Seperti telah dilaksanakan pada tahun-tahun sebelumnya, komunitas yang terdiri atas ratusan relawan umat beragama Islam, Katolik, Kristen, Hindu, Buddha, dan Konghucu turut berperan serta menjaga keamanan dan ketertiban di lingkungan tempat pelaksanaan kegiatan ibadah salat Idul Fitri.
Yunanto salah seorang koordinator Paguyuban Lintas Iman Purwokerto tahun ini yang saya temui seusai bertugas di lingkungan Masjid Agung Baitussalam Purwokerto mengatakan bahwa untuk perayaan Idul Fitri tahun ini pihaknya menempatkan relawan pada sebanyak 15 titik penjagaan.
"Semua lancar dan terkendali. Kami bekerja sama dengan aparat keamanan," katanya.
Ust. H. Sudarman, S.Ag. mewakili Takmir dan pengurus Yayasan Masjid Agung Baitussalam Purwokerto mengapresiasi kehadiran para relawan yang berperan serta dan terlibat langsung dalam menjaga keamanan dan ketertiban umum di lingkungan Masjid Agung Baitussalam Purwokerto.
"Kita harus bersatu dan kompak semuanya sebangsa dan setanah air antara sesama umat Islam, dan antara umat beragama lain, sebagai warga negara Indonesia," ujarnya.
"Kita berbeda-beda. Yang Islam beribadah di Masjid, yang Kristiani di Gereja, yang Hindu di Pura, yang Konghucu di Klenteng, tapi keluar dari tempat ibadah, kita bekerja ramai-ramai, sama-sama untuk NKRI," tambahnya.
Berikut ini adalah video rekaman wawancara saya dengan Ust. H. Sudarman, S.Ag. dan relawan Paguyuban Lintas Iman Purwokerto.
Catatan hikmah dari pelaksanaan salat Idul Fitri
Yang dilakukan oleh warga masyarakat pada umumnya dan umat non Islam pada khususnya, dengan berperan serta menjaga keamanan, kelancaran, dan ketertiban umum saat hari besar keagamaan, seperti yang dilakukan oleh Paguyuban Lintas Iman, dan juga yang dilakukan oleh Banser, ORARI, atau organisasi massa lainnya adalah bentuk kepedulian dan kesadaran seluruh elemen masyarakat dalam menjaga persaudaraan di antara sesama warga negara.