“Realita ironis dimana hak hak kaum minoritas terbatasi akibat dominasi kaum mayoritas.”
“Pertentangan ideologi keagamaan.”
Sampai dengan struktur utama dari negara kita yaitu pemerintahan kita sendiri sudah ternodai dengan adanya konflik perbedaan baik ideologi maupun pandangan budaya serta agama. Kondisi negara kita saat ini bagaikan katak dalam tempurung yang tak kunjung mengerti betul apa arti persatuan itu sebenarnya. Negara ini ibarat sebuah persatuan yang membeda bedakan, dimana meskipun kita telah bersatu sebagai sebuah warga negara indonesia tetapi kita masih tidak mengerti apa arti persatuan yang sebenarnya sehingga "persatuan" ini pada akhirnya membawa kita pada perpecahan.
“Lantas bagaimanakah bentuk nyata dari perbedaan yang mempersatukan ?”
Singkat cerita saja,
Saya merupakan seorang siswa dari salah satu sekolah swasta (katolik) di jakarta. Mungkin banyak dari kita berfikir bahwa sebagai sebuah sekolah swasta yang beraliran katolik, tentu murid muridnya merupakan seorang yang beragama katolik sesuai dengan aliran agama yang dianut sekolah ini. Tetapi perlu diketahui bahwa sekolah swasta yang beraliran katolik ini terbuka akan siswa dengan berbagai macam agama yang dianutnya. Buktinya, di sekolah ini banyak terdapat murid yang beragama islam, buddha, sampai dengan hindhu. Selain berbeda agama, murid - murid di sekolah ini juga terdiri dari berbagai suku bangsa maupun ras yang berbeda beda. Lalu pertanyaan besar dari situasi sekolah ini adalah “Akankah tercipta persatuan dalam perbedaan?”
Saya dapat tegaskan bahwa jawabanya adalah “IYA !” Mengapa ?
Kami berasal dari berbagai macam latar belakang yang berbeda beda, ada yang dari etnis tionghoa, suku batak, suku flores, keturunan keraton, etnis Jawa, agama Katolik, agama Muslim, agama Kristen, agama Buddha, agama Hindhu, dan masih banyak keragaman lainnya yang kami miliki. Tetapi dibalik semua keragaman itu, terciptalah suasana persatuan diantara kami semua. Kami senantiasa menghargai satu sama lain, menghargai perbedaan yang dimiliki, dan kami semua berteman bagaikan sebuah keluarga yang penuh dan kaya akan keberagaman.
Setiap harinya kami selalu bertemu dan bertegur sapa tanpa suatu hambatan apapun. Setiap kegiatan maupun kewajiban agama yang dimiliki oleh setiap pribadi dari kami selalu dihargai dan diberikan kebebasan untuk melakukan ibadah maupun perayaan wajib lainnya ( Contoh konkritnya : setiap hari Jumat, semua guru, murid, maupun staff sekolah yang beragama muslim diijinkan untuk meninggalkan area sekolah untuk melakukan Sholat Jumat di Mushola ataupun Masjid terdekat ).
Tidak ada rasa cemburu maupun dengki dari dalam diri kami akan kebergaman maupun perbedaan yang kami miliki masing masing. Tidak pernah ada kasus pencelaan suku ataupun agama yang muncul di wilayah sekolah kami. Bahkan kami sangat menikmati hidup dalam perbedaan seperti ini, karena kami mengerti dan tahu betul bahwa sebenarnya keberagaman (perbedaan) merupakan pemicu terciptanya persatuan, dan rasa persatuan itu sendiri telah kami rasakan bahkan rasa persatuan itupun berkembang menjadi rasa persaudaraan yang erat antar sesama manusia yang beragam.
“Akankah suasana sekolah yang berisikan murid murid dengan latar belakang budaya serta suku bangsa yang berbeda beda tidak terpengaruh dengan runtuhnya persatuan di kalangan masyarakat umum jaman sekarang ini, mengingat bahwa semakin maraknya isu isu mulai retaknya persatuan akibat perbedaan yang ada di negara ini ?”