Oleh : Tri Samini,S.Kom.,M.Pd.
CGP Angkatan 7 Kab. Klaten
Sebelum menguraikan materi pengambilan keputusan berbasis nilai -- nilai kebajikan sebagai pemimpin pembelajaran mari kita renungkan kalimat bijak berikut ini : " Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik " (Bob Talbert). Maksud dari kutipan tersebut adalah dalam mengajarkan anak tidak hanya ilmu pengetahuan saja, tetapi ilmu itu merupakan proses yang sistematis dan terencana yang bisa merasuk kedalam kalbu sianak, alam pikiran mereka, sehingga berdampak pada perilaku dan karakter sianak yang beradab selain berilmu. Seorang guru yang baik, harus mampu menjadi teladan bagi muridnya maupun seluruh warga sekolah bahkan di lingkungan tempat tinggal kita sendiri. Selain itu guru harus mampu berkontribusi bagi peserta didik, setiap keputusan yang diambil haruslah berdasarkan pada nilai -- nilai kebajikan universal, kepentingan murid dan rasa tanggung jawab.
Bagaimana pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran diambil?
Pratap triloka dalam pendidikan sebagai sistem among yang diusung oleh KHD antara lain :
- Ing ngarsa sung tuladha , maknanya seorang guru adalah pendidik yang harus memberi contoh atau menjadi panutan.
- Ing madya mangun karsa, maknanya, seorang guru adalah pendidik yang selalu berada di tengah-tengah para muridnya dan terus-menerus membangun semangat dan ide-ide mereka untuk berkarya
- Tut wuri handayani, yaitu peran guru sebagai Seorang pemimpin apabila berada di belakang harus bisa mendorong yang dipimpin supaya senantiasa lebih maju.
Patrap Triloka ini sangat berpegaruh bagi guru saat mengambil keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran. Ing ngarso sung tulodho berarti setiap keputusan yang diambil oleh guru haruslah mampu diteladani oleh peserta didik, sehingga ketika guru membuat sebuah keputusan ia harus yakin keputusan yang ia buat tidak berdampak buruk bagi muridnya. Keputusan yang diambil harus mampu menjadi acuan bagi peserta didik andai mereka mengalami hal yang serupa pada kehidupan peribadinya. Sekolah adalah 'institusi moral' yang dirancang untuk membentuk karakter para warganya. Seorang pemimpin di sekolah tersebut akan menghadapi situasi di mana mengambil suatu keputusan yang banyak mengandung dilema secara Etika, dan berkonflik antara nilai-nilai kebajikan universal yang sama-sama benar. Keputusan-keputusan yang diambil di sekolah akan merefleksikan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh sekolah tersebut, dan akan menjadi rujukan atau teladan bagi seluruh warga sekolah. Ing madyo mangun karso maksudnya adalah keputusan yang diambil oleh guru harus mampu menginspirasi bagi peserta didik. Dan Tut wuri handayani berarti keputusan yang diambil oleh peserta didik harus mampu menjadi motivasi peserta didik agar menjadi lebih baik. Dengan adanya pratap triloka ini seorang guru kembali disadarkan betapa pentingnya posisinya dimata peserta didik. Setiap keputusan yang ia buat berdampak secara langsung kepada peserta didik. Oleh karena itu setiap guru harus menyadari betul konsep ini agar tidak salah mengambil keputusan jangan sampai karena keputusan yang tidak tepat sehingga menjadi kesalahan yang beruntun. Seorang guru sebagai pemimpin pembelajaran harus mampu menganalisis kasus yang dihadapi apakah bujukan moral atau dilema etika. Bujukan moral adalah benar lawan salah sedangkan dilemma etika adalah benar lawan benar. Kasus dilema etika harus mampu dianalisis berdasarkan 3 prinsip yaitu hasil akhir, peraturan dan rasa peduli, 4 paradigma yaitu Individu lawan masyarakat, keadilan lawan kesetiaan, peraturan lawan rasa kasihan dan jangka pendek lawan jangka panjang. Lalu yang terakhir melalui 9 langkah pengujian dan pengambilan keputusan yaitu, mengenali nilai-nilai yang bertentangan, menentukan siapa yang terlibat, mengumpulkan fakta-fakta yang relevan, pengujian benar atau salah, pengujian paradigma benar lawan benar, melakukan prinsip resolusi, investigasi opsi trilemma, buat keputusan lalu refleksikan. Pengambilan keputusan yang tepat akan tentunya akan berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.
Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?
Nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, sangat berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan. Ada tiga prinsip yang dapat kita jadikan acuan  dalam pengambilan keputusan yaitu :
- Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking),
- Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking), dan
- Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking).
Prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan tentunya berkaitan dengan nilai- nilai yang tertanam dalam diri kita. Tentunya jika kita menyikapi suatu kasus dengan berpegang teguh pada aturan dan ketentuan secara normatif, proses pengambilan keputusan berdasarkan prinsip berpikir berbasis peraturan (Rule-Based Thinking), jika kita menghadapi kasus karena adanya rasa kasihan, berempati, dan kepedulian ini sesuai dengan prinsip berpikir berbasis rasa peduli (Care- Base- Thinking) dan jika kita melihat keputusan yang diambil berdasarkan  dengan prinsip berpikir hasil akhir untuk kebaikan orang banyak (Ends Based Thinking.)
Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan 'coaching' (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut. Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi 'coaching' yang telah dibahas pada modul sebelumnya?
- Â Materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan 'coaching' (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil semakin menambah wawasan dan pengalaman saya tentang materi pengambilan dan pengujian keputusan.
- Â Masih ada pertanyaan dalam diri saya atas pengambilan keputusan tersebut yaitu apakah kesulitan yang dihadapi untuk menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus pada dilemma etika bisa saya laksanakan dengan tepat dengan berdasarkan pada nilai-nilai kebenaran, berpihak pada murid dan bertanggung jawab.
- Â Sebelum mengambil keputusan tentu kita melakukan studi kasus dengan menggunakan metode coaching. Salah satu model coaching adalah model TIRTa (Tujuan, Identifikasi, Rencana aksi, dan Tanggung jawab). Model coaching ini, dapat digunakan seorang guru dalam menuntun murid menemukan potensi yang dimilikinya. Hal ini dapat memanfaat cara komunikasi positif melalui pertanyaan yang reflektif, dimana akan menstimulasi murid melakukan metakognisi. Selain itu, pertanyaan-pertanyaan dalam proses coaching juga akan membantu murid berpikir secara kritis dan mendalam. Sehingga, murid dapat mengembangkan potensinya secara optimal. Dan murid akan mampu mengambil keputusan yang bertanggung jawab. Melalui coaching keputusan yang telah diambil dapat dikaji lagi dengan merefleksi kembali apa yang sudah diputuskan. Sebuah keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan karena setiap keputusan yang diambil sebagai pemimpin pembelajaran akan mempengaruhi keberhasilan masa depan murid.