Idul Fitri dirayakan oleh umat Islam di negara kita dengan cara yang istimewa. Tidak saja dirayakan pada hari H tapi juga pada hari-hari sesudahnya, bahkan di beberapa tempat suasana lebaran terasa hingga beberapa pekan setelah hari Idul Fitri.
Semaraknya perayaan Idul Fitri di tengah masyarakat kita biasa disebut juga dengan lebaran. Kata lebaran berasal dari bahasa Jawa yang memiliki arti yaitu sesudah, yang dalam konteks ini maksudnya adalah sesudah berpuasa dan juga sesudah saling memaafkan.
Pada masa lebaran, masyarakat kita banyak yang memanfaatkan kesempatan hari libur atau cuti kerja untuk mengunjungi orang tua, saudara, kerabat, dan juga sahabat.
Untuk itu beberapa hari sebelum tiba hari Idul Fitri banyak orang yang bekerja di kota memilih pulang ke kampung halaman, sehingga menjadikan sebuah tradisi yang disebut dengan mudik, atau pulang ke kampung (udik)Â masing-masing.
Tradisi mudik dalam kehidupan masyarakat di Indonesia tumbuh karena rasa cinta kepada eratnya hubungan persaudaraan dan juga persahabatan di antara kita.Â
Ada kebutuhan untuk bertemu, bertegur sapa, dan saling bercerita serta bersenda gurau walaupun mungkin hanya sesaat. Walaupun bisa saja orang melakukan pertemuan secara virtual dengan alat komunikasi canggih yang tersedia pada masa kini, tapi kebutuhan untuk dapat saling bertemu itu untuk banyak di antara kita sering dirasakan tidak cukup bila terselenggara secara virtual melalui alat komunikasi yang ada.
Meskipun ada yang harus merogoh kantong lebih dalam untuk perjalanan pulang ke kampung halaman, hal itu untuk sebagian besar orang sepertinya tidak menjadi hambatan berarti.Â
Semua rasa lelah juga seakan hilang begitu saja ketika para pemudik tiba di kampung halaman yang menjadi tujuannya. Â
Senyuman dan pelukan hangat di antara anggota keluarga, sahabat, atau handai taulan, menjadi pemandangan yang sering kita temukan dalam berbagai pertemuan yang ada pada masa seperti ini.
Tradisi mudik tahunan yang telah hidup di tengah masyarakat kita pada berbagai lapisan sosial itu mencerminkan karakter bangsa Indonesia pada umumnya yang sangat menghargai nilai-nilai persaudaraan dan persahabatan.
Kita bangga bahwa tradisi mudik terus terjaga dan berlangsung di tengah masyarakat kita hingga kini. Apalagi hal tersebut juga diikuti dengan upaya memperbaiki kualitas hubungan sosial di antara sesama warga lingkungan sekitar, yang dalam banyak tempat dilakukan tanpa memandang perbedaan status sosial ekonomi, atau perbedaan dalam bentuk apa saja.
Mudik yang dilakukan oleh masyarakat kita pada saat lebaran menjadi saat yang tepat untuk rehat sejenak dari kesibukan kerja, untuk meluangkan waktu lebih banyak bersama orang tua dan atau sanak saudara di kampung halaman.
Manfaat Mudik
Ada banyak manfaat yang bisa diperoleh dari tradisi mudik, antara lain untuk kesehatan mental individu yang menjalaninya yaitu memperoleh kesempatan untuk rehat sejenak dari rutinitas pekerjaan.Â
Apalagi jika pemudik berkesempatan untuk rekreasi, berwisata menikmati kebersamaan dengan keluarga, dsb. Hal ini akan menjadi semacam terapi yang bermanfaat untuk kesehatan mental, sehingga saat masuk kerja kembali memiliki semangat baru.
Selain itu, mudik pun dapat memberikan pengaruh positif terhadap keharmonisan hubungan sosial kekerabatan pada individu dan keluarga pemudik, serta terhadap kerukunan di antara warga masyarakat pada umumnya.
Dalam perspektif ekonomi, mudik memberikan dampak yang signifikan terhadap volume perputaran uang dalam perekonomian kita.
Contoh mudahnya saja di sektor transportasi, tradisi mudik memberikan andil besar terhadap volume perputaran uang pada sektor tersebut. Demikian pula untuk sektor-sektor kegiatan ekonomi lainnya.
Ditambah lagi dengan cairnya Tunjangan Hari Raya (THR) untuk pegawai negeri sipil dan pekerja swasta yang wajib dibayar penuh setelah sempat tersendat pada tahun-tahun sebelumnya karena tekanan ekonomi akibat pandemi.
Terlebih juga adanya sokongan pemerintah melalui bantuan sosial dan Bantuan Langsung Tunai (BLT), hingga bantuan subsidi gaji kepada pekerja terdampak pandemi. Bisa dipastikan hal tersebut memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi nasional yang dipicu antara lain oleh volume transaksi para pemudik yang membelanjakan uangnya untuk berbagai kebutuhan selama mudik lebaran.
Aktivitas ekonomi yang dilakukan oleh para pemudik seperti membeli oleh-oleh untuk dibawa ke kampung halaman, untuk berbelanja aneka kebutuhan selama berlebaran di kampung halaman, rekreasi di objek wisata, mengunjungi pusat kuliner, dll. Semua itu tentu besar peranannya dalam menggairahkan perekonomian di daerah.
Seperti dilaporkan oleh CNN Indonesia, para pemudik diprediksi membawa uang segar lebih dari Rp300 triliun dan membuat perputaran uang nasional menjadi Rp8.000 triliun.
Kita berharap, mengalirnya uang dari kota ke daerah yang dibawa oleh para pemudik dengan jumlah yang relatif besar tersebut dapat membantu pertumbuhan ekonomi nasional untuk segera pulih dari dampak pandemi.
Kita juga berharap semangat persaudaraan yang terus dirawat, dan tumbuh di seluruh lapisan masyarakat dapat memperkuat kesatuan dan persatuan bangsa kita.
Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H