Mohon tunggu...
Tri Sukmono Joko PBS
Tri Sukmono Joko PBS Mohon Tunggu... Dosen - Tenaga Pengajar, Sekretaris Pada Yayasan Lentera Dikdaktika Gantari

Hobi membaca, senang menjadi narasumber di Bidang Manajemen Risiko

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Terkepung di Negeri Pendusta

24 Januari 2025   09:17 Diperbarui: 24 Januari 2025   09:17 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Tokoh partai itu menghela nafas, "heeeh kalau dua minggu lagi sudah tidak ada waktu kan pelantikan tinggal dua hari lagi, sekarang pastikan saja ikut atau tidak?" Desak tokoh partai itu

Dengan lemah Aby menggelengkan kepala dan berkata "mohon maaf Pak saya tidak bisa".

"Baiklah kalau begitu saya mohon diri.. kalau masih berminat untuk menjadi pejabat struktural ditingkat Pusat, Prof bisa menghubungi saya tetapi yang jelas berikutnya bukan untuk eselon I, ini kartu nama saya bisa ada chat dulu kalau mau ketemuan, terima kasih"

Aby pun mengulurkan tangan dan bersalaman dengan tokoh partai itu, setelah berpamitan tokoh partai itu pun meninggalkan rumah Aby dengan menggunakan mobil sedang mewahnya. 

Cerita ini menggunakan nama yang fiktif dan tidak menyebutkan nama daerah ataupun partai, tetapi cerita ini diambil dari kisah keseharian, yang mana di suatu negeri yang tanahnya subur dan kaya mineral ini, seseorang yang ingin mengabdi kepada bangsa bisa memperoleh tempat bila melakukan hal yang justru bertentangan dengan nilai etika dan moral. Orang-orang yang masih berpegang pada kejujuran moral dan etika, tidak mau melibatkan diri menjadi bagian dari perilaku korup yang dilakukan secara bersama-sama, bahkan setiap orang yang berpegang pada sikap jujur dan bermoral saat ini dipandang aneh dan dikucilkan. 

Orang yang jujur akan dipandang sebagai yang melawan arus dan tidak bisa hidup harmonis dengan lingkungan yang dipenuhi dengan kepalsuan atau kemunafikan, dianggap sebagai orang yang tidak bisa berdamai dengan keadaan. Sangat sedikit orang jujur yang berkarier cemerlang, bila ada orang jujur berkarier cemerlang semata-mata bukan karena usahanya, tetapi karena perlindungan dari Tuhan yang menjaganya untuk tetap bersih dan tidak terpengaruh oleh lingkungan yang boleh dibilang lebih sesat dibanding jaman jahiliyah ketika para nabi diutus.

  

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun