Hari Rabu 17 Maret 2021 saya dan beberapa teman dari komunitas Goramas berkunjung ke Kecamatan Kampunglaut di Kabupaten Cilacap Jawa Tengah.
Rombongan terdiri dari saya, Pakde Gobed, Pak Kirlan, Pak Anang, Pak Giri, Kang Hari, dan Kang Teguh, berangkat dari Purwokerto sekitar pukul 08.00 pagi dan langsung menuju ke Desa Grugu Kecamatan Kampunglaut. Kami disambut Pak Sujarwo tokoh masyarakat setempat di sebuah titik pertemuan yang terletak di dekat dermaga desa. Pak Sujarwo adalah mantan kepala desa dan pernah menjabat sebagai kepala desa Grugu untuk dua periode, terakhir ia menjabat pada periode 2012 - 2019.
Salah satu sahabat saya Kang Hari sudah lama kenal Pak Sujarwo, pertemuan kami jadi seperti pertemuan dengan sahabat lama. Kami ngopi, berbasa basi dan makan mendoan.Â
Di dekat dermaga kami juga sempat menyerahkan beberapa bingkisan dan bibit tanaman untuk diserahkan kepada warga setempat. Kemudian kami diantar menuju ke perahu motor yang sudah disiapkan.Â
Video di bawah ini memperlihatkan Pak Sujarwo melepas keberangkatan kami untuk melakukan perjalanan menggunakan perahu motor, dan detik demi detik perjalanan kami meninggalkan dermaga Grugu.
Kami bersyukur, cuaca cukup cerah dan bersahabat. Dari dermaga desa Grugu kami naik perahu menyusuri kawasan perairan Kampunglaut yang banyak ditumbuhi tanaman bakau (mangrove). Tanaman tersebut dijaga keberadaannya karena berfungsi mencegah pengikisan (abrasi) pantai dari terjangan gelombang laut dan sekaligus sebagai habitat untuk aneka jenis satwa seperti burung bangau, ikan kerapu, udang galah, sidat dan lainnya. Bahkan kami sempat melihat ada seekor monyet di sana. Sayangnya, saya tidak sempat merekam keberadaan monyet itu karena dia segera kabur begitu melihat perahu kami melintas.
Di tengah perjalanan kami singgah sesaat di dermaga kantor Kecamatan Kampunglaut. Di sini tersedia fasilitas mushalla dan yang penting juga tentunya adalah informasi resmi dari pemerintah kecamatan Kampunglaut mengenai situasi terkini.
Kami kemudian melanjutkan perjalanan. Dan selanjutnya melewati jembatan apung yang menghubungkan Desa Ujunggagak dengan Desa Klaces, Kecamatan Kampung Laut. Jembatan ini cukup terkenal sebagai jembatan baja dengan pondasi ponton yang terbuat dari gabungan komposit, sterofoam dan beton, sehingga jembatan ini mengapung dan bisa mengikuti naik turunnya ketinggian permukaan air yang dipengaruhi pasang surut air laut.
Di sepanjang perjalanan kami melihat tanaman-tanaman bakau berjajar di kanan kiri. Terkadang juga tampak beberapa burung bangau terbang keluar dari sarangnya di sela-sela tanaman itu. Sebuah pemandangan eksotis yang tak terlupakan. Sebuah wisata alam bahari yang sangat mengesankan untuk dikenang.
"Kami dari Goramas bekerjasama dengan tokoh masyarakat Kampunglaut ingin berperan serta membangun perekonomian warga, khususnya pada sektor pariwisata. Hari ini kami mengunjungi beberapa titik lokasi untuk mempelajari peluang yang bisa ditawarkan kepada masyarakat," demikian kata Pak Sukirlan ketua Goramas, saat berbincang dengan penulis di atas perahu. Hal senada juga dikatakan oleh Pakde Gobed sesepuh Goramas.
"Kawasan Segara Anakan memiliki hutan bakau dan situs sejarah yang bila dikelola secara profesional akan meningkatkan pendapatan di sektor pariwisata, untuk mendukung perekonomian warga setempat yang selama ini banyak mengandalkan sektor perikanan dan pertanian," katanya.
Gua Masigit Sela, Objek Wisata di Kampunglaut
Kami mengunjungi sebuah petilasan atau jejak sejarah yang merupakan objek wisata religi, yaitu Gua Masigit Sela di Desa Ujungalang Kecamatan Kampunglaut.
Kawasan yang dikenal juga dengan nama Pejagan ini memiliki arti sebagai tempat untuk berjaga. Sesuai namanya, Kampunglaut secara historis dikenal sebagai salah satu titik penting dalam sejarah pertahanan kerajaan Nusantara untuk menghalau perompak dan bajak laut.
Dalam salah satu laporan penelitian kolaborasi dosen dan mahasiswa Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka (Sumber, 2017) disebutkan bahwa Kasunanan Surakarta pernah mengirim wiratama dalam tiga kelompok. Yaitu Ki Jagapraja yang bertanggung jawab mencegah kedatangan perompak dan bajak laut dari timur dengan wilayah pertahanan di ujung tenggara Cilacap (Congot Wetan), Ki Jagalaut untuk menjaga keamanan wilayah tengah termasuk kawasan Segara Anakan, dan Ki Jagaresmi untuk menjaga keamanan wilayah barat dengan lokasi pertahanan di muara Sungai Citandui, di perbatasan Jawa Barat (Sumber: Soedarto, Buku Sejarah Cilacap, 1975).
Sementara versi lain menyebutkan bahwa Gua Masigit Sela pernah digunakan oleh seorang pengikut Pangeran Diponegoro bernama Ki Jaya Mustapa untuk berdoa (istikharah) dengan harapan mendapatkan petunjuk dari Allah. Ketika itu ia menghadapi dua pilihan yang berat yaitu melawan Belanda atau memilih bertahan melanjutkan perjuangan. Dari hasil perenungan itu kemudian dipilihlah keputusan untuk melanjutkan perjuangan, sehingga akhirnya berkobar perang melawan Belanda di Jawa pada tahun 1825 - 1850.
Ada banyak versi lain beredar di tengah masyarakat seputar keberadaan Gua Masigit Sela, namun sepengetahuan penulis, yang jelas bisa dibuktikan di lokasi yaitu berupa prasasti terbuat dari batu marmer dengan tulisan berhuruf Jawa dalam beberapa baris, terpasang di dinding mulut Gua Masigit Sela. Di  atas deretan tulisan Jawa itu tertera logo Paku Buwana X (PB X) yang dipahat secara jelas dengan aksara latin.Â
Inilah yang menjadi bukti kedekatan hubungan sejarah warga masyarakat setempat dengan pemerintahan Kasunanan Surakarta.
Sayangnya saya tidak bisa mengambil gambar suasana di dalam gua karena tidak ada penerangan di dalam gua, dan saya sendiri lupa tidak membawa lampu senter.Â
Ruangan di dalam gua cukup luas dan rata serta masih alami. Ada tetesan air jernih di dekat pintu gua yang oleh beberapa di antara peziarah dapat dimanfaatkan untuk berwudhu. Tapi untuk kenyamanan beribadah, peziarah dapat menggunakan masjid yang terletak sekitar 70 meter dari gua yang lengkap dengan fasilitas air bersih dan kamar kecil.
Sosok kebesaran PB X di mata rakyat
Dalam pandangan penulis prasasti yang terpasang pada dinding gua tersebut berikut simbol PB X menjadi bukti besarnya perhatian Paku Buwana X terhadap eksistensi Goa Masigit Sela dan warga masyarakat Cilacap pada umumnya.
Hal ini juga merupakan alasan penting Gua Masigit Sela menjadi tempat yang dianggap istimewa bagi sejumlah kalangan, sehingga pada saat tertentu sering dikunjungi peziarah dari berbagai kota. Mereka bahkan ada yang rela menginap di dalam gua untuk berdoa dan beristikharah, sambil berharap memperoleh petunjuk dan berkah dari Tuhan Yang Maha Esa.
Pengaruh dan kharisma dari Paku Buwana X di mata rakyat sangat kuat berkat hubungannya yang dekat dengan para tokoh agama, kalangan ulama dan para pejabat daerah lainnya. Bahkan juga pergaulannya luas dengan tokoh-tokoh negara di dunia internasional.
Seperti disebutkan oleh harian Merapi Paku Buwana X pernah memberikan keris bernama Kanjeng Kyai Nagasapta kepada Bupati Cilacap untuk mengemban amanat juru kunci atau penjaga bunga Wijayakusuma sebagai aset kekayaan flora yang hanya tumbuh di Pulau Nusakambangan.
Paku Buwana X disebut sebagai Sinuhun Wicaksana yang artinya Paduka Bijaksana. Ia dikabarkan sering berkunjung ke beberapa daerah menemui rakyat. Ia juga banyak mendirikan bangunan untuk kesejahteraan umum yang kemudian ditandai dengan simbol PB X seperti tampak pada prasasti yang terpasang di dinding Gua Masigit Sela.Â
Lebih dari itu, ia dianggap berjasa melakukan modernisasi atau pembaruan yang menjadi tonggak kemajuan berpikir di kalangan umat Islam.
Pemerhati sejarah asal Solo, Dr. Kasori Mujahid dalam salah satu artikelnya di Republika menyebutkan bahwa Paku Buwana X mendirikan Mambaul 'Ulum sebagai lembaga pendidikan Islam dengan menggunakan sistem pengajaran modern yaitu memakai sistem kelas, memakai papan tulis, dan berijazah.
Lulusan Mambaul 'Ulum banyak memiliki posisi penting di lembaga pemerintahan dan di tengah masyarakat. Selain didirikan di kompleks Masjid Besar Keraton Kasunanan, lembaga pendidikan tersebut juga didirikan di kota-kota kabupaten dan kemudian semakin berkembang. PB X berharap para lulusan Mambaul Ulum menjadi ulama-ulama yang menyebarkan Islam secara damai di tengah masyarakat, menjadi rahmat bagi semesta alam (rahmatan lil alamin).
Paku Buwana X dikenal berpikiran maju dan memiliki wawasan terbuka. Harian Merapi dalam salah satu artikelnya bahkan menyebut Paku Buwono X punya ambisi untuk mengembalikan kejayaan Keraton Mataram dengan berbagai diplomasi yang dilakukan pada masa kekuasaannya di dalam negeri maupun luar negeri Hindia Belanda. Paku Buwono X tercatat membangun hubungan baik dengan Keraton Ngayogyakarta dan mempersunting Ratu Emas puteri Sultan Hamengku Buwono VII. Sementara di kawasan pesisir utara, ia membangun pengaruh melalui pernikahan puteri-puteri raja dengan para bupati.
Kharisma Paku Buwana X juga pernah diekspos oleh majalah Life edisi 7 halaman 70 yang terbit di Amerika Serikat pada edisi Desember 1936 dengan judul "Life Goes to A Party", yang mengulas tentang perayaan ulang tahun ke-72 Sunan Paku Buwana X (Sumber: book.google.com).Â
Majalah Life dalam laporannya menyebut bahwa Paku Buwana X dikenal sebagai orang yang sangat kaya, memiliki dokter pribadi berpendidikan dari Prancis, memiliki mobil pribadi dari Amerika (merk Benz), memiliki pesawat pribadi buatan Inggris, dan memiliki tanda penghargaan/ medali dari separuh lebih negara di dunia saat itu.
Ia juga memiliki perhatian pada seni dan budaya. Bermacam macam jenis tari juga diciptakan, banyak serat dan kitab dilahirkan, banyak jenis gending baru dalam dunia karawitan, dan ia juga membuat beragam keris.
Pada masa kekuasaannya, hanya Surakarta yang bisa mengibarkan panji bendera gula kelapa (merah putih) secara bebas. Ia juga berjasa memberikan ruang yang bebas untuk tumbuhnya gerakan nasional seperti Boedi Oetomo dan Syarikat Islam sehingga dapat tumbuh dengan perlindungan penuh dari sang raja.
Jasa Pakubuwono X dan perhatiannya yang cukup besar terhadap Islam dan khususnya terhadap kawasan di Cilacap membuat warga khususnya di Kampunglaut memiliki ikatan psikologis terhadap Paku Buwana X dan teristimewa terhadap Goa Masigit Sela.
Beliau adalah tokoh masyarakat yang berpengaruh besar dalam mengajarkan perjuangan tanpa kekerasan fisik dengan sebuah prinsip "kenaa iwake aja nganti buthek banyune"Â yang artinya "kenailah ikannya jangan sampai keruh airnya".
Guru besar Universitas Gadjah Mada (UGM) Profesor Dr Sri Juari Santoso mengatakan beberapa pergerakan nasional juga lahir di Solo seperti Syarikat Dagang Islam pada 1905 yang kemudian berubah menjadi Syarikat Islam pada 1911, Budi Utomo yang berdiri di Batavia (Jakarta) namun 80 persen beroperasi di Solo (Sumber: Antara).
Berkat jasa-jasanya dalam mendukung pergerakan kebangsaan maka Paku Buwana X telah ditetapkan sebagai tokoh nasional dan memperoleh gelar sebagai pahlawan nasional pada 8 November 2011.
Demikian beberapa catatan historis yang dalam pandangan penulis menjadi dasar alasan kuat mengapa Gua Masigit Sela menjadi tempat yang cukup istimewa khususnya di hati warga masyarakat Kampunglaut.
Potensi wisata di Kampunglaut
Kalau anda menyukai kegiatan rekreasi petualangan alam bahari maka kawasan ini dapat menjadi pilihan yang tepat. Kawasan ini adalah tempat yang cukup eksotis berada pada salah satu laguna terbesar di Indonesia yang menyimpan kekayaan hutan bakau.
Selain Gua Masigit Sela, di sini kita juga bisa mengunjungi kawasan Eduwisata Arboretum Mangrove Kolaksekancil (Konservasi Laguna Segara Anakan Cilacap) di Dusun Lempongpucung Desa Ujungalang Kecamatan Kampunglaut, di sisi barat Nusakambangan, Cilacap. Kawasan itu adalah salah satu lokasi program corporate social responsibility (CSR) Pertamina yang diresmikan oleh Prof. Dr. Balthasar Kambuaya, M.B.A. selaku Menteri Lingkungan Hidup RI pada tahun 2014.
Selain itu di kawasan ini kita juga bisa mengunjungi lokasi pelaksanaan program inovasi Pertamina dengan teknologi hybrid yang memanfaatkan tenaga surya dan angin, yang juga berfungsi untuk sistem desalinasi air payau menjadi air tawar dan tambak polikultur biofilter. Lokasinya di Dusun Bondan Desa Ujungalang Kecamatan Kampunglaut. Proyek ini diresmikan oleh Dr. Ir. Siti Nurbaya M.Sc selaku Menteri LH dan Kehutanan RI pada 5 Maret 2019.
Kampunglaut memiliki potensi wisata berupa wisata bahari berupa pantai, hutan bakau, kuliner ikan, dan juga wisata historis atau religi. Bila dikelola secara baik, dan warga masyarakat memiliki kemampuan untuk mewujudkan wilayah sadar wisata maka Cilacap dalam hal ini Kampunglaut dapat memiliki potensi pendapatan yang lebih baik dari sektor pariwisata untuk mendongkrak perekonomian yang selama ini banyak mengandalkan perikanan dan pertanian.Â
Memberdayakan kelompok sadar wisata adalah salah satu langkah yang bisa ditempuh untuk menyambut kedatangan wisatawan yang ingin melihat keindahan di kawasan Kampunglaut.
Semoga pandemi segera berlalu dan pariwisata kembali bergairah mendukung tumbuhnya kegiatan perekonomian nasional.Â
Salam kebajikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H