Mungkin inilah alasan utama yang membuat orang terpesona dan diseret masuk ke dalam plot (dan sub-plot) cerita yang hampir tidak dapat diduga sebelumnya. Apalagi kalau sub-plot itu (hampir selalu) dipenuhi oleh adu silat yang mengasyikkan, dengan permainan efek sinematik yang memanjakan mata.Â
Karena itu, ketiga, jauh lebih mengasyikkan menonton serial film silat ketimbang menonton film utuh di bioskop. Di bioskop, cerita sang pengarang hampir tidak bisa beranak-pinak, dengan bermacam sub-plot tak terduga. Anda 'kan tidak bisa diharapkan nonton di bioskop berhari-hari.Â
Dalam film seri yang bisa 52 episode (ini The Legend of Condor Heroes, edisi 2017), kita bisa mengikuti seluruh seluk-beluk sub-plot dengan adegan pertarungan masing-masing secara utuh.Â
Apalagi kalau Anda, seperti saya, jatuh hati pada kecentilan dan kepintaran Huang Rong yang dimainkan sangat bagus oleh Li Yutong. Ilmu silat dan lwekangnya sih tidak tinggi-tinggi amat. Tapi otaknya sangat encer.Â
Dengan kemampuan otaknya, ia mampu membongkar misteri pembunuhan lima guru Guo Jin di Pulau Persik, yang hampir membuat kandas kisah cintanya. Seakan-akan Huang Rong mau membuktikan, tidak perlu jurus sakti, lwekang dan ginkang yang tinggi-tinggi. Pakai otakmu, bukan ototmu!
Itu sebabnya Tiongkok kini tidak lagi memproduksi para pesilat tangguh yang hidup bertapa mengolah tenaga dalam di Gunung Thay San, tetapi berlomba merebut teknologi paling maju untuk bersaing dengan Paman Sam yang masih suka memakai pistol. Hanya saja, ini akan membuat dunia Kangow jadi sepi dan tak lagi memesona.
Syukurlah masih ada serial fim silat yang bisa saya tonton...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H