This study aims to examine the visual aesthetics of the Ratu Malang tomb, through elements such as batik cloth, umbrella, and layout, which represent the social construction of Javanese society. The research method used is the qualitative descriptive study with data collection through direct observation, interview, and literature analysis related to the history and culture of the tomb, analyzed using Roland Barthes' semiotic theory. The five Sila aesthetic analysis approach by Sumbo Tinarbuko is used to explore the connection between the design elements and the socio-cultural context of Javanese society. The research findings indicate that, in addition to aesthetic values, the attributes and layout also reflect social hierarchy, status, and Javanese cultural constructs. This study offers a new perspective on the connection between tomb design, collective identity, and cultural sustainability.
Keywords: Design aesthetics, Batik, Ratu Malang Tomb, Semiotics, Social Hierarchy
PENDAHULUANÂ
Makam Ratu Malang merupakan kompleks pemakaman yang dibangun pada tahun 1665-1668. Di dalamnya terdapat makam dari selir Raja Amangkurat I yang dikenal sebagai Ratu Malang beserta 27 nisan lainnya. Situs pemakaman ini menyimpan peninggalan arkeologis yang memiliki konteks sejarah Kerajaan Mataram Islam pada pertengahan abad ke-17. Mataram Islam dalam perkembangannya memiliki tiga poros utama, yaitu Kotagede, Kerta-Pleret, dan Imogiri. Dengan mengetahui hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa situs yang terletak di Kecamatan Pleret ini merupakan peninggalan yang cukup penting dari Mataram Islam.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis estetika desain dalam atribut visual pada makam Ratu Malang, seperti kain batik, payung, dan tata letak makam, yang mencerminkan konstruksi sosial dan status budaya masyarakat Jawa. Selain itu, penelitian ini juga mengungkap makna simbolis dari elemen-elemen tersebut dalam konteks identitas, informasi, dan promosi budaya.
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Untuk mengeksplorasi makna, simbolisme, serta nilai-nilai kebudayaan, dilakukan wawancara mendalam dengan juru kunci serta analisis dokumen literatur sejarah dan tulisan kajian terdahulu.
Penelitian ini juga menggunakan metode analisis lima sila estetika desain oleh Sumbo Tinarbuko. Kelima sila tersebut meliputi: (1) Kesederhanaan, (2) Masa Depan, (3) Simbol, (4) Tata Nilai & Tata Kelola Peradaban, dan (5) Feminitas & Maskulinitas. Ada tiga sila yang relevan untuk makam Ratu Malang, yaitu sila Kesederhanaan, yang terlihat pada desain minimalis dan penggunaan material batu andesit tanpa ornamen berlebihan; sila Tata Nilai & Tata Kelola Peradaban, yang tercermin dari perbedaan tingkat makam yang menunjukkan hierarki sosial; serta sila Masa Depan, yang menghubungkan estetika makam dengan keberlanjutan budaya penghormatan kolektif terhadap tokoh masyarakat dalam masyarakat Jawa.
Penelitian ini juga menggunakan teori semiotika Roland Barthes, yang mencakup denotasi, konotasi, dan mitos, dalam memaknai tanda-tanda yang terdapat pada desain makam.
Kajian terdahulu cenderung mendalami sejarah dan logika mistik pada situs makam, seperti dalam skripsi yang ditulis oleh Rian Permadi yang berjudul  Sakralisasi Antaka Pura dan Perilaku Para Peziarah di Desa Gunung Kelir, Pleret, Bantul, Yogyakarta. Sementara, kebaruan dalam penelitian ini terletak pada analisis mendalam terhadap aspek-aspek visual dan penggunaan elemen desain pada makam Ratu Malang yang mencerminkan konteks konstruksi sosial dan budaya masyarakat pada saat itu.
Penulis juga menemukan pentingnya peran visual untuk menunjukkan fungsi identitas, informasi, dan promosi objek kajian. Kajian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih skolastik di bidang Desain Komunikasi Visual dalam menyampaikan konteks visual yang memuat ketiga fungsi di atas.
METODE PENELITIANÂ