Mohon tunggu...
Tri Sukmono Joko PBS
Tri Sukmono Joko PBS Mohon Tunggu... Dosen - Tenaga Pengajar, Sekretaris Pada Yayasan Lentera Dikdaktika Gantari

Hobi membaca, senang menjadi narasumber di Bidang Manajemen Risiko

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Memahami Risk Apetite

2 Agustus 2024   05:32 Diperbarui: 2 Agustus 2024   05:55 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyak orang memahami Risk Apetite  atau selera risiko sebagai risiko melekat, padahal hal itu tidak sepenuhnya benar. Selera risiko sebenarnya berkenaan dengan metode yang dipilih untuk akan digunakan dalam rangka melaksanakan sebuah kegiatan atau sebuah program, sedang risiko melekat adalah risiko yang dibawa karena sifat dari kegiatan atau barang yang dipilih. Mari kita bahas satu demi satu.

Selera Risiko

Selera risiko itu yang menetapkan adalah pimpinan manajemen atau pun tim yang ditunjuk oleh pimpinan untuk melaksanakan suatu aktivitas kegiatan yang sifatnya produktif. Selera risiko berkaitan dengan metode yang dipilih oleh pimpinan atau oleh tim yang ditunjuk untuk melaksanakan suatu kegiatan produksi. Misalnya saya sebagai pemilik perusahaan akan membuka cabang usaha baru di kota Bandung dalam bidang produksi kain bahan baju, ada dua metode yang tersedia yang bisa saya pilih untuk mewujudkan usaha saya di bidang tekstil yakni metode menggunakan mesin berteknologi tinggi dan menggunakan mesin sederhana yang lebih banyak melibatkan tenaga manusia. Pada Masing-masing metode yang dipilih ada risiko yang harus diterima dan dikelola untuk dapat berproduksi dengan baik, sebagai berikut

Menggunakan Mesin Berteknologi Tinggi

Risiko yang ada pada pilihan metode menggunakan mesin berteknologi tinggi yakni harga mesin mahal (risiko keuangan), memerlukan daya listrik yang besar (risiko penyiapan sarana), dan memerlukan tenaga kerja yang terdidik atau terlatih (risiko sumber daya manusia). Namun walaupun risiko yang harus diterima sangat tinggi, tetapi akan diikuti oleh adanya peluang juga yang sangat tinggi yang bisa menutupi risiko, yakni mesin berteknologi tinggi bisa menghasilkan ribuan meter yard kain hanya dalam hitungan detik, dengan bisa memproduksi kain secara masal dan dalam waktu yang sangat singkat maka bisa menjual kain dengan harga yang bersaing di pasaran atau relatif murah sehingga bisa menguasai pasar penjualan kain dengan dikuasainya pasar maka keuntungan yang diperoleh bisa maksimal sehingga risiko harga mesin yang mahal, biaya untuk mendapatkan tenaga terlatih, dan biaya listrik yang besar dapat tertutupi bahkan pengaruhnya menjadi tidak signifikan terhadap biaya beban operasional.

Menggunakan Mesin Sederhana dengan melibatkan banyak tenaga manusia 

Risiko yang ada pada pilihan menggunakan mesin sederhana dan lebih banyak melibatkan tenaga manusia yakni proses produksi lambat sehingga akan sulit untuk bisa bersaing menguasai pasar dengan harga bersaing, memerlukan pengawasan dan menggunakan tenaga kerja yang tidak terlatih maka sering kali terjadi kesalahan dan mengakibatkan cacat produksi. Namun dari risiko tadi diikuti oleh adanya peluang berupa murahnya membayar upah tenaga kerja yang tidak terdidik, dan pabrik relatif lebih aman bila tenaga kerja yang direkrut merupakan warga sekitar pabrik.

Masing-masing metode yang dipilih baik menggunakan mesin berteknologi tinggi atau pun yang lebih banyak melibatkan tenaga manusia harus dibandingkan dengan kemampuan sumber daya yang dimiliki, yakni kemampuan sumber daya manusia, sumber daya keuangan, dan sumber daya sarana serta prasarana. Batas kemampuan dari perhitungan tiga sumber daya terhadap risiko yang harus dihadapi saya menyebutnya dengan batas toleransi risiko.

Risiko Melekat

Risiko melekat itu adalah risiko yang mengikut disebabkan sifat dari benda atau pun program atau pun kegiatan yang akan dilaksanakan. Misalnya risiko melekat ketika saya menggunakan mesin yang tidak berkualitas adalah bahan bakar menjadi boros dan , usia teknis mesin yang pendek. Risiko ini akan menjadi residu risk karena akan tetap ada walaupun pihak perusahaan sudah melakukan pengendalian atau upaya untuk menekan risiko. ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun