Mohon tunggu...
trisiwi genduk
trisiwi genduk Mohon Tunggu... Guru - Guru honor

Baca novel

Selanjutnya

Tutup

Diary

Ikan Bakar Om Basit

25 Juni 2024   22:01 Diperbarui: 25 Juni 2024   22:03 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Usai mengikuti AKGTK di MTsN 1 Kalianda, Rina, seorang guru kelas, bersama dengan Risyanti, guru Bahasa Indonesia, Rinda, guru Matematika, dan Genduk, guru Biologi, segera kembali ke Bandar Lampung. Perjalanan mereka melelahkan, dan mereka memutuskan untuk singgah di kedai ikan bakar legendaris di Lampung Selatan, yang dikenal dengan nama Ikan Bakar Om Basit.

Ully, yang mengajar Akuntansi, dan Rita, guru Bahasa Inggris, sudah lebih dulu sampai di kedai tersebut. Ketika Rina, Risyanti, Rinda, dan Genduk tiba, Ully dan Rita telah selesai makan dan sedang menikmati sisa-sisa hidangan mereka.

"Udah kelar makannya?" tanya Rina sambil tersenyum lelah.

"Iya, kita udah dari tadi. Ully yang mbayarin," jawab Rita sambil mengelap mulutnya dengan tisu. "Ikan bakar di sini memang terkenal, jadi kita nggak mau ketinggalan."

Kedai ikan bakar Om Basit terletak dekat dengan Pantai Pasir Putih. Tempatnya sederhana, tapi selalu penuh dengan pengunjung, terutama saat jam makan siang. Kedai ini menyajikan ikan bakar bekre dan ikan layang yang selalu segar dan dibakar langsung di tempat, sehingga masih hangat ketika disajikan. Sambalnya yang pedas dan nendang, ditambah dengan sayur asem dan lalapan yang bisa diambil sepuasnya, membuat pengalaman makan di sini begitu istimewa.

"Wow, sambalnya mantap banget!" seru Risyanti sambil mengangkat jempolnya setelah mencicipi sedikit.

"Makanannya segar dan bumbunya sederhana, pas banget sama ikan bakarnya," tambah Genduk.

"Harga juga terjangkau, nggak bikin kantong bolong," kata Rinda sambil tersenyum puas.

Kedai ini memang sederhana, tapi rasa makanannya luar biasa. Setiap orang yang datang ke daerah Kalianda dan tidak melalui jalan tol pasti disarankan untuk singgah di tempat ini. Suasana kedai yang sederhana, dengan lalapan yang bisa diambil sepuasnya, membuat pengalaman makan menjadi lebih akrab dan santai meski tempatnya terkadang penuh dan harus bergantian.

"Tempatnya memang sempit dan kadang panas, tapi makanannya juara," kata Ully sambil mengangguk setuju.

Mereka pun menikmati makan siang dengan gembira, bercanda dan berbagi cerita tentang pengalaman mereka selama di MTsN 1 Kalianda. Meski tempatnya sederhana dan mungkin kurang nyaman, namun makanan yang disajikan di kedai Ikan Bakar Om Basit berhasil mencuri hati mereka semua. Ketika akhirnya mereka selesai makan, perut kenyang dan hati senang, mereka merasa siap untuk melanjutkan perjalanan kembali ke Bandar Lampung.

"Ini benar-benar pengalaman makan yang tidak terlupakan," ujar Rina sambil tersenyum puas. "Kapan-kapan kita harus balik lagi ke sini."

Mereka pun berpisah dengan rasa puas dan kenangan indah tentang kedai sederhana namun legendaris itu. Ikan Bakar Om Basit, dengan segala kesederhanaannya, telah memberikan pengalaman makan yang istimewa dan meninggalkan kesan mendalam di hati mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun