Oleh : Tri Samini
Guru SMA Negeri 1 Karangdowo
Calon Guru Penggerak Angkatan 7
Kabupaten Klaten
Â
Pada Kesempatan kali ini saya akan menuliskan mengenai refleksi kegiatan pelatihan Calon Guru Penggerak yang sudah saya lalui, khususnya pada modul 2.3  tentang coaching untuk supervisi akademik  . Setelah selesai mempelajari modul 2.3  ada banyak pengetahuan dan pengalaman baru yang saya peroleh selama kegiatan. Dalam pembuatan jurnal refleksi ini saya masih menggunakan Model Six Thinking Hats diperkenalkan oleh Edward de Bono pada tahun 1985. Model ini melatih kita melihat satu topik dari berbagai sudut pandang, yang disimbolkan dengan enam warna topi. Selanjutnya saya akan paparkan satu persatu refleksi saya :
1. Facts ( Topi Putih)
Mengawali pembelajaran modul 2.3 dengan tahab mulai dari diri dan Eksplorasi konsep secara mandiri  pada tanggal 9 Maret 2023. Bapak Muhammad Isa sebagai fasilitator kami, selalu setia mengingatkan kami untuk melakukan kegiatan pembelajaran modul 2.3 yaitu coaching untuk supervisi akademik. Alur MERDEKA tetap kami laksanakan yaitu mulai dari diri, Eksplorasi Konsep, Ruang Kolaborasi, Demonstrasi Kontekstual, Elaborasi Pemahaman, Koneksi Antar materi dan Aksi Nyata. Dalam Eksplorasi konsep terbagi kedalam 4 Sub Pembelajaran yakni : Sub Pembelajaran 2.1: Konsep Coaching secara Umum dan Konsep Coaching dalam Konteks Pendidikan, Sub Pembelajaran 2.2: Paradigma Berpikir dan Prinsip Coaching, Sub Pembelajaran 2.3: Kompetensi Inti Coaching dan TIRTA sebagai Alur Percakapan Coaching, Sub Pembelajaran 2.4: Supervisi Akademik dengan Paradigma Berpikir Coaching.
Coaching didefinisikan sebagai sebuah proses kolaborasi yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis, dimana coach memfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi dari coachee (Grant, 1999). Sedangkan Whitmore (2003) mendefinisikan coaching sebagai kunci pembuka potensi seseorang untuk untuk memaksimalkan kinerjanya. Jadi Coaching adalah suatu proses menstimulasi dan mengeksplorasi pemikiran dan proses kreatif seorang coachee untuk memaksimalkan potensi pribadi dan profesionalisme yang dimilikinya.
Dalam rangka membantu rekan sejawat untuk mengembangkan kompetensi diri mereka dan menjadi otonom, maka kita perlu memiliki paradigma berpikir coaching terlebih dahulu. Paradigma tersebut adalah:
- Fokus pada coachee/rekan yang akan dikembangkan
- Bersikap terbuka dan ingin tahu
- Memiliki kesadaran diri yang kuat
- Mampu melihat peluang baru dan masa depan