Mohon tunggu...
Try Raharjo
Try Raharjo Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Orang Republik

Subscribe ya dan like channel YouTube punyaku youtube.com/c/indonesiabagus

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Wayang, Seni Mendongeng Indonesia yang Diakui Dunia

7 November 2020   22:01 Diperbarui: 8 November 2020   18:55 1050
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana pameran wayang kulit di ruang Smargard, Museum Rietberg, Zurich, Swiss. (KOMPAS.com/Krisna Diantha)

Sejak ribuan tahun yang lalu, bahkan sejak sebelum peradaban manusia mengenal aksara, tradisi bertutur kata memiliki fungsi sebagai alat komunikasi yang juga berperan dalam membentuk, menjaga dan memelihara peradaban, dan kelangsungan hidup masyarakat beserta lembaga-lembaga sosial yang dimilikinya.

Tradisi bertutur kata atau bercerita secara lisan ini bahkan masih tetap menjadi suatu alternatif metode komunikasi yang masih menarik digunakan hingga abad ini, walaupun tingkat literasi aksara sudah sangat tinggi.

Metode bertutur kata ini, pada awal penggunaanya adalah sebagai cara untuk antara lain menyampaikan strategi menangkap hewan buruan, menghindari daerah berbahaya, cara menaklukkan binatang buas, mengajarkan hikmah kejadian, menyampaikan kesaksian atau pengalaman berharga, dan lain-lain.

Sementara itu mendengarkan cerita pun menjadi salah satu metode pendidikan dan juga hiburan yang dapat ditemukan pada semua peradaban manusia, sebagai salah satu bagian dari upaya menjaga kelangsungan hidup, termasuk dalam mempertahankan sistem budaya dan sosial masyarakatnya.  

Pada dasarnya metode tersebut merupakan dasar bagi terbentuknya karya sastra lisan dan pengetahuan lain pada umumnya yang ditularkan dari satu generasi ke generasi penerusnya, yang juga memiliki peran strategis dalam membentuk aturan hukum adat dsb.

Menurut John Foley (Signs of Orality, 1999), tradisi lisan telah menjadi tradisi manusia zaman dahulu yang ditemukan di seluruh penjuru dunia. Arkeologi modern telah mengungkapkan bukti upaya manusia di berbagai budaya dalam melestarikan dan menyebarkan seni dan pengetahuan yang bergantung sepenuhnya atau sebagian di antaranya pada tradisi lisan.

Pada sebagian besar masyarakat yang belum mengenal aksara, bahkan sudah memiliki tradisi lisan yang kaya dan beragam seperti epik, dongeng, cerita rakyat, peribahasa, dan lagu rakyat yang secara efektif membentuk sastra lisan.

Salah satu metode yang digunakan dalam seni bertutur kata secara lisan yang paling awal mungkin adalah menceritakan sebuah cerita secara langsung kepada kepada lawan bicara, atau kepada beberapa penonton sekaligus dengan cara saling berhadapan.

Seni bertutur kata, menyampaikan pesan atau menceritakan sebuah kesaksian yang disampaikan secara turun-temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya itu terwujud dalam berbagai bentuk seperti ucapan, nyanyian, pantun, nasihat, balada, tembang atau lagu.

Metode kemudian berkembang, dengan memadukan unsur-unsur lain dari tradisi dan budaya lokal. Hingga bahkan kemudian memasukkan unsur-unsur budaya dari bangsa lain.

Tradisi bertutur kata atau bercerita secara lisan itu semakin pesat berkembang setelah ditemukannya aksara yang memungkinkan manusia dapat menuliskan cerita dan pesan di atas daun nipah, lontar, hingga pada kitab, dan sebagainya.

Narendra Jalal Arkan, siswa kelas IV SD Kedunguter Kab. Banyumas, saat beraksi di Festival Dalang Cilik se-Kab. Banyumas (4/11). | Dokpri
Narendra Jalal Arkan, siswa kelas IV SD Kedunguter Kab. Banyumas, saat beraksi di Festival Dalang Cilik se-Kab. Banyumas (4/11). | Dokpri

Wayang merupakan salah satu bentuk seni bertutur kata, bercerita dengan menggunakan beberapa karakter tokoh wayang, dan telah melalui banyak sekali proses seni dan budaya yang penuh daya kreativitas hingga mencapai bentuk seperti yang sekarang ini.

Pertunjukan wayang saat ini sudah sangat berkembang hingga merupakan sebuah perpaduan yang harmonis antara seni bertutur kata, seni musik, seni vokal, seni sastra, seni lukis, seni pahat, dsb. Untuk lebih dramatisnya pertunjukan, pada beberapa pertunjukan wayang kini juga sudah menggunakan seni dekorasi dan tata lampu yang memikat.

Pertunjukan wayang menemukan jatidirinya saat bercerita tentang kisah epos klasik Mahabharata dan Ramayana. Kisah-kisah ini tidak hanya menghibur tetapi juga mengajarkan nilai-nilai moral, budi pekerti, dan mengandung pendidikan dan pemahaman filosofis, wawasan yang luas dan dalam.  

Kesuksesan pementasan wayang banyak ditentukan oleh kemampuan dalang yang menghidupkan karakter tokoh wayang. Di samping  harus mampu mengisahkan cerita yang bertujuan untuk menghibur, seorang dalang juga harus memiliki kemampuan memberikan pencerahan, tuntunan hidup, dan pelajaran moral dalam setiap pertunjukan wayang.

Dalang bercerita dengan iringan seperangkat alat musik yang luar biasa. Ada yang terbuat dari logam, kuningan atau perunggu (yaitu: gender, saron, demung, bonang, kenong, kempul, gong, kemanak), alat musik gesek (rebab), alat musik petik (siter), alat musik perkusi terbuat dari kayu (yaitu gambang) dan ada juga yang berupa alat musik tiup terbuat dari bambu (yaitu suling), dan lain-lain.

Ada beberapa jenis wayang di Indonesia, namun yang biasanya selalu ada pada setiap pertunjukan wayang adalah: dalang selaku orang yang bercerita, seperangkat musik gamelan beserta nayaga (pemain gamelan) dan sinden (penyanyi wanita).  

Berikut ini adalah beberapa jenis wayang yang saya ketahui.

1. Wayang Kulit
Cerita disampaikan oleh dalang dengan menggunakan wayang terbuat dari kulit. Setiap karakter tokoh diwujudkan pada selembar kulit sapi yang dipotong dan diukir dengan sangat halus, kemudian dilukis dengan indah, sebagai sebuah bentuk gambaran yang mewakili sifat-sifat manusia.

2. Wayang Orang (Wayang Wong)
Cerita disampaikan oleh dalang, dan dimainkan oleh beberapa seniman dan seniwati yang memerankan tokoh wayang.

3. Wayang Gedog
Ini mirip dengan wayang orang. Bedanya adalah para seniman tampil memakai topeng.

4. Wayang Golek
Ini mirip dengan wayang kulit. Bedanya adalah cerita disampaikan oleh dalang dengan menggunakan wayang terbuat dari kayu.

5. Wayang Klitik
Ini adalah wayang kecil yang terbuat dari kayu.

6. Wayang Beber
Dalang bercerita dengan menggunakan beberapa gulungan lukisan.

7. Wayang Jemblung
Ini adalah pertunjukan wayang yang dikenal di daerah Banyumas dan Bagelen. Wayang jemblung dalam pementasannya tidak menggunakan iringan gamelan. Iringan musik dibawakan secara oral oleh beberapa seniman dengan menirukan bunyi suara gamelan.

Pertunjukan ini disajikan oleh lima orang atau lebih yang bertindak sebagai dalang sekaligus sebagai wayang, pemusik, dan sinden.

8. Wayang Suket
Wayang suket terbuat dari rumput. Namun tak semua rumput bisa dijadikan bahan pembuatannya. Hanya rumput jenis kasuran yang dipilih karena memiliki tekstur yang kuat, tidak mudah patah, dan mudah dianyam.

Pagelaran wayang biasanya dihadirkan pada saat pesta rakyat dan acara-acara penting dalam kehidupan masyarakat di Jawa, seperti kelahiran, pernikahan, atau perayaan-perayaan adat lainnya. Cerita yang disajikan dan pesan yang disampaikan disesuaikan dengan acara tersebut.

Wayang Masa Kini
Wayang memiliki peran dalam industri kreatif Indonesia dan menjadi inspirasi bagi banyak seniman. wayang dapat diselipkan dalam pertunjukan teater, pembacaan puisi, dll.

Kini orang juga bisa menemukan banyak bentuk kerajinan yang mengambil inspirasi dari wayang.  

Pertunjukan wayang dapat diadaptasi menjadi pertunjukan yang melibatkan lebih banyak lagi seniman seperti artis penyanyi lagu (biasanya untuk lagu-lagu Jawa jenis Campursari), berkolaborasi dengan pelawak, dan lain-lain

Seni wayang kulit Indonesia adalah salah satu tradisi bercerita yang luar biasa dan telah tumbuh dan berkembang menjadi aset budaya nasional yang juga diakui dunia dan telah ditetapkan oleh lembaga pendidikan, keilmuan dan kebudayaan Perserikatan Bangsa-bangsa (UNESCO) sebagai karya besar peradaban manusia, mahakarya warisan budaya dunia dalam seni bertutur kata bagi kemanusiaan (World Master Piece of Oral and Intangible Heritage of Humanity).

Pemerintah juga telah menetapkan tanggal 7 November sebagai Hari Wayang Nasional dengan Keppres No. 30 / Tahun 2018.

Berakar dari budaya masyarakat Indonesia, kesenian tersebut telah dipertunjukkan di desa-desa hingga kota-kota dan istana kerajaan sejak ratusan tahun yang lalu. dan tetap hidup hingga saat ini.

Menjaga Kelestarian Wayang

Ketua Pepadi Kab. Banyumas Bp. Sriyono (kanan) dan penulis. | Dokpri
Ketua Pepadi Kab. Banyumas Bp. Sriyono (kanan) dan penulis. | Dokpri

Dalam rangka hari wayang sedunia yang jatuh pada tanggal 7 November tahun ini Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan, dan Pariwisata (Dinporabudpar) Kabupaten Banyumas telah mengadakan Festival Dalang Cilik se-Kabupaten Banyumas di Gedung Kesenian Soetedja Purwokerto, pada hari Rabu 4 November 2020. Festival ini diikuti 7 peserta usia 12-15 tahun.

Kegiatan ini, menurut Ketua Persatuan Pedalangan Indonesia (Pepadi) Kabupaten Banyumas Bp. Sriyono, adalah sebagai ajang kompetisi yang digelar setiap tahun sebagai suatu upaya menjaga kelestarian wayang khususnya seni pedalangan, dan juga untuk memotivasi dan menjaring generasi muda yang berbakat dan berprestasi.

Pada ajang kompetisi tahunan ini Zaki Rifai siswa SMP Negeri 4 dari Kecamatan Sumbang berhasil meraih juara 1. Ia belajar mendalang sejak masih kecil dari kakeknya Bp. Sukirwan Hadiwahyono yang juga seorang dalang.

Zaki Rifai (tengah) juara 1 Festival Dalang Cilik se-Kab. Banyumas, Bp. Agus Widodo (kiri) Kepsek SMPN 4 Sumbang, dan penulis (kanan). | Dokpri
Zaki Rifai (tengah) juara 1 Festival Dalang Cilik se-Kab. Banyumas, Bp. Agus Widodo (kiri) Kepsek SMPN 4 Sumbang, dan penulis (kanan). | Dokpri

Saya berkesempatan mewawancarai langsung Zaki Rifai dan beberapa dalang cilik lainnya seusai mereka menerima penghargaan, sertifikat dan uang pembinaan dari panitia. Selain itu, saya juga sempat mewawancarai Bp. Agus Widodo kepala sekolah tempat Zaki Rifai belajar, Bp. Sukirwan Hadiwahyono kakek Zaki Rifai, dan Bp. Sriyono ketua Pepadi Banyumas. Berikut ini video wawancara saya selengkapnya.


Dan berikut ini adalah video rekaman aksi Narendra Jalal Arkan, siswa kelas IV SD Kedunguter Kabupaten Banyumas, satu dari tujuh dalang cilik yang tampil pada Festival Dalang Cilik Se-Kabupaten Banyumas. Pada kesempatan ini ia tampil dengan cerita berjudul Wirata Parwa. 


Kita bersyukur karena ternyata masih banyak generasi muda Indonesia yang mencintai seni budaya bangsa dan memiliki komitmen untuk menjaga kelestariannya.

Selamat Hari Wayang Dunia 2020.

Salam budaya.
***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun