Mohon tunggu...
Tri Susanto
Tri Susanto Mohon Tunggu... -

keseimbangan untuk hidup lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mari Didik Anak-anak dan Generasi Penerus Kita Seperti Ahok

9 Maret 2016   00:48 Diperbarui: 19 Maret 2016   11:36 696
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Jakarta akan melakukan hajatan besarnya dalam satu tahun kedepan. Suasana politik dalam satu tahun kedepan akan semakin panas dalam bursa pencalonan Gubernur dan wakil Gubernur DKI Jakarta. Beberapa nama digadang-gadang akan maju sebagai calon Gubernur dan wakil Gubernur. Ada beberapa figur seperti Adyaksa Daud, Yusril Ihza Mahendra, Sandiaga Uno dan beberapa nama lain yang akan bertarung untuk memperebutkan DKI 1. Tak terkecuali sang petahana Basuki Tjahaya Purnama atau yang lebih dikenal dengan sebutan Ahok. 

Ahok yang sekarang menjadi Gubernur sebenarnya mendapat durian runtuh atas terpilihnya Jokowi sebagai presiden. Ahok hanyalah seorang Gubernur yang diangkat bukan seorang Gubernur yang dipilih. Pengangkatan tentu akan memiliki makna yang sangat berbeda dengan pemilihan. Sehingga dalam pilkada DKI 2017 akan menjadi ujian bagi seorang Basuki Tjahya Purnama.

Sampai saat ini, masyarakat hanya digiring opini atas apa yang disebut "keberhasilan" Ahok sebagai pemimpin. Mungkin jika membahas keberhasilan Ahok sebagai Gubernur di DKI masih diperdebatkan karena belum selesainya Ahok sebagai Gubernur di DKI. Secara sederhana, mari ukur keberhasilan Ahok ketika ia menjadi wakil gubernur dan gubernur dalam mengatasi dua masalah utama Ibu kota, kemacetan dan banjir. Apakah dalam kurun waktu 4 tahun terakhir titik-titik kemacetan dan banjir di Jakarta berkurang, stagnan atau malah bertambah? Tentunya kita akan mendapat jawaban yang beragam.

Namun ada hal yang bisa kita lakukan untuk menilai Ahok berprestasi atau tidak. Adalah dengan melihat kebelakang, yaitu sebelum Ahok menjadi Gubernur DKI. Apakah yang dilakukan Ahok dapat disejajarkan oleh Jokowi, Risma, Nurdin Abdullah. Ahok sudah pernah memimpin sebagai bupati di kabupaten Belitung Timur. Apakah kepemimpinan Ahok sebagai bupati di Belitung Timur dapat disejajarkan oleh Jokowi ketika menjabat sebagai walikota Solo? Apakah prestasi Ahok di Belitung Timur yang mengangkat namanya sehingga dapat disejajarkan oleh Ibu Risma di Surabaya, Prof Nurdin Abdullah di Bantaeng atau Ridwan Kamil di Bandung?

Menurut hemat penulis, ketika Ahok menjadi Bupati di Belitung Timur, prestasi Ahok sebagai Bupati tidak dapat disejajarkan dengan Jokowi, Risma maupun Nurdi
Abdullah karena masa kepemimpinannya yang singkat yaitu tahun 2005-2006. Di tahun 2007, Ahok mengikuti pilgub Bangka Belitung. Dengan modal apa yang disebut prestasi sebagai Bupati Belitung Timur periode 2005-2006, Ahok maju sebagai calon Gubernur. Tidak tanggung-tanggung, Presiden RI Ke-4 K.H. Abdurrahman Wahid ikut berkampanye untuk memenangkan Ahok. Tapi apa yang terjadi, seorang calon Gubernur yang disebut memiliki prestasi luar biasa sebagai Bupati dan didukung oleh tokoh yang luar biasa pula, ternyata tidak dapat memenangi kontestasi pilgub di kampung halamannya sendiri. Apakah masyarakat Bangka Belitung menilai, apa yang dilakukan Ahok ketika menjadi Bupati bukanlah sebuah prestasi, terlebih dalam kampanyenya seorang mantan presiden menjadi juru kampanyenya. Dengan logika yang benar, jika Ahok memang memiliki prestasi dan ditambah dengan dukungan Presiden RI Ke-4 K.H. Abdurrahman Wahid, seharusnya Ahok dapat memenangkan pilgub Bangka Belitung, namun kenyataannya sangat berbeda. Sehingga yang menjadi pertanyaanya adalah, apakah Ahok tidak memiliki prestasi yang menjadi alasan masyarakat Bangka Belitung tidak memilih Ahok menjadi Gubernur? Atau kebodohan masyrakat Bangka Belitung yang dapat dipengaruhi oleh intrik politik dari lawan Ahok? Mungkin sebagian akan beralasan, bisa jadi kompetitor Ahok menggunakan cara-cara curang, sehingga dapat mengalahkan Ahok yang dikenal sebagai Bupati berprestasi di Belitung Timur. Tapi penulis lebih memilih bahwa masyarakat Bangka Belitung bukanlah pemilih-pemilih bodoh yang dapat dibohongi oleh politisi-politisi busuk dalam pilgub Bangka Belitung yang diikuti Ahok. Penulis lebih memilih, bahwa prestasi Ahok lah yang menyebabkan masyarakat Bangka Belitung untuk tidak memilihnya menjadi Gubernur dalam pilgub Bangka Belitung.

Begitu kompleksnya problematika yang dihadapi oleh Jakarta, menuntut kita untuk memiliki pemimpin yang "gila" seperti Ahok. Hal ini seperti yang digaung-gaungkan oleh pendukung Ahok, bahwa Jakarta harus dipimpin oleh pemimpin yang setengah gila seperti Ahok. Sepertinya penulis agak setuju jika kepemimpinan Ahok disebut setengah gila. Apa saja alasan yang dapat membenarkan, bahwa kepemimpinan Gubernur sekarang adalah setengah gila. Berikut ini adalah hal-hal yang bisa disebut setengah gila dari kepemimpinan Ahok sebagai Gubernur DKI:

1. Ahok bersikap keras dan kasar kepada siapapun.

Dalam sebuah diskusi dan wawancara di Kompas TV yang disiarkan secara langsung, Ahok mengeluarkan kata-kata kasar dan tidak pantas. Dalam peradaban dimanapun saat ini, tidak pernah ditemukan seorang pemimpin didunia secara langsung dan terbuka diruang publik mengucapkan kata-kata kasar dan tidak pantas. Dalam berbagai kesempatan, kita dapat dengan mudah menemukan bagaimana sikap keras dan kasarnya Ahok sebagai Gubernur. Mungkin ini akan menjadi satu-satunya sejarah peradaban didunia, terdapat pemimpin yang setengah gila yaitu pemimpin yang mengucapkan kata-kata kasar dan tidak pantas. Mungkin para pendukung dan pemilihnya akan membela, bahwa ucapan-ucapan kasar dan tidak pantas itu ditujukan kepada para koruptor-koruptor. Namun kita juga menemukan bagaimana seorang Ibu diteriaki maling oleh Ahok. 

Tapi kita tidak lupa dalam sejarah dunia, banyak kisah-kisah peperangan yang memunculkan pahlawan-pahlawan hebat memperlakukan musuhnya dengan terhormat walaupun musuhnya sudah dalam keadaan tidak berdaya. Koruptor memang musuh kita bersama, kita tidak suka dan sangat membenci prilaku korup yang dilakukan oleh tikus-tikus kotor ini. Tapi bukan berarti kita dapat bertindak apa saja kepada pihak-pihak yang mungkin dipersepsikan korup, padahal orang-orang yang dituduhkan oleh Ahok sebagai pelaku korupsi sampai saat ini belum ada vonis pengadilan. 

Kita juga dapat saksikan, bagaimana seorang Ibu diteriaki maling oleh seorang Gubernur. Apakah Ibu yang dituduh dan diteriaki maling sudah terbukti melakukan pencurian? Maju dan tingginya peradaban manusia sangat dipengaruhi oleh tegaknya hukum, bukan oleh ucapan-ucapan kasar dan tidak pantas oleh seorang pemimpin atau siapa saja.

2. Citra Ahok yang anti korupsi

Begitu kuat melekat dikepala para pendukung Ahok, bahwa Ahok adalah pemimpin yang dapat menegakkan dan memberhangus korupsi. Tapi sungguh aneh, Ahok yang dikenal berani dan tegas, dilingkungannya tetap terjadi korupsi. Bagaimana seorang pemimpin yang memiliki tugas menjaga, mengawasi dan menjalankan anggaran tapi dalam pemerintahannya masih terjadi korupsi. 

Korupsi Trans Jakarta dan UPS adalah dua contoh korupsi yang terjadi dalam pemerintahan DKI dimana Ahok menjadi wakil gubernur dan gubernur. Bagaimana kerja Ahok sebagai pemimpin yang tidak dapat mengawasi anak buahnya untuk tidak korupsi. Alih-alih mengawasi anak buahnya, Ahok lebih keras suaranya menuduh DPRD yang memasukkan anggaran UPS dalam APBD 2014. Padahal APBD 2014 ditandatangani Ahok oleh sendiri.

3. Ahok memelihara kambing hitam

Banyaknya daftar kambing hitam yang dipelihara Ahok selama menjadi Gubernur maupun wakil Gubernur di DKI Jakarta. Berikut ini adalah daftar kambing hitam Ahok untuk menutupi ketidakmampuannya dalam memimpin DKI Jakarta:

  1. Jakarta banjir, Ahok salahkan wali kota Depok
  2. Jakarta masih banjir, Ahok salahkan bangunan, pompa dan anak buah
  3. Jakarta Dikepung Banjir, Ahok Salahkan PLN 
  4. Lambat Tangani Banjir, Ahok Salahkan CCTV Mati
  5. Lalu Lintas Jakarta Terburuk Kedua Sedunia, Ahok Salahkan Pengendara
  6. Ahok Salahkan RT/RW Tak Peduli Anak Gizi Buruk
  7. Bayi Tewas Ditolak RSCM, Ahok Salahkan Orangtua
  8. Serapan Anggaran Rendah, Ahok Salahkan Proses Lelang Proyek
  9. Normalisasi Ciliwung Telat, Ahok Salahkan Warga Kampung Pulo
  10. Dinilai Buruk oleh BPK, Ahok Malah Salahkan Pemerintahan Foke
  11. APBD DKI 2016 Menurun, Ahok Salahkan Anak Buah

Dari sepuluh daftar kambing hitam diatas, setidaknya ada satu yang dialamatkan Ahok kepada pendukung-pendukungnya, yaitu pengendara kendaraan bermotor yang dinilai menjadi biang dan penyumbang kemacetan di Jakarta.

4. Ahok adalah pembohong

Kebohongan Ahok ini dapat dilihat secara utuh dalam sebuah persidangan yang dijunjung tinggi untuk mendapatkan kebenaran dan keadilan. Luar biasa prestasi dari Ahok ini, dalam sebuah persidangan yang harus dijunjung kebenaran dan keadilan, Ahok pun melecehkannya dengan kebohongan. Andai saja majelis hakim saat itu tidak memberikan bukti bahwa yang menandatangani APBD 2014 bukanlah Jokowi, tentunya akan menjadi preseden buruk bagi Jokowi. Tapi tentu kita masih ingat, kebohongan dan kebusukan yang ditutup rapat sekalipun, baunya akan tetap tercium.

5. Keberanian Ahok kepada pihak yang lebih lemah

Sikap tegas dan beraninya Ahok dalam menggusur daerah-daerah yang dianggap menjadi biang banjir yang terjadi di Jakarta begitu dipuji-puji setinggi langit oleh mereka yang selama ini dikenal sebagai pendukung Ahok. Lihat saja bagaimana "keberanian" Ahok menggusur masyarakat yang tinggal di waduk pluit, kampung pulo dan yang teranyar adalah kawasan kalijodo. Ahok begitu perkasa menggusur masyarakat kecil dikawasan-kawasan tersebut. Mari kita bahas penggusuran kalijodo yang masih hangat. Setidaknya ada dua hal yang menjadi alasan yang dapat dibenarkan oleh masyarakat dalam penggusuran kalijodo. Pertama adalah kawasan kalijodo adalah daerah yang peruntukannya sebagai ruang terbuka hijau. Dan kedua adalah adanya praktik prostitusi didaerah tersebut.

Jika alasan pertama yang menjadi sebab digusurnya masyarakat kalijodo yang telah lama mendiami kawasan tersebut, mengapa Ahok sampai saat ini hanya diam, ketika banyak tanah/lahan yang fungsinya sebagai lahan terbuka hijau telah beralih fungsi. Apakah karena kawasan kalijodo yang hanya di"bekingi" oleh preman ecek-ecek dan dihuni oleh masyarakt kelas bawah yang membuat Ahok berani meratakan tempat tinggal sekitar seribuan kepala keluarga disana. Sementara tanah/lahan yang banyak beralih fungsi menjadi hunian mewah, mall dan apartemen yang dikuasai oleh developer-developer besar, Ahok begitu abai. Ahok tidak berani meratakan rumah-rumah mewah, mall dan apartemen yang tentunya di"bekingi" oleh preman-preman elit.

Jika alasan kedua yang menjadi sebab digusurnya masyarakat yang tinggal dikalijodo, mengapa Ahok sampai hari ini diam atas praktik prostitusi elit yang ada di hotel classic, alexis dan tempat-tempat mewah lain. Apakah Ahok gentar untuk menutup prostitusi-prostitusi elit tersebut karena di"bekingi" oleh preman-preman kakap.

Jika Ahok tidak melakukan hal yang sama seperti yang dilakukannya pada kalijodo, ini berarti Ahok hanya berani kepada rakyat kecil. Sementara kepada pengusaha, developer-developer besar Ahok hanya ayam sayur yang tunduk pada uang. Developer-developer besar, hotel classic, Alexis tentunya telah mengeluarkan biaya besar sehingga mereka sangat aman sampai saat ini.

Lalu, selanjutnya kepada siapa saja yang mendukung, memilih dan menginginkan Ahok menjadi Gubernur DKI Jakarta 2017-2022, mari kampanyekan dan gerakkan masyarakat DKI untuk meniru dan meneladani Ahok sebagai pemimpin. Mari didik anak-anak dan generasi penerus untuk bersikap keras dan kasar, didik anak-anak dan generasi penerus hanya dengan mencitrakan anti korupsi, didik anak-anak dan generasi penerus untuk memiliki kambing hitam atas permasalahan yang ada, didik anak-anak dan generasi penerus untuk menjadi pembohong serta didik anak-anak dan generasi penerus untuk berani hanya kepada pihak-pihak yang lebih lemah, Karena bisa saja, anak-anak dan generasi penerus kita, yang di didik untuk memiliki sifat, tingkah laku dan karakter seperti Ahok, kelak akan menjadi orang yang dielu-elukan dan begitu diagungkan untuk menjadi pemimpin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun