Tri Utami

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun