Mohon tunggu...
Penaku Laylie
Penaku Laylie Mohon Tunggu... Seniman - Aku Bernafas Maka Aku Ada - Tri Murti

Malaikat Bumi • Tri Murti • Inpeek Buku Perdanaku: Semangat Aku, kamu dan Kita

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jangan Takut Bermimpi Meski Belum Mampu

19 Juli 2021   01:38 Diperbarui: 19 Juli 2021   01:45 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Gadis itu terbangun sendiri. 

Hawa dingin malam yang meresap dalam tubuhnya membuat matanya terbangun kembali.  Seperti malam-malam sebelumnya. Dia merasakan hawa dingin malam yang mengusik dirinya. Entahlah, sudah beberapa tahun ini dia merasa tidak nyaman tidur malam dan gelisah sebab memikirkan keinginannya. Keinginan yang sudah lama dia impikan berharap segera mendapatkan jalan untuk mendapatkannya.

Diam dan merenung. Matanya mulai mengamati disekitar kamarnya bambunya. Mencari kertas dan sesuatu yang bisa dirasakan. Akhirnya ketemu juga. "katanya dalam hati"

Kemudian dia meracik kertas dengan tembakau serta cengkih yang masih tersisa. Dia mulai menyulut rokoknya. Seperti biasa temannya rokok sudah tersedia. Yaitu kopi bayangan seperti biasa.

Sejenak merenung sembari menikmati rokoknya. Dia mulai berbicara sendiri dengan jiwa raganya.

Apakah mungkin? "bisiknya dia dalam hati"

Dalam keterbatasan masihkah layak untuk bermimpi? "katanya dalam hati". Sedangkan aku saja belum mampu. Sedangkan aku masih terbatas kehidupanku. "dia mulai tersenyum seakan menghibur dirinya"

Ingin bercerita tapi kepada siapa lagi? "dia mulai tampak kebingungan". Tapi air matanya masih tenang terkendali.

Seperti khayalan tingkat tinggi saja. ha ha ha. "tertawa lirih".  Mau bercerita kepada siapa lagi ya? "bisiknya pelan".  

Sedang membicarakan keinginanku saja mereka jarang mau mengerti. 

Sedang dengan keinginanku saja mereka sedikit yang peduli. 

Ya, mungkin saja mereka benar. Sebab keinginanku yang terlalu tinggi.  ^_^

Mungkin saja mereka benar. Mungkin aku yang tidak sadar diri. Wajar saja mereka belum mau peduli.

Tapi, aku yakin aku bisa. "dia mencoba optimis dengan keinginannya".

Keinginanku bisa saja terwujud dalam waktu dekat. 

Sebab aku yakin bahwa Tuhan Maha Adil kepada hamba-Nya. "sembari tersenyum penuh semangat."

Apa yang dikehendaki oleh Tuhan kepadaku saat ini. Keterbatasan yang aku rasakan saat ini. Bukankah ini adalah  salah satu bentuk 

keadilan Tuhan untukku. Lalu kenapa aku harus bersedih hati? "dengan nada yang lemah dia mencoba menguatkan hatinya".

Malam semakin larut. Tapi dia belum ingin tidur kembali.

Dia masih merasakan hawa sekitarnya.

Mungkin saja alam menyampaikan tanda dari pesan yang dikirim oleh-Nya.

Mungkin saja alam memberi jalan dari petunjuk yang diberikan oleh-Nya.

Pada sampai saat ini. Dia masih tetap pada keinginan dan impiannya.

Bahwa segenap keinginannya akan bisa terwujud dalam waktu yang tidak lama.

Dia berdoa semoga kegelisahan dan kesedihannya segera berkurang.

Dia berdoa semoga jalan keluar untuk keinginannya segera terbentang.

Dalam keterbatasan yang dia miliki.

Keyakinan dalam dirinya terhadap Keadilan dan Kuasa Tuhannya tetap ada dan menyala di dalam hati.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun