Banyak orang bilang, bahwa Prabowo tak mungkin jadi presiden Indonesia karena Amerika Serikat (AS) tak menyukainya.
Jawabnya tegas ; Salah ! Pendapat itu hanya mitos.
Sebenarnya tak ada yang bisa benar-benar membuktikan bahwa seorang bisa menjadi presiden jika AS setuju.
Mari kita tengok yang terjadi di India. Selama ini, Washington bersikap keras dan sinis kepada Narendra Modi, Perdana Menteri India terpilih saat ini. Modi bahkan kesulitan mendapat visa AS. AS memang menolak Modi masuk ke negara itu pada tahun 2005. Padahal waktu itu menjabat sebagai menteri utama India.
Di mata AS, Modi yang berasal dari Partai Bharatiya Janata (BJP) ini bersalah. Dia diduga terlibat pada kerusuhan agama antara Muslim dan Hindu di Gujarat tahun 2002. Kerusuhan itu menimbulkan 1000 korban jiwa di kalangan Muslim. Keterlibatan Modi ini disangkal karena dia tak pernah dihukum di negaranya.
Di mata AS, Prabowo juga bersalah atas penculikan dan pelanggaran hak asasi manusia. Juga percobaan kudeta setelah mantan mertuanya, almarhum Presiden Suharto turun dari kekuasaan, meski belum terbukti kebenarannya.
AS yang merasa sebagai polisi dunia menolak memberikan visa AS untuk
menghadiri wisuda putranya di sebuah universitas di Boston. Sampai tahun 2012, AS masih melarangnya ke negara itu.
Belakangan ini, AS harus merevisi kebijakannya soal Modi. Presiden AS, Barack Obama mengisyaratkan hal itu dengan memberi ucapan selamat kepada Modi dan mengundang untuk berkunjung ke Gedung Putih.
Modi akan mendapat Visa A-1 yang memiliki kekebalan diplomatik dari Obama.
Kisah Modi juga akan mirip dengan kisah Prabowo jika ybs menjadi presiden. Hal ini diperkuat dengan sinyal Kedubes AS di Indonesia bahwa AS tetap “berkomitmen
terhadap hubungan dekat dengan Indonesia dan berharap hubungan itu
berlanjut.”
Jadi mitos bahwa Presiden satu negara tergantung dari sikap AS adalah pandangan yang harus diubah. Kedaulatan Indonesia adalah milik rakyat Indonesia.
Percuma AS bersikap seperti polisi dunia, karena sebenarnya Washington harus merangkul dan bekerja sama dengan siapapun kandidat yang dipilih oleh rakyat suatu negara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H