Mohon tunggu...
Trio Muhamad
Trio Muhamad Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Main game, nyanyi

Selanjutnya

Tutup

Politik

Dampak Negatif Mempromosikan Kampanye Politik di Media Sosial

11 Februari 2024   08:35 Diperbarui: 11 Februari 2024   08:43 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
jabar.tribunnews.com

Pemilihan umum Capres dan Cawapres tahun 2024 merupakan momen yang sangat dinanti-nantikan dalam perjalanan demokrasi negara Indonesia kita tercinta. Dengan penuh antusiasme, para paslon capres dan cawapres saling bersaing bersaing untuk memperoleh dukungan masyarakat dengan visi, misinya, dan program kerja yang mereka tawarkan. 

Kampanye telah menjadi salah satu cara di mana ide-ide, kebijakan, dan komitmen para kandidat disampaikan kepada publik. Dalam dinamika pesta demokrasi ini, masyarakat memiliki peran dalam menentukan arah politik dan masa depan negara. Kendati penuh harapan, pemilu 2024 juga menghadirkan sejumlah tantangan dan pertanyaan kritis terkait integritas, transparansi, dan keadilan dalam proses demokratisasi. 

Dengan teknologi yang semakin canggih, banyak cara agar kampanye tersampaikan kepada masyarakatnya seperti menyebarkan informasi lewat media sosial agar para masyarakat milenial tahu akan informasi tersebut. Akan tetapi, kampanye juga dapat menimbulkan sisi negatifnya, tidak sedikit para pendukung yang saling menjelek-jelekkan para kandidat yang mereka tidak dukung, mulai dari menghina sampai menyebabkan kerusuhan, berikut beberapa dampak negatifnya. 

Munculnya berita hoax 

Salah satu dampak negatif dari promosikan kampanye yang pertama adalah dengan munculnya berita hoax. Tidak sedikit berita hoax muncul ketika masa pilpres tengah memanas, berita tersebut tentunya dibuat untuk paslon capres cawapres agar rasa percaya dan integritasnya menurun, alhasil yang awalnya pendukungnya banyak menjadi berkurang akibat dari informasi palsu. Berita hoax dapat mempengaruhi keputusan pemilih dengan menyebarkan informasi palsu atau menyesatkan, mengarah pada perubahan sikap dan preferensi pemilih. 

Memang para pendukung pasti menginginkan para jagoannya menang dan menjadi yang terbaik, dan ini tidak harus dengan cara yang tidak sehat seperti ini. Hadirnya berita hoax dapat menimbulkan masalah dalam kampanye pemilu. Munculnya berita palsu dapat meningkatkan ketidakpercayaan terhadap media, menyulitkan pemilih untuk membedakan antara informasi yang valid dan hoaks. 

Dan pendapat saya mengenai berita hoax tersebut merupakan sebuah tindakan yang tercela. Dapat membuat kepercayaan orang-orang menjadi berkurang dengan adanya berita hoax tersebut. Karena itu kita harus meminimalisir penyebaran berita hoaks dengan melibatkan upaya bersama dari pemerintah, media, dan masyarakat dalam meningkatkan literasi digital, verifikasi fakta, dan mempromosikan informasi yang akurat. 

Menimbulkan Perpecahan antar pendukung 

Dampak negatif selanjutnya yaitu dapat menimbulkan perpecahan atau kerusuhan antar pendukung paslon. Gara-gara informasi bisa dicari dengan mudah, banyak netizen yang sering menjelek-jelekan antar pendukung dari berbagai paslon capres dan cawapres. Sehingga, dapat menimbulkan perpecahan bahkan sampai permusuhan. 

Walaupun sudah di meminimalisir, perpecahan para pendukung masih tetap ada dari tahun ke tahun. Belum lagi ketika kampanye dilaksanakan secara offline, maka perpecahan atau permusuhan antar pendukung paslon tidak dapat dihindarkan. Faktor-faktor ini dapat memicu ketegangan antar pendukung, yang dalam beberapa kasus, dapat berkembang menjadi konflik fisik atau verbal. 

Mengenai perihal ini, saya tidak setuju karena, selain merugikan, akan banyak korban mulai dari terluka, bahkan sampai adanya nyawa melayang gara-gara konflik perpecahan antar pendukung capres yang mereka pilih. Kita sebagai rakyat yang bijaksana harusnya berusaha untuk bersikap rasional dan bersaing secara sehat. Penting untuk mempromosikan dialog dan pemahaman yang lebih baik antar kelompok masyarakat guna mencegah eskalasi konflik. 

Munculnya Akun-Akun Fake 

Dampak mempromosikan kampanye lewat media sosial yang terakhir yaitu, dengan kemunculannya akun fake. Biasanya yang sering buat akun fake tersebut adalah para netizen yang tidak suka dengan capres cawapres yang pastinya yang mereka tidak dukung. Selain itu kemunculan akun fake dapat memperburuk polarisasi politik. Berita palsu yang disebarkan melalui akun palsu dapat merusak reputasi calon dan partai, menciptakan ketegangan sosial, dan mengancam stabilitas politik. 

Dibuatnya akun fake tersebut untuk menjatuhkan partai-partai tertentu, sehingga khalayak yang tidak tahu itu akun fake akan dianggap percaya oleh mereka, alhasil menimbulkan permasalahan dan kesalahpahaman. Jadi hal inilah yang membuat pemilu menjadi memanas, karena banyaknya campur tangan orang. Agar terhindar dari kemunculan akun-akun palsu ini, menurut saya sendiri kita harus pandai memilih berbagai macam informasi. 

Alangkah baiknya kita jangan terlalu percaya dengan apa yang orang katakan, apalagi lewat media sosial. Kita juga harus mengidentifikasi dan menanggulangi akun-akun palsu serta meningkatkan literasi digital untuk meminimalisir dampak negatif dari penyebaran informasi palsu selama kampanye pemilu. 

Mungkin itulah beberapa dampak negatif dari promosikan kampanye pemilu lewat media sosial, ternyata berbahaya juga yah, sehingga dapat menimbulkan permusuhan sesama masyarakat Indonesia, walaupun tujuannya untuk mendukung paslon capres cawapres agar menang, akan tetapi tidak baik jika dilakukan dengan cara yang salah, kita sebagai masyarakat Indonesia harusnya tau bahaya tersebut dan bersaing secara sehat itu bisa menjadi lebih baik. Perlunya upaya bersama dari pemerintah, media, dan masyarakat untuk mengatasi dampak negatif ini melalui literasi digital, verifikasi fakta, dan peningkatan pemahaman masyarakat terhadap pentingnya informasi yang akurat dan transparan dalam proses demokrasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun