“Even if things don't unfold the way you expected, don't be disheartened or give up. One who continues to advance will win in the end.” ―Daisaku Ikeda. Kutipan tersebut menjelaskan tentang humanisme. Humanisme adalah sisi atau bagaimana cara melihat manusia dari kepribadian atau perbedaan jalan pemikiran manusia. Jalan pemikiran dalam menyelesikan masalah yang dihadapi oleh manusia dan mencari bagaimana mengatasi permasalah itu dengan membangun dirinya untuk melakukan hal yang positif. Kemampuan positif disini erat kaitannya dengan pengembangan emosi positif yang terdapat dalam domain afektif. Ciri khas yang paling nampak adalaha emosi. Humanistik tertuju pada bagaimana manusia mempengaruhi dan bagaimana berkembang dengan menghubungkan segala sesuatu dengan pengalaman pengalaman mereka sendiri. Teori humanisme ini dapat diterapkan pada sesuatu yang berhubungan dengan sosial, kepercayaan dan lainnya. Humanisme telah menjadi sejenis doktrin beretika yang luas hingga mencapai seluruh etnisitas manusia, berlawanan dengan adat atau sistem tradisional yang hanya berlaku bagi kelompok-kelompok etnis tertentu. Sangat banyak pencetus teori tentang humanisme. Namun, pada kesempatan ini saya akan memaparkan teori dari Abraham Harold Maslow dan Arthur Combs.
Abraham Harold Maslow dilahirkan di Brooklyn, New York, tahun 1908 dan wafat pada tahun 1970 dalam usia 62 tahun. Maslow keturunan Yahudi dan merupakan anak tertua dari tujuh bersaudara. Masa muda Maslow tidak semulus yang ia harapkan. Maslow memiliki hubungan buruk terhadap orang tuanya, terutama ibunya. Keluarganya berharap ia sukses dalam bidang pendidikan. Abraham Harold Maslow terkenal sebagai aliran psiklogi humanistik. Teori belajar humanisme menurut Maslow didasarkan pada asumsi bahwa di dalam diri individu ada dua hal, yaitu suatu usaha yang positif untuk berkembang dan kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan itu. Dia menganggap bahwa manusia dengan sebisa mungkin untuk memahami dan menerima dirinya sendiri. Abraham Harold Maslow terkenal dengan teori Hierarchy of Needs (Hirarki Kebutuhan). Pendapatnya bahwa manusia mengikuti apa yang hidupnya butuhkan atau kebutuhan hidupnya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut memiliki tingkatan mulai dari yang terendah fisiologis, safety and security needs, kasih sayang, harga diri, dan yang tertinggi self-actualization (kebutuhan akan aktualisasi diri).
Arthur W. Combs adalah seorang pendidik / psikolog yang memulai karir akademis sebagai profesor ilmu biologi dan psikolog sekolah di sekolah umum di Alliance, Ohio (1935-1941). Ia bergelar MA dalam Konseling, sekolah di The Ohio State University (1941) dan pada saat itu Carl Rogers tercatat sebagai mentor atau guru. Arthur Combs beranggapan bahwa guru tidak dapat memakasakan pembelajaran yang siswanya tidak suka dengan kehidupan mereka. Seorang siswa yang tidak pintar dalam pembelajaran sains bukan karena mereka bodoh tetapi mereka memiliki sudut pandang bahwa mereka tidak memiliki alasan penting untuk mempelajarinya. Guru harus mengerti siswanya dimana mencoba menguasai dunia presepsinya dan berusaha untuk mengubah pandangan tersebut. Combs memberikan lukisan persepsi diri dan dunia seseorang seperti 2 lingkaran yang bertitik pusat satu: Lingkaran kecil adalah gambaran dari persepsi diri dan lingkungan besar. Lingkaran besar adalah persepsi dunia. Makin jauh peristiwa-peristiwa itu dari persepsi diri makin berkurang pengaruhnya terhadap perilakunya. Jadi aktivitas yang sedikit pengaruhnya bagi orang tersebut mudah terlupakan. Arthur Combs mengatakan bahwa tingkah laku manusia dilihat dari sudut pandangnya. Hal ini berasal dari inner atau dalam yang membedakan seseorang dengan yang lain.
Manusia adalah makhluk yang paling sempurna. Terdapat 2 tokoh pencetus teori humanisme, yaitu Abraham Harold Maslow dan Arthur Comb. Teori Abraham Harold Maslow didasari dari Hierarchy of Needs (Hirarki Kebutuhan) yang memiliki tingkatan. Teori Arthur Comb didasari dari sudut pandang atau presepsi manusia dalam menjalani sesuatu. Menurut humanisme, belajar adalah memanusiakan manusia. Manusia di dunia ini mengeahui bagaimana menggapai energi positif yang ada disekitarnya dan berinteraksi satu sama lain. Manusia mendapatkan kebebasan dari Tuhan memiliki kesempatan dalam melaksanakan kehidupan secara mandiri untuk mencapai keberhasilan yang mereka inginkan. Sejalan dengan pemikiran tentang manusia yang berkembang dewasa ini,dimana manusia dianggap sebagai jati diri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H