Mohon tunggu...
Tri Sugianti
Tri Sugianti Mohon Tunggu... Guru - Guru

Membaca

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Penerapan Budaya Positif di Sekolah

2 Juni 2024   20:56 Diperbarui: 2 Juni 2024   21:03 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Budaya positif merupakan perwujudan dari nilai-nilai atau keyakinan universal yang diterapkan di sekolah, Budaya positif yang diterapkan di sekolah adalah salah satu perwujudan dari visi guru yang mengandung nilai-nilai kebajikan sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang dijabarkan dalam profil pelajar Pancasila, sehingga murid-murid ke depan memiliki karakter yang baik. Melalui penerapan disiplin yang kuat dapat membuat seseorang menggali potensinya menuju kepada sebuah tujuan yang mulia, yakni nilai kebajikan universal.

Nilai kebajikan universal yang diyakini seseorang inilah yang akan membangun motivasi instrinsik siswa untuk mencapai tujuan yang diinginkan yakni untuk menjadi siswa yang memiliki profil pelajar pancasila. Ada 3 motivasi perilaku manusia yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu, Diantaranya yaitu menghindari hukuman, mendapatkan hadiah/imbalan dan nilai yang mereka yakini.

Motivasi pertama dan kedua termasuk motivasi ekternal, Sedangkan motivasi yang perlu kita bangun adalah motivasi ketiga yaitu motivasi intrinsik. Siswa melakukan disiplin disebabkan nilai-nilai yang mereka percayai tanpa adanya perintah atau paksaan. Selain itu, kita sebagai pendidik juga harus tahu 5 kebutuhan dasar manusia yaitu 1) Bertahan Hidup 2) Penguasaan 3) Kasih sayang dan Rasa Diterima 4) Kesenangan dan 5) Kebebasan.

Adapun penerapan budaya positif yang bisa kita lakukan sebagai pendidik di sekolah adalah dengan Selalu berkolaborasi dengan rekan sejawat untuk menerapkan budaya positif di sekolah dan selalu berusaha membangun motivasi intrinsik siswa melalui keyakinan kelas. Dalam pembentukan nilai keyakinan kelas siswa selalau dilibatkan, sehingga siswa ikut berkontribusi dalam pembuatan keyakinan kelas tersebut. Mulai curah pendapat, merumuskan keyakinan kelas dan menempel keyakinan kelas tersebut di depan kelas. Melalui hal tesebut siswa akan lebih antusias dalam menjalani keyakinan kelas yang telah dibuat dan juga siswa akan lebih memiliki kesadaran dan bertanggung jawab.

Selama ini kita sebagai guru merasa berkewajiban mengontrol perilaku siswa agar memiliki perilaku sesuai yang guru harapkan. Ternyata anggapan itu salah, guru tidak bisa mengontrol diri siswa, tetapi yang bisa mengontrol diri siswa adalah dirinya sendiri. Kita sebagai pendidik seharusnya dapat membuka diri terhadap perubahan yang ada. Perubahan stimulus respon menjadi teori kontrol itu merupakan cara yang tepat untuk menciptakan disiplin positif di sekolah. Budaya positif yang diterapkan di sekolah seharusnya menjadi suatu pembiasaan sehingga mendorong murid untuk melakukannya dengan kesadaran diri tanpa paksaan. Budaya positif di sekolah adalah tempat belajar yang membuat murid merasa nyaman, aman dan menyenangkan di mana terjadi keterlibatan kolaborasi, rasa saling menghargai dan terciptanya sosial emosional diantara semua warga sekolah. Melalui penerapan disiplin yang kuat dapat membuat seseorang menggali potensinya menuju kepada sebuah tujuan yang mulia, yakni nilai kebajikan universal. Budaya positif diawali dengan adanya perubahan paradigma tentang teori control. Nilai kebajikan universal yang diyakini seseorang inilah yang akan membangun motivasi instrinsik siswa untuk mencapai tujuan yang diinginkan yakni untuk menjadi siswa yang memiliki profil pelajar pancasila. langkah- langkah dan strategi dalam mewujudkan budaya positif di sekolah yaitu 1.(Posisi Kontrol Guru)Sebaiknya posisi kontrol guru adalah sebagai manajer, di mana guru memposisikan dirinya jika murid melakukan pelanggaran tata tertib maka guru bisa bertanya kepada anak tentang alasan mengapa anak tersebut melakukan pelanggaran, kemudian membuat kesepakatan kelas untuk melakukan tindakan perbaikan supaya anak bisa mencari solusi dari pelanggaran yang sudah mereka lakukan dan tidak mengulang kembali pelanggaran yang sama.2.(Kesepakatan Kelas)Kesepakatan kelas digunakan untuk membantu guru dan murid dalam bekerja sama membentuk kegiatan belajar mengajar. Di dalam kesepakatan kelas terdapat harapan guru kepada murid dan harapan murid kepada guru, sehingga akan membangun kolaborasi yang baik antara guru dengan murid. Sebaiknya kesepakatan yang dibuat harus dapat dipahami dan bisa diterapkan langsung sehingga jika ada kekurangan dapat diperbaiki dan dikembangkan secara berkelanjutan.3.(Penerapan Disiplin Positif),Disiplin positif bertujuan memberikan pemahaman disiplin kepada anak agar mereka mengetahui perilaku yang diperbuat, bisa mengambil keputusan dengan tepat, bertanggung jawab atas pilihan yang mereka lakukan serta dapat menghargai diri sendiri dan orang lain. Dalam pelaksanaannya disiplin positif dapat memberikan pemahaman kepada anak tentang konsekuensi jika mereka melakukan pelanggaran dari peraturan yang sudah disepakati bersama sehingga membuat mereka belajar melakukan disiplin positif dengan baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun