Mohon tunggu...
Try Raharjo
Try Raharjo Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Orang Republik

Subscribe ya dan like channel YouTube punyaku youtube.com/c/indonesiabagus

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Saatnya Menghadapi Resesi dengan Semangat Juang Pahlawan dan Jiwa Pancasila

21 Agustus 2020   23:10 Diperbarui: 22 Agustus 2020   15:21 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penulis (kiri) dan para seniman perupa Banyumas. | Dokpri

Puncak perayaan hari proklamasi kemerdekaan Indonesia telah kita lalui. Hendaknya semangat perjuangan tetap menguat dan bukannya menguap seiring berlalunya waktu.

Semangat juang para pahlawan yang telah mempersatukan seluruh rakyat Indonesia dari Sabang sampai Merauke itu harus tetap terjaga, dan dapat kita wariskan kepada generasi muda untuk menyongsong masa depan yang lebih baik.

Namun semakin tinggi pohon menjulang maka semakin kencang pula angin yang menerpa. Demikian pula bagi negara kita Indonesia. Di usia kemerdekaan yang telah menginjak pada tahun ketujuhpuluh lima, tantangan semakin kuat dan akan semakin kuat pula kelak.

Tantangan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara itu meliputi banyak aspek, antara lain: ideologi, politik, sosial, ekonomi, budaya, dan pertahanan / keamanan.

Saya mencatat, dewasa ini setidaknya ada tiga tantangan yang harus kita hadapi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dengan catatan, butir pertama tidak berarti lebih penting dibanding butir-butir selanjutnya.

1. Ancaman Resesi

Sebagai akibat dari pemberlakuan protokol pencegahan Covid-19 yang membatasi aktivitas masyarakat, maka kegiatan ekonomi menjadi terhambat. Beberapa unit usaha bahkan terpaksa ditutup atau melakukan pemutusan hubungan kerja karena menurunnya aktivitas ekonomi masyarakat. Ada banyak dampak sosial ekonomi yang kemudian terjadi dan menimbulkan ancaman resesi.

Hal ini tidak bisa dihindarkan, karena pembatasan sendiri adalah suatu cara untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19. Ketidakdisiplinan terhadap aturan pembatasan di beberapa tempat telah mengakibatkan beberapa kasus terjadinya cluster baru yang menambah jumlah korban.

2. Masih lemahnya literasi digital masyarakat

Kalau dulu pada sekian dasawarsa lalu, salah satu tantangan kita adalah pemberantasan buta aksara, kini yang terjadi adalah lemahnya literasi digital masyarakat kita.

Literasi digital adalah pengetahuan dan kecakapan untuk menggunakan media digital, alat-alat komunikasi, atau jaringan dalam menemukan, mengevaluasi, menggunakan, membuat informasi, dan memanfaatkannya secara sehat, bijak, cerdas, cermat, tepat, dan patuh hukum dalam rangka membina komunikasi dan interaksi dalam kehidupan sehari-hari (Sumber: Literasi Digital (Gerakan Literasi Nasional). Jakarta: Sekretariat TIM GLN Kemdikbud. 2017. hlm. 8).

Seperti kita ketahui, didukung oleh kemajuan teknologi dan proses akselerasi pertumbuhan ekonomi yang terjadi pada periode 2015-2019, penggunaan alat komunikasi telepon genggam pada masa kini sudah menjangkau di hampir seluruh lapisan masyarakat. Tidak hanya untuk kepentingan bisnis, penggunaan alat komunikasi dibutuhkan oleh masyarakat untuk juga memenuhi kebutuhan bersosialisasi.

Namun hingga saat ini masih banyak diantara warga masyarakat kita, bahkan termasuk orang-orang berpendidikan tinggi, menggunakan ruang bersosialisasi pada media sosial (medsos) bukan untuk bersosialisasi tapi malah untuk memperoleh informasi dari sesama pengguna medsos yang tidak memiliki kapasitas sesuai bidangnya. Dan ternyata banyak diantara kita yang sudah merasa cukup dengan informasi apapun yang dibagikan di group medsos.

Jadi secara umum kita belum sampai pada tingkat kebutuhan memperoleh informasi dari sumber-sumber berita yang terverifikasi. Akibatnya, banyak terjadi kegaduhan di masyarakat sebagai dampak dari informasi yang disebarkan di media sosial oleh orang yang tidak memiliki kapasitas di bidangnya.

3. Lemahnya pemahaman ideologi bangsa

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, Sensus Penduduk 2010 menyebut ada 1.331 kelompok suku di Indonesia. Kategori itu merupakan kode untuk nama suku, nama lain/alias suatu suku, nama subsuku, bahkan nama sub dari subsuku.

Sementara untuk jumlah bahasa di Indonesia, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan atau Badan Bahasa telah memetakan dan memverifikasi sebanyak 652 bahasa daerah yang berbeda. Jumlah ini diperoleh dari proses verifikasi sejak 1991-2017. Namun, demikian jumlah ini bisa terus berubah seiring berjalannya waktu.

Keadaan ini sudah sangat disadari oleh para pendiri negara kita sejak dulu, hingga kemudian disepakati bahwa Pancasila adalah falsafah bangsa yang merupakan jatidiri bangsa Indonesia.

Banyak penelitian menyebutkan bahwa pemahaman mengenai arti pentingnya nilai-nilai Pancasila di masyarakat kita masih belum sesuai dengan harapan. Hal ini sangat berisiko memberi peluang masuknya pengaruh ideologi asing yang dapat sewaktu-waktu menggerus dan menggeser Pancasila. Jika dibiarkan, sudah tentu dapat melemahkan pondasi tatanan hidup berbangsa dan bernegara kita.


Menghadapi tantangan-tantangan tersebut di atas, kita tidak bisa hanya menyerahkan tanggung jawab kepada pemerintah saja. Setiap warga negara memiliki kesempatan yang sama untuk dapat berperan serta sesuai dengan kemampuan dan kapasitas kita masing-masing.

Menjaga iman dan takwa kita, menjalankan ibadah sesuai ajaran agama masing-masing, menjaga kepedulian terhadap sesama, memperkuat semangat berbagi, saling menghargai dan menjaga kerukunan lintas iman / kerukunan diantara sesama pemeluk agama, mengedepankan musyawarah, dan mewujudkan keadilan sosial, dst. adalah nilai-nilai luhur yang dijunjung bangsa Indonesia, yang terwujud dalam bentuk kearifan-kearifan lokal di tengah masyarakat kita sejak dulu, dan menjadi falsafah bangsa Indonesia yaitu Pancasila.

Kita harus kembali memperkuat kesadaran untuk mengamalkan nilai-nilai Pancasila sebagai jatidiri bangsa yang memperkuat persatuan dan kesatuan diantara seluruh komponen bangsa serta memperkokoh semangat bekerjasama dalam mengatasi berbagai persoalan dan tantangan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Dengan meneladani semangat juang para pahlawan dalam merebut kemerdekaan, dan dengan mengamalkan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam falsafah bangsa kita Pancasila, kita bisa bekerjasama untuk menghadapi aneka bentuk tantangan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Sekian. Merdeka!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun