Mohon tunggu...
Try Raharjo
Try Raharjo Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Orang Republik

Subscribe ya dan like channel YouTube punyaku youtube.com/c/indonesiabagus

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menjadi Guru yang Baik untuk Anak Sendiri

16 Juni 2021   12:42 Diperbarui: 16 Juni 2021   12:49 852
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anisa Distra Putri Lestari, kelas IV MI Muhammadiyah, Pasirmuncang Purwokerto, saat mengerjakan tugas di rumahnya. | Dokpri

Sebagai akibat adanya situasi pandemi COVID-19 maka proses Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) telah dilaksanakan sejak pertengahan Juli tahun 2020 yang lalu di hampir seluruh sekolah kita.

Kemudian berdasarkan pada kalender pendidikan nasional, pada 25 Juni 2021 akan dilaksanakan Pembagian dan Penerimaan Buku Laporan Hasil Belajar (LHB). Dan pada hari berikutnya 26 Juni sampai dengan 10 Juli 2021 akan dilaksanakan libur kenaikan kelas untuk anak-anak sekolah kita.

Penulis berharap semoga anak-anak, khususnya dari keluarga pembaca semua, akan berhasil mendapatkan nilai yang memuaskan atau meraih prestasi sebaik-baiknya. Jika belum berhasil meraih prestasi, jangan berputus asa atau memutuskan harapan anak. Hendaklah terus memberikan motivasi dan dukungan kepada anak agar dapat berusaha meningkatkan kemampuannya. Apalagi mengingat situasi pendidikan yang kita hadapi sekarang ini tidak mudah dihadapi bagi anak-anak kita.

Sudah sekitar satu tahun ini, kegiatan belajar dan mengajar yang berlangsung di tengah suasana pandemi ini benar-benar menjadi tantangan tersendiri bagi dunia pendidikan nasional kita. Situasi ini dalam pengamatan penulis memberi tekanan psikologis yang cukup berat bagi anak-anak yang harus terpisah sekian lama dari pergaulan dengan teman-teman sebayanya di sekolah.

Ketika kini saatnya libur tiba, kiranya tepat bagi kita semua bila momentum ini digunakan untuk melakukan evaluasi terhadap berbagai langkah yang telah ditempuh selama ini, dalam upaya mewujudkan generasi penerus bangsa yang berprestasi, sehat fisik dan mentalnya, sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.

Ada baiknya kita mulai mengklasifikasi apa saja yang perlu diperbaiki atau harus dikoreksi dalam proses pendidikan yang selama ini sudah dilakukan khususnya pada masa pandemi. Hal ini untuk menjadi bahan renungan kita dalam pelaksanaan proses pembelajaran jarak jauh dan dampaknya bagi perkembangan anak-anak, setidaknya di lingkup kegiatan belajar anak-anak kita sendiri di rumah dan kaitannya dengan lembaga pendidikan / sekolahnya.

Seperti kita semua telah maklumi, pada masa pandemi ini banyak hal yang harus dilakukan secara online, termasuk kegiatan belajar dan mengajar. Dalam hal ini anak-anak dianjurkan harus belajar di rumah, dengan didampingi oleh orang tua / walinya. Aktivitas belajar demikian membuat banyak orang tua atau wali dituntut harus bisa mengambil lebih banyak peran dalam kegiatan belajar anak agar tujuan pendidikan dapat diperoleh secara optimal.

Peran orang tua atau wali itu antara lain dengan menciptakan suasana lingkungan yang aman dan nyaman untuk belajar, memberikan semangat serta motivasi, menyediakan kebutuhan alat tulis yang diperlukan, mendampingi serta membantu anak menyelesaikan tugas pelajaran, dan bahkan sering orang tua harus benar-benar berperan sebagai guru bagi anak. Keadaan ini sesungguhnya menjadi momentum yang baik untuk meningkatkan kualitas hubungan di antara anak dan orang tua / walinya.

Namun bukan hal mudah bagi banyak orang tua ketika harus berperan sebagai guru bagi anaknya agar berhasil mengikuti proses kegiatan belajar dan meraih tujuan sesuai dengan yang diharapkan dalam proses pendidikan.

Banyak orang tua tidak punya pengalaman mengajar, tidak tahu metode mengajar, tidak memiliki kesabaran yang cukup untuk membimbing anak, dan apalagi orang tua memiliki tugas dan kewajiban pekerjaan yang juga harus ditunaikan.

Beberapa hal tersebut menjadi permasalahan yang harus diatasi atau dicari solusinya bersama, dengan melibatkan berbagai pihak yang terkait. Saat ini mungkin dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi bagi orang tua / wali dan guru dalam membimbing anak-anaknya mengikuti pelajaran selama masa pandemi.

Ayesha Deandra Shafiyya, kelas II MI Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, saat mengerjakan tugas dibimbing guru secara online. | Dokpri
Ayesha Deandra Shafiyya, kelas II MI Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, saat mengerjakan tugas dibimbing guru secara online. | Dokpri

1. Komunikasi intensif antara guru dan orang tua adalah salah satu kunci sukses proses pembelajaran

Guru sebaiknya tidak hanya menanyakan apakah tugas murid sudah diselesaikan, namun juga menanyakan kepada orang tuanya mengenai hal apa yang bisa dilakukan oleh guru untuk membantu orang tua selama mendampingi anaknya mengikuti pelajaran.

Sebaliknya, orang tua pun tidak hanya menanyakan apakah anak sudah menyelesaikan tugasnya, namun bisa juga meminta saran dari guru tentang teknik yang bisa diterapkan oleh orang tua untuk mendampingi anaknya dalam mengikuti pelajaran.

Ada beberapa program kegiatan yang mungkin dapat diselenggarakan oleh pihak sekolah dan orang tua supaya guru dan pihak sekolah dapat memberikan dukungan kepada orang tua dalam mendampingi anak belajar di rumah, misalnya berupa kegiatan diskusi atau seminar parenting yang bisa dilakukan secara daring (dalam jaringan) dengan memanfaatkan media sosial.

Dengan adanya kegiatan parenting tersebut orang tua diharapkan memiliki ketrampilan, bekal dan wawasan lebih luas, wadah konsultasi memperoleh masukan dan saran dari guru atau orang tua murid lainnya untuk lebih memahami hal yang dapat dilakukan selama mendampingi anaknya melakukan kegiatan belajar. 

Di samping itu, dari program kegiatan tersebut dapat mendorong kian kuatnya kepekaan sosial di antara semua pihak dalam membantu memberikan solusi terhadap permasalahan yang ada di antara para siswa, khususnya untuk anak yang mungkin harus hidup di tengah permasalahan keluarganya.

2. Menggali potensi anak

Yang dimaksudkan potensi di sini adalah kesanggupan yang dimiliki anak, kecakapan atau kemampuan yang bermanfaat bagi anak, yang dapat membuatnya berkembang dengan pandangan hidup sesuai nilai-nilai moralitas di masyarakat, yang memungkinkan dirinya bermanfaat bagi lingkungan sosial keluarga dan masyarakat pada umumnya.

Salah satu hal penting dalam proses pendidikan adalah mengenali, menumbuhkan dan membina potensi yang ada pada diri anak.

Tugas tersebut tidak ringan dan menuntut tanggung jawab besar dari guru, dan orang tua / wali, mengingat hal ini dapat berpengaruh terhadap proses pembinaan dan pendidikan anak sebagai siswa dalam meraih prestasi akademik dan bagi masa depannya.

Beberapa anak berhasil berkembang dengan bakat dan kemampuannya, tapi tidak sedikit anak yang bakat dan kemampuannya belum tergali atau bahkan tidak ditemukan.

Satu hal mendasar yang harus disepakati adalah bahwa setiap manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa dengan bakat dan potensi masing-masing.

Orang tua anak yang belajar di tingkat dasar dan menengah pada khususnya harus memahami dasar argumentasi tersebut di atas sebagai motivasi untuk menggali, menumbuhkan, mengembangkan dan membina bakat serta kemampuan anak, mengarahkannya untuk menjadi pribadi yang memiliki sikap dan mental individu terpuji.

Aqilamaya Widya, kelas VII SMPN 7, Bogor, mengerjakan tugas yang diberikan gurunya melalui pesan WhatsApp. | Dokpri
Aqilamaya Widya, kelas VII SMPN 7, Bogor, mengerjakan tugas yang diberikan gurunya melalui pesan WhatsApp. | Dokpri

3. Tujuan utama pendidikan

Ada banyak konsep pendidikan, tetapi secara garis besarnya seperti tersurat dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional, tujuan pendidikan nasional adalah agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Semua upaya yang ditempuh dalam kegiatan belajar dan mengajar itu dalam pandangan penulis tidak lepas dari upaya mencapai tujuan seperti tersebut di atas, membentuk sikap dan mental individu yang terpuji, yang memiliki mentalitas beriman, dapat menjadi individu yang mandiri, memiliki life skill, berguna untuk keluarga, mampu berperan serta di lingkungan sosial masyarakatnya pada khususnya, dan memberikan manfaat bagi negara dan bangsa pada umumnya.

Keterampilan hidup (life skill) adalah kemampuan untuk beradaptasi dan menunjukkan perilaku positif yang pada akhirnya memampukan individu untuk menghadapi tuntutan dan tantangan kehidupan sehari-hari dengan efektif (WHO, 1997).

Rizqul Winaf Anaqi, kelas VI SDN Panaragan 1, Bogor, saat mengikuti pelajaran secara online. | Dokpri
Rizqul Winaf Anaqi, kelas VI SDN Panaragan 1, Bogor, saat mengikuti pelajaran secara online. | Dokpri

4. Ciptakan suasana belajar yang memberikan kesempatan untuk anak berkembang sesuai dengan potensinya

Potensi yang dimiliki oleh setiap anak itu berbeda-beda karena antara lain dipengaruhi oleh uniknya kemampuan daya pikir pada setiap individu, yang meliputi tingkat kecerdasan emosional (emotional quotient), tingkat kecerdasan spiritual (spiritual quotient), kemampuan berkomunikasi untuk mengungkapkan perasaan atau pendapatnya, dll.

Untuk mendukung proses belajar siswa, guru dan orang tua harus dapat menciptakan suasana belajar yang memungkinkan siswa mengembangkan seluruh daya kemampuannya berkreasi dalam berpikir, bersikap, dan mengungkapkan harapan atau pendapatnya.

Dianjurkan menggunakan pendekatan yang komunikatif bagi anak, yaitu pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk beraktivitas secara aman dan bebas tekanan secara psikologis, dengan penerapan disiplin yang tidak kaku, memberikan keleluasaan kepada anak untuk mempunyai gagasan, dan pendapatnya sendiri agar dapat berpartisipasi di lingkungannya.

Dengan memberikan kebebasan berpikir secara kreatif, menemukan solusi pada setiap permasalahan yang dihadapi maka anak dapat belajar dari kesalahannya sendiri.

Dengan memahami segala bentuk perbedaan kemampuan serta kondisi (fisik) siswa, maka dari seorang guru olahraga atau pelatih olahraga di sekolah dasar misalnya, memang tidak selalu berhasil mencetak siswa menjadi atlet berprestasi. Hal ini bisa terkait dengan kondisi dan kemampuan fisik yang berbeda-beda secara genetik.

Tujuan pendidikan olahraga di sekolah dasar dan menengah pun semestinya lebih ditekankan pada aspek pembinaan mental yang sportif, menjaga kebugaran siswa, dsb.

Oleh karena itu, orang tua / guru dapat menggali potensi dari seorang siswa dengan mengenali hal-hal yang menjadi minat anak, mata pelajaran yang paling dikuasai, atau bidang ketrampilan di mana seorang siswa dapat tampil secara prima sesuai dengan bakat dan kemampuannya.

Aqilamaya Widya, kelas VII SMPN 7, Bogor, saat akan berangkat mengikuti simulasi kegiatan belajar tatap muka 1 hari di sekolah (14/6/2021).| Dokpri
Aqilamaya Widya, kelas VII SMPN 7, Bogor, saat akan berangkat mengikuti simulasi kegiatan belajar tatap muka 1 hari di sekolah (14/6/2021).| Dokpri

5. Kerja sama orang tua atau wali dengan guru

Untuk mencapai keberhasilan meraih tujuan pendidikan, guru dan orang tua / wali siswa harus bisa bekerja sama membantu dan mendukung siswa dalam mengembangkan potensi yang ada pada diri anak.

Melalui proses pendidikan yang tidak kaku, nyaman bagi anak, maka guru dan orang tua / wali juga dapat memberikan sejumlah alternatif kegiatan yang dapat dipilih anak dalam rangka menemukan potensi yang dimilikinya, sehingga dapat kemudian ditumbuhkan dan dikembangkan.

Untuk itulah guru dan orang tua / wali harus memiliki kemampuan berkomunikasi dengan siswa, memahami harapan siswa, mengetahui minat dan bakatnya melalui kegiatan belajar dan mengajar secara berkelanjutan.

Lebih daripada itu, guru dan orang tua / wali juga harus mau menjadi sahabat yang baik bagi anak, mau mendengar keluhan, curahan hati, dan bisa membantu meringankan perasaannya atau memecahkan permasalahannya. 

Kerja sama yang baik di antara guru dan orang tua / wali tentu dapat membantu anak untuk dapat menggapai cita-citanya sesuai dengan kemampuan dan kapasitas yang dimilikinya.

Sebagai pelengkap tulisan, berikut ini adalah video rekaman penampilan siswa Madrasah Tsanawiyah Al-Ikhsan Desa Beji, Kecamatan Kedung banteng, Purwokerto, Jawa Tengah, ketika menyanyikan lagu yang dipersembahkan untuk para gurunya pada hari pelepasan wisuda peserta didik.


Demikian beberapa catatan penulis terhadap situasi dan kondisi terkait kegiatan pendidikan kita yang mungkin dapat menginspirasi.


Bila anda memiliki pandangan berbeda, ingin melengkapi atau ingin memberikan tanggapan terhadap tulisan ini, silakan tulis artikel anda yang dapat memperkaya wawasan kita semua.

Sekian dan salam kebajikan.

***

Catatan: Semua foto yang digunakan untuk ilustrasi tulisan ini adalah dari keponakan penulis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun