Mohon tunggu...
Johannis Trisfant
Johannis Trisfant Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Teolog, penulis

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Rendah Hati adalah Ciri Kekristenan

25 September 2014   16:29 Diperbarui: 4 April 2022   17:19 1458
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kerendahan hati merupakan sebuah ciri kekristenan.

Oleh: Yohannis Trisfant, MTh



Mereka yang dipakai oleh Tuhan menjadi alat dalam kelahiran Kristus adalah orang-orang yang rendah hati. Yusuf dan Maria bukan hanya orang yang rendah dan miskin tetapi mereka adalah orang yang rendah hati. Maria adalah gadis yang rendah hati. Dalam nyanyiannya dia berkata: Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku, sebab Ia telah memperhatikan kerendahan hambaNya. (Luk 1: 46-48). Yusuf adalah orang yang tulus hati, dan taat kepada Tuhan. Ketika mereka bersedia menginap di kandang domba dan tidak ngotot untuk terus mencari rumah penginapan atau rumah sahabat-atau kerabat disana, maka itu sudah menunjukkan bahwa mereka rendah hati. Tuhan tidak akan memakai orang sombong menjadi alatnya dalam melahirkan sang Juruselamat ke dalam dunia ini. Kalau Tuhan memilih Yusuf dan Maria, itu karena mereka memenuhi kualitas ini, yakni mereka rendah hati.


Tuhan Yesus sendiri adalah Pribadi yang rendah hati. Tuhan juga tidak suka dengan orang-orang yang sombong. Dalam Luk 1:52 dikatakan bahwa “ Ia menurunkan orang-orang yang berkuasa dari takhtanya dan meninggikan orang-orang yang rendah;” Mulai dari pemberitahuan mengenai kelahiran Yesus, sampai dengan saat lahirnya Yesus, semuanya memakai tema rendah hati. Bahkan pribadi yang dilahirkan pun adalah Pribadi yang rendah hati. Ketika Allah lahir di tempat yang rendah menyatakan bahwa kerendahan hati merupakan sebuah ciri kekristenan.


Bapa Gereja bernama , Agustinus mengatakan : Jika engkau bertanya kepada saya apakah hal yang utama dari ajaran kristen, maka jawaban saya adalah pertama, kerendahan hati, kedua kerendahan hati dan ketiga adalah kerendahan hati. A kempis mengatakan bahwa kerendahan hati itu perlu untuk meneladani Kristus. Kerendahan hati itu cocok dengan anugerah dan merupakan inti dari iman.


Jika kerendahan hati adalah ciri kekristenan, apakah saudara sudah rendah hati? Apakah yang saudara lakukan ketika sedang bertengkar? Banyak orang kristen ketika bertengkar yang keluar adalah adu kesombongan.


Pada suatu hari, ketika sedang bertengkar, berkatalah istri kepada suaminya, “Pak, aku bukan sombong yah …, dulu sebelum aku kawin sama kamu, banyak cowok yang datang melamarku tapi semua aku tolak, kecuali kamu.”


“Bu, aku juga bukan sombong nich …. Dulu sebelum kawin sama kamu, banyak cewek yang kulamar tapi semua menolak saya, kecuali …………..kamu yang terima saya.”


Perdebatan seringkali bukan lagi adu agumentasi, tetapi adu ego, adu kesombongan, saling menjatuhkan. Jadikanlah kerendahan hati sebagai ciri khas sudara.


Pada waktu saudara sedang melayani, lakukanlah dengan rendah hati. Pada saat sedang ada di jalan, berkendaraan lah dengan rendah hati. Ketika berhasil janganlah memuji diri saudara dihadapan orang atau mengumumkan keberhasilanmu. Criss Jami mengatakan bahwa “ tantangan terbesar setelah sukses adalah tutup mulut mengenai kesuksesan kita. Blise Pascal mengatakan “Apakah anda ingin dianggap baik oleh orang lain? Janganlah berbicara mengenai dirimu sendiri. Inilah kerendahan hati.


Berapa sering saudara membandingkan dirimu dengan orang lain dan merasa dirimu hebat? Ini adalah kesombongan. Ini akan membuat rasa takut akan Tuhan terkikis dalam hidup kita sebab kesombongan tidak akan berhenti pada satu titik, tetapi akan terus naik dan suatu waktu Tuhan pun akan ditentangnya.


Ketika saudara sudah berpikir untuk membandingkan diri dengan orang lain, hebat siapa sih, saya atau dia? Itu kesombongan, bukan kerendahan hati. Perbandingan seperti ini akan terus meningkat dan akan tiba pada sebuah titik, dimana saudara tidak takut lagi sama Tuhan. Itu bukan ciri kekristenan.


Lebih hebat mana? Palungan atau istana raja? Tergantung siapa yang ada di dalam palungan dan siapa yang ada dalam istana raja. Kalau yang ada di istana raja adalah raja yang kejam, dan yang ada di palungan adalah orang yang rendah hati, maka palungan itu lebih besar daripada istana raja.


Jadi kebesaran itu bukan dilihat dari prestasi yang saudara capai dan bukan ditentukan oleh dimana saudara berada. Tetapi siapa diri saudara itu jauh lebih penting. Kalau kita rendah hati, maka disitulah kebesaran, karena itu merupakan ciri khasnya Tuhan yang Mahabesar.


Belajarlah rendah hati seperti Kristus. Ini merupakan pelajaran seumur hidup. Pandanglah selalu ke atas, kepada Kristus agar saudara tidak punya waktu lagi untuk memandang rendah sesamamu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun