Mohon tunggu...
Tripviana Hagnese
Tripviana Hagnese Mohon Tunggu... Wiraswasta - Bisnis, Penulis, Baker

Saya seorang istri, ibu rumah tangga, yang juga mengelola bisnis, ada bakery, laundry, dan parfum.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Cinta yang Hampir Hilang (#3/5)

15 Desember 2024   18:00 Diperbarui: 19 Desember 2024   11:18 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Episode 3: Siapa Ayah Anak Itu?

Beberapa minggu kemudian, Sarah memutuskan untuk kembali ke rumah, berusaha memberi kesempatan pada Fandi, tetapi hubungan mereka masih rapuh. Ia memberi Fandi satu syarat: tidak ada lagi kebohongan. Fandi setuju, tetapi masalah lain muncul. Mira terus mendesak agar Fandi menikahinya karena kehamilannya.

"Fandi, kamu harus bertanggung jawab. Anak ini darah dagingmu," kata Mira dengan nada menantang.

"Aku tidak akan menikahimu, Mira!" kata Fandi dengan suara keras. "Anak itu bukan anakku!"

Mira menatapnya tajam. "Tapi aku hamil, Fandi! Kamu tidak bisa begitu saja menolak tanggung jawab!"

Sarah tidak bisa menahan kemarahannya. "Bagaimana kamu bisa begitu yakin itu anaknya? Bagaimana dengan hubunganmu dengan orang lain?" 

Mira hanya tersenyum dingin. "Kamu harus tahu, Sarah. Dunia ini kejam."

Suasana semakin panas. Fandi tahu bahwa ia tidak bisa membiarkan Mira memanfaatkan situasi ini. Namun, untuk membuktikan bahwa anak itu bukan darah dagingnya, Fandi memutuskan untuk melakukan tes DNA. Selama menunggu hasil tes, ketegangan semakin memuncak. Sarah merasa dilema. Ia ingin percaya pada Fandi, tetapi bayang-bayang pengkhianatan itu terlalu dalam. Ketegangan melanda semua orang selama menunggu hasil tes. 

Setelah membuka amplop, mereka terkejut melihat bahwa anak itu bukanlah darah daging Fandi, melainkan anak dari sopir mereka, Tono. Ternyata, Mira pernah memiliki hubungan dengan sopir keluarga. Sarah menatap Mira dengan tatapan tajam. "Jadi, ini semua kebohongan besar, Mira?"

Mira dan sopir akhirnya dipecat dan diusir dari rumah. Sarah merasa lega, tetapi luka yang ditinggalkan peristiwa ini masih membekas.

Fandi menunduk, merasa malu. "Aku tidak tahu harus berkata apa lagi, Sarah. Aku tahu ini tidak akan mengubah apa-apa. Tapi setidaknya, kamu bisa melihat aku berusaha."

Sarah menunduk, hatinya penuh luka. "Aku tidak tahu, Fandi. Aku harus pergi dulu. Aku butuh waktu untuk menyembuhkan diriku sendiri."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun