Mohon tunggu...
Tri Sulestio
Tri Sulestio Mohon Tunggu... -

Putra Lampung. UGM Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kenapa Memilih Presiden yang Cuma Bisa Mengurus Kuda?

6 Juli 2014   00:30 Diperbarui: 18 Juni 2015   07:19 831
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Disini saya
akan mencoba menuliskan beberapa alasan saya mengapa saya lebih memilih Pak
Prabowo sebagai Presiden RI. Saya tidak akan membahas korupsi sapi, korupsi
haji, maupun korupsi Al-quran pada partai koalisi beliau. Toh, para tersangkanya pun sudah mendekam dipenjara. Tidak seperti
korupsi BLBI yang penyelesaian belum jelas dan notabene kerugian negara yang
ditimbulkan lebih besar dari kasus-kasus korupsi yang saya sebutkan di atas.
Sedangkan beberapa pelakunya masih bebas, hidup enak di luar negeri dan
jelas-jelas mendukung capres nomor 2. Saya tidak akan membahas tentang
blusukan. Karena saya yakin blusukan yang dilakukan Bapak Prabowo ke
daerah-daerah rawan konflik ketika menjadi prajurit lebih heroik dan hebat,
meskipun tidak diliput media. Saya tidak akan membahas komitmen Pak Prabowo
soal Palestina, karena saya sudah tahu beliau menyumbang uang sebesar Rp.
500.0000.000 ketika Palestina diagresi Israel tahun lalu. Dan juga partai koalisinya
PKS yang mengirimkan banyak relawan dengan bergabung dalam Sahabat Al-Aqsa, juga
kadernya yang berprofesi dibidang kesehatan dengan bergabung dengan MER-C. Meskipun
dulunya dicemooh karena terlalu mengurusi negara lain. Saya juga tidak akan
membahas soal kasus HAM yang menimpa Pak Prabowo. Karena saya tahu didalam tim
sukes capres nomor 2 terdapat jendral-jendral yang lebih berdarah dan terlibat
dalam kasus HAM yang lebih berat. Saya juga tidak akan membahas kampanye yang
menggunakan atribut partai NAZI oleh pendukung Pak Prabowo. Saya tahu itu
salah, dan beberapa teman saya yang notabene pendukung capres nomor 2 banyak
yang menghujat kampanye tersebut. Namun, yang saya heran adalah ketika Wimar
memasukan lambang Ormas Muhammadiyah dan Ustad Aa Gym dalam gambar Group of Rogues (Kumpulan Para Bajingan).
Mereka yang notabene juga umat Islam terkesan diam dan tidak terjadi apa-apa.
Saya sebagai warga NU yang selalu menunggu keputusan pemerintah untuk berpuasa
dan hari raya saja mengakui bahwa Ormas Islam Muhammadiyah dengan asetnya yang
besar sangat berjasa bagi kemajuan pendidikan dan kesehatan di Indonesia dengan
didrikannya sekolah, universitas, maupun rumah sakit dibawah yayasan
Muhammadiyah. Yang menjadi pertanyaan saya yang belum terjawab. Apa salah NAZI
kepada mereka ataupun Indonesia sehingga mengalihkan jasa Muhammadiyah?. Ok, saya akan keintinya saja.

Pernah pada
suatu perkuliahan, dosen saya menyindir apa yang dilakukan Pak Prabowo dengan
membeli kuda-kuda mahalnya. Beliau beranggapan lebih baik uang yang digunakan
untuk membeli kuda tersebut digunakan untuk membantu rakyat Indonesia yang
berkonomi lemah. Awalnya saya juga beranggapan sama seperti beliau. Namun,
akhir ini saya tahu apa yang sebenarnya dan tidak terlalu diekspos media. Dan juga,
Pak Prabowo tidak mengatakannya kepada publik. Fakta sebenarnya adalah beliau
memiliki banyak kuda yang mahal, tetapi tidak hanya beliau gunakan sendiri. Sebagai
Pembina olahraga berkuda, beliau mempersilahkan atlet-atlet untuk berlatih dan
berlomba dengan menggunakan kuda milik beliau. Kita semua tahu , di negara lain
biasanya atlet berkuda adalah mereka yang hanya dari keluarga bangsawan, anak
raja, pejabat negara, dan orang-orang kaya. Namun, didalam atlet yang dibina
oleh Pak Prabowo ini terdapat juga anak petani, anak buruh, dan mereka yang
dari keluarga kurang mampu. Dan mereka mampu membuktikan bahwa mereka bisa
berprestasi di kancah nasional maupun internasional. Beliau juga menggunakan
rumah pribadi beliau untuk berlatih para atlet pencak silat Indonesia yang juga
berprestasi di kancah internasional. Beliau tidak mau pamer dan ria akan
kebaikan. Karena berbuat baik bukanlah hal istimewa bagi beliau, melainkan
sebuah kebiasaan. Calon pemimpin yang dermawan.

Kebaikan lain
yang beliau lakukan adalah beliau memperkerjakan 80% penduduk di desa dimana
beliau tinggal untuk mengurus peternakan maupun
pertanian milik beliau. Memberi beasiswa kepada anak-anak dari keluarga kurang mampu sehingga mereka
mampu bersekolah dan mencapai cita-citanya. Bahkan hingga kuliah sampai luar
negeri. Beliau juga sangat peduli kepada petani-petani yang menurut saya
merekalah pahlawan bangsa. Dari keringatnya kita semua bisa makan dan hidup. Dan
lagi saya takjub, beliau tidak pamer maupun ria. Karena berbuat baik bukanlah
hal istimewa baginya, melainkan kebiasaan dan kewajiban.

Hal positif
lain dari beliau adalah pergaulannya di dunia internasional yang luas. Beliau
pernah
menjadi pembicara di National Defense
University
, Beijing, Tiongkok
,National University of
Singapore
(NTU), Singapura, berteman baik dengan Raja Yordania, Perdana
Menteri Korea Selatan, dan Perdana Menteri Kamboja, juga pemimpin negara-negara
lainnya. Dengan keahlian bahasa asingnya juga, beliau tidak canggung ketika
menerima para duta besar dari negara-negara Eropa dan Amerika Serikat
dikediaman beliau. Perbedaan pendapat ayahnya, Prof. Sumitro Djojohadikusumo
dengan Presiden Soekarno memaksa keluarga beliau mengasingkan diri keluar
negeri dan tinggal di beberapa negara. Dari hal itu, beliau bisa menguasai
bahasa-bahasa asing seperti Inggris, Prancis, Belanda, dan Jerman. Juga,
mengerti bagaimana rasanya tinggal sebagai minoritas. Sehingga kelompok minoritas
tidak perlu kuatir akan perlindungan negara kepada mereka, jika beliau nantinya
diberi mandat oleh rakyat. Dari kemampuan bahasa asingnya, kita tidak perlu
sanksi jika nantinya beliau harus menghadiri konferensi-konferensi
internasional sehingga tidak membutuhkan translator atau penerjemah.

Oleh karena itu, saya hanya ingin membantu beliau untuk berbuat baik
bagi seluruh rakyat Indonesia. Saya bermimpi terciptanya peradaban dimana
orang-orang kayanya tidak jijik dan menghina orang-orang miskin, melainkan
membantu mereka yang butuh. Peradaban dimana orang-orang miskinnya tidak malas
dan putus asa untuk mengejar kehidupan yang layak, karena mereka melihat adanya
harapan. Pak Prabowo sudah memberi teladan yang mungkin belum banyak orang yang
tahu. Sosok yang negarawan dan dermawan. Memberi dengan tangan kanan, dan tidak
membiarkan tangan kiri tahu. Diakhir kalimat saya ingin mengucapkan salam
kepada seluruh rakyat Indonesia. Bukan salam satu jari ataupun salam dua jari,
karena saya bukanlah orang yang menabikan capres. Melainkan salam kedamaian
yang dicontohkan Nabi Muhammad. Assalamualaikaum warahmatullahi wabarukatuh.

Bulaksumur, DIY, 16:00 05-07-2014. Ditengah khidmadnya suasana
Ramadhan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun