Mohon tunggu...
Tri utami
Tri utami Mohon Tunggu... Guru - Guru

Saya merupakan salah satu guru SMA Negeri di sebuah pulau kecil di kabupaten Gresik

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Kesucian Si Gadis Desa

8 Juni 2023   13:50 Diperbarui: 8 Juni 2023   13:57 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Sah?"

"Sah", sahut para tamu undangan pada acara akad nikah Medina malam itu.

"Alhamdulillah", kata itulah yang langsung terucap dari lisan Medina, gadis desa sederhana yang selama ini sangat berhati- hati dalam hal memilih jodoh pendamping hidupnya. Medina menikah dalam usianya yang tidak muda lagi, yakni 29 tahun. Usia itu merupakan usia yang terlampau matang bagi masyarakat desa sekitar Medina. Tidak jarang dia mendapat pertanyaan "kapan kamu akan menikah?" dari tetangga, keluarga, bahkan rekan kerjanya.

Bukannya tidak ada, justru telah banyak pemuda yang berusaha merebut hatinya selama ini. Mulai dari pemuda yang usianya lebih muda darinya, rekan kerjanya, teman sma nya, bahkan seorang duda pun pernah menaruh hati dan berniat memperistri Medina. Namun Medina punya alasan tersendiri mengapa dia enggan menerima niat baik para pemuda tersebut.

Medina bukanlah gadis yang memiliki kriteria yang tinggi bagi laki- laki yang akan dijadikan pendamping hidupnya. Tidak pula dia mensyaratkan materi yang berlimpah atau bahkan jabatan yang tinggi. Dia hanyalah gadis desa sederhana yang menginginkan pendamping hidup yang bisa menjadikannya wanita calon penghuni surga. Dia hanya menginginkan kehidupan yang sederhana di dunia, namun bahagia dunia akhirat.

Sebelum pernikahannya ini, dahulu pernah datang seorang pemuda untuk meminta Medina menjadi istrinya. Pemuda ini adalah pemuda baik, berpendidikan, dan dari keluarga baik- baik pula. Medina mengenal pemuda ini melalui organisasi keislaman yang mereka ikuti. Karena sering berinteraksi melalui berbagai kegiatan organisasi, mereka sudah saling mengenal karakter dan kepribadian masing- masing akhirnya mereka saling menaruh hati.

Kala itu sang pemuda mencoba menarik perhatian Medina dengan mengiriminya pesan singkat, "Assalamu'alaikum, apa kabar, Ukhty?". Medina menjawab pesan itu singkat, "Wa'alakumussalam. Ada apa, Akhy?".

"Ana ingin membicarakan hal serius dengan anti. Bolehkan ana katakan terus terang melalui pesan singkat ini ataukah ana harus menemui anti secara langsung?", lanjut pemuda itu. Medina meminta pemuda itu untuk membicarakan hal yang dia maksud melalui pesan singkat saja. Akhirnya berlanjutlah saling mengirim pesan singkat mereka yang berujung pada penyampaian tujuan utama sang pemuda menghubunginya. "Ana ingin menjadikan hubungan kita halal, bagaimana menurut anti? Kalau anti setuju, ana akan segera meminta anti kepada orang tua anti".

Hati Medina terasa teraduk- aduk saat itu, maklum saja karena dia sama sekali tidak pernah menjalin hubungan spesial dengan lawan jenis sebelumnya. Dia selama ini berusaha dengan keras untuk menjaga kesucian dirinya dan menjaga hatinya hanya untuk seorang pria saja, yakni suaminya yang halal. Medina enggan menjawab pesan singkat sang pemuda. Hatinya masih belum siap memberikan jawaban apa- apa.

Keesokan harinya, sang pemuda kembali mengirimi Medina sebuah pesan singkat, "Assalamu'alaikum. Bagaimana kabarnya hari ini, Ukhty?". "Wa'alaikumussalam. Alhamdulillah baik, Akhy". "Maaf sebelumnya, Ukhty, bagaimana dengan pertanyaan ana kemarin?"

Sekali lagi, Medina tidak segera menjawab pertanyaan sang pemuda. Lama sekali dia baru membalas nya, "Mohon maaf, Akhy, kalau kemarin ana kurang sopan dan tidak memberikan jawaban apa- apa atas pertanyaan antum. Tadi malam, ana sholat istikharah terkait dengan hal ini. Dan sekarang ana sudah menemukan jawabannya. Bismillah, ……………………..”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun