Sering kali informasi palsu menggunakan kata pembuka yang heboh dan sensasional, menimbulkan emosi dan memancing emosi. Akibatnya orang langsung beraksi secara spontan, tanpa melakukan cek dan konfirmasi lebih dulu.
Menurutsaya ini sebenarnya akibat dari rendahnya minat membaca, malas mencari tahu lebih dalam tentang hal tersebut.
Nah, dengan mengenali beberapa karakteristik tersebut di atas, kita bisa melihat bahwa maraknya informasi palsu di tengah masyarakat tidak lepas dari faktor tumpulnya kecerdasan dalam menggunakan media sosial.
Pada masa pandemi seperti sekarang ini, dampak yang harus kita hindari dari maraknya informasi palsu adalah turunnya kepercayaan kepada para ahli medis.
Beralihnya kepercayaan masyarakat terhadap orang-orang yang tidak menguasai dunia medis menjadi ancaman bagi matinya kepakaran medis, yaitu ketika orang lebih percaya tentang pengobatan Covid-19 yang diuraikan oleh misalnya musisi atau seniman daripada kepada ahli medis yang memiliki kapabilitas dan kredibilitas di bidangnya.
Akibatnya, hilang kepatuhan orang terhadap nasihat dan protokol kesehatan Covid-19 yang diberikan oleh tenaga medis, ditolaknya kehadiran tenaga medis dan paramedis, dan bahkan mereka dianggap bagian dari konspirasi jahat untuk mengambil keuntungan ekonomi.
Kita tentu tidak mengharapkan terjadi hal demikian. Mari tetap cerdas dan menggunakan akal sehat, menjaga moral kita dan bekerja sama melawan pandemi.
Mohon maaf bila ada hal yang tidak tepat dalam saya mengemukakan pandangan. Sekian. Salam kebajikan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI