Mohon tunggu...
Triono Akmad Munib
Triono Akmad Munib Mohon Tunggu... -

If you believe, go forward never see at back..

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mana Pancasila? Mana?

1 Juni 2012   07:31 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:31 553
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pandeglang

6 Februari 2011

Aksi massa menyerang rumah pimpinan Ahmadiyah di Desa Umbulan, Kecamatan Cikeusik

3 jemaah Ahmadiyah tewas, 7 orang terluka

Temanggung

7 Februari 2011

Kerusuhan massa pasca persidangan penodaan agama di PN Temanggung

9 orang terluka, 2 gereja dibakar, gedung PN Temanggung dirusak, serta 3 mobil dan beberapa motor dibakar

Salah satu pertanyaan survei yang dilakukan oleh Pusat Pengkajian Islam dan Masyarkat (PPIM) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta adalah bagaimana jika umat Islam jika hidup berdampingan dengan kelompok atau agama lain secara setara. Ternyata, hasilnya cukup mengejutkan sebagian responden mengaku keberatan dan data yang terkumpul menunjukkan ada peningkatan sikap intoleran umat lain.

Sikap kaku yang ditunjukkan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia terkait adanya perbedaan agama ini tidak selalu berujung pelik. Namun hal ini bukan berarti pecahnya konflik sosial yang dipicu oleh perbedaan agama tidak ada sama sekali. Karena kenyataanya justru konflik yang dilatari oleh perbedaan agama masih dapat kita temui. Ini semua bermula dari sikap konservatif masyarakat Indonesia dalam menyikapi berbagai perbedaan yang ada. Di samping itu, faktor psikologis seperti menganut agama yang sama, juga turut memberikan kontribusi besar atas timbulnya konflik berlatar belakang agama tadi. Karena adanya perasaan menganut agama yang sama tadi seringkali direspon berlebihan. Jika sekelompok orang yang kebetulan merupakan penganut agama A, menindas seseorang atau sekelompok orang lainnya yang menganut agama berbeda, maka perlakuan sewenang-wenang tersebut akan ditanggapi oleh kelompok lain sebagai tindakan yang mencermarkan, menginjak-injak ataupun mencoreng agama dari korban intimidasi tadi. Secara sadar ataupun tidak, hal-hal (perasaan) semacam ini perlahan tumbuh subur dalam masyarakat itu sendiri. Sehingga secara naluriah, adanya hal-hal (kejadian) yang dirasa atau dianggap sebagai sesuatu yang melecehkan agama dan atau keyakinan tertentu akan menimbulkan respon serius oleh penganut agama bersangkutan. Karenanya hal-hal yang berkenaan dengan masalah keagamaan dan atau keyakinan merupakan sesuatu yang bersifat sensitif. Mungkin respon/reaksi yang dilakukan atas aksi yang dianggap mencoreng agama tertentu tadi tidak seketika pada saat itu juga, namun hal yang demikian ini justru akan berlaku sebagai bom waktu bagi masyarakat bersangkutan.

Indonesia? Ya Pancasila

Untuk mengatasi problem laten itulah yang menyebabkan demokrasi penting dan Pancasila dihadirkan kembali.[4] Pancasila itu adalah Indonesia, dan juga sebaliknya Indonesia itu adalah Pancasila. Maksudnya, segala apapun kondisi negara Indonesia, baik kondisi sosial maupun budaya termaktub di dalam penjelasan tiap sila dalam Pancasila. Melihat Indonesia berarti kita juga otomatis melihat Pancasila. Keberagaman negara Indonesia terinvetaris dengan sangat baik dalam Pancasila.

Para founding fathers negara ini menciptakan sebuah dasar dan ideologi negara bernama Pancasila bukan tanpa sebab. Dasar negara ini dibuat dengan sangat berhati-hati, teliti, detil agar bisa menjadi sebuah pondasi yang universal bagi bangsa. Kita ambil contoh, sila pertama pada Pancasila. Sila pertama memiliki makna yang sangat dalam bagi kerukunan antar umat beragama. Dalam sila pertama mengamanahkan kepada setiap umat beragama untuk bebas memeluk dan beribadah sesuai dengan keyakinan masing-masing. Oleh karenanya, kenapa sila pertama tidak berbunyi “Ke-Allahan yang Maha Esa”. Hal ini disebabkan di negara ini terdapat bermacam-macam agama dan kepercayaan, tidak hanya muslim. Dan negara ini tidak ada sedikitpun berorientasi membentuk negara Islam (seperti Arab Saudi). Sehingga implementasinya, setiap warga Indonesia sejauh mereka memiliki kepercayaan dalam dirinya dan beribadah sesuai dengan keyakinannya masing-masing negara menjamin keberadaannya.

Penutup

Di hari ulang tahun yang ke-67 dasar negara RI ini, marilah kita kembali kepada nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Inilah Indonesia, inilah yang harus kita syukuri sebagai negara dengan keanekeragaman didalamnya. Pancasila adalah jawaban yang sangat tepat bagi Indonesia. Pancasila adalah alat yang ampuh untuk mempersatukan perbedaan diantara kita. Selamat Hari Lahir Pancasila 1 Juni 1945-1 Juni 2012.

*) Mahasiswa Jurusan Ilmu Hubungan Internasional

FISIP Universitas Jember

[1]Majelis Permusywaratan Rakyat Republik Indonesia. 2011. Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003. Sekretariat Jenderal MPR RI

[2]Keadaan tidak bersatu padu; keadaan terpecah belah; hilangnya keutuhan atau persatuan; perpecahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun