Mohon tunggu...
Trinia Sefti Asih
Trinia Sefti Asih Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Ilmu Komunikasi

Mau jadi penulis yang dicintai pembacanya

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Membangun Generasi Emas dengan Smart Parenting untuk Menciptakan Hubungan Harmonis dengan Anak

28 Desember 2023   13:34 Diperbarui: 28 Desember 2023   13:43 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

Orang tua merupakan tempat pendidikan pertama dan utama bagi anak. Memutuskan bagaimana dalam membesarkan buah hati menjadi tantangan yang besar bagi setiap orang tua. Selalu ingin memberikan yang terbaik kepada anak merupakan naluri alami orang tua. Keinginan inilah yang membentuk pola asuh yang akan di berikan dan ditanamkan terhadap anak-anaknya. 

Setiap orang tua, wajib mendampingi dan membimbing anak di beberapa tahap tumbuh kembangnya, muai dari mendidik, merawat, melindungi, dan mengarahkan anak dalam kehidupannya, sebagai bekal anak di masa yang akan datang. Namun, terkadang masih banyak orang tua yang tidak menyadari pola asuh yang diberikannya keliru dan menimbulkan dampak negatif bagi anak. Seperti terlalu memanjakan anak, terlalu sering mengkritik, menuntut, mengancam, bahkan sampai melakukan kekerasan fisik. Hal ini menimbulkan konsekuensi yang merusak bagi anak dan berdampak hingga ia dewasa.

Hindari perilaku-perilaku yang merujuk pada kekerasan fisik ketika menghadapi si kecil, jangan sampai gelar toxic parents terlabeli dalam diri kita sebagai orang tua. Gangguan kecemasan, self-esteem rendah, gangguan kesehatan jantung merupakan dampak dari toxic parenting. Hasil survei yang dilakukan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) menunjukkan 4 dari 10 anak perempuan dan 3 dari 10 anak laki-laki yang berusia 13-17 tahun pernah mendapat kekerasan dengan berbagai macam bentuk kekerasan di sepanjang hidupnya. 

Data dari Susenas MSBP tahun 2021 menunjukkan presentasi balita yang pernah mendapatkan pola pengasuhan tidak layak sebesar 3,69 persen, data ini menurun dibandingkan pada tahun 2018 yaitu sebanyak 3,73 persen. Dampak dari pola asuh yang tidak layak ini berakibat ke psikologis anak kedepannya. 

Oleh karena itu, diperlukan kesadaran bagi orang tua untuk memberikan pola pengasuhan yang terbaik bagi buah hatinya. Smart Parenting merupakan keseluruhan dari apa yang orang tua lakukan baik besar maupun kecil, untuk menciptakan keseimbangan yang sehat dalam hubungan dengan anak-anak.

Smart Parenting menekankan pentingnya perasaan yang membantu orang tua dan anak dalam mengatasi berbagai macam emosi dengan pengendalian diri. Smart Parenting merupakan tindakan cerdas yang dilakukan orang tua lakukan untuk memberi panduan kepada anak dalam berinteraksi dengan lingkungan, baik dalam gaya bicara, tingkah laku, pengetahuan, maupun pola hidup. Lantas apa saja kah yang perlu kita lakukan saat mendidik anak?

Memberikan Pelajaran dengan Menentukan Cara Pelajaran yang Sesuai dengan Tingkat Usianya

Pada usia 0-2 tahun masuk pada tahapan sensori-motorik, mengenali lingkungannya dengan indra (sensor) dan tindakan (motorik). Si kecil akan mulai mencium, meraba, melihat dan menggerakkan anggota tubuhnya. Adapun cara mendirik anak pada usia ini adalah dengan terus mendampinginya serta memberi kasih sayang penuh sehingga si kecil merasa nyaman dan aman. 

Beranjak usia 2-6 tahun orang tua akan menyambut periode (problem age) atau biasa dibilang periode bermasalah, disini anak akan mulai mengeluarkan banyak tingkah laku seperti tidak menurut, tempertantrums, keras kepala, ketakutan akan sesuatu dan lain sebagainya. Pada tahap ini ajarkan anak untuk membentuk pribadinya, ajarkan anak untuk belajar menjaga emosi terhadap perubahan agar si kecil memiliki emosi yang seimbang. 

Usia 6-12 tahun merupakan masa anak-anak akan bersekolah dan mengenal lingkungan baru, disinilah pusat dari aspek intelektual anak akan dimulai. Ajarkan anak untuk menyesuaikan diri dengan teman-temannya, ajarkan mengenai perbedaan dan keberagaman.

 

Mengarahkan Anak kepada Perilaku yang Positif 

Cara mengajarkan anak-anak berperilaku positif adalah dengan menunjukkan kepada mereka caranya, karena tindakan lebih nyata daripada hanya sekedar kata-kata. Anak akan mengikuti contoh dari apa yang orang tua berikan kepadanya. 

Pilihlah Waktu yang Tepat dalam Memberikan Pengarahan

Pemilihan waktu yang tepat saat akan memberikan arahan kepada anak, sehingga lebih efektif nasihat tersebut tersampaikan  dan pastinya akan sangat memberikan pengaruh. Saat momen yang dipilih tepat, seperti saat anak sedang tenang dan bersedia mendengarkan, pesan-pesan penting dapat disampaikan dengan lebih efektif. Memilih waktu yang santai tanpa adanya gangguan juga menciptakan lingkungan kondusif untuk berkomunikasi antara anak dan orang tua, perlu memastikan pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik dan dapat dipahami oleh anak.

Kembangkan Kecerdasan Emosional kepada Anak

Penting bagi orang tua dalam mengembangkan kemampuan mengelola emosi kepada anak. Penelitian menunjukkan keterampilan kecerdasan emosional ini membantu mengelola emosi mereka sendiri dan berinteraksi lebih baik dengan orang lain. 

Orang tua memiliki peran penting dalam pembentukaan karakter anak-anak, perlu diingat bahwa setiap anak itu unik, dan pastinya berbeda dengan yang lainnya. Setiap momen, kesabaran, senyuman dan kata-kata dari orang tua  berdampak bagi anak-anak sampai dewasa. Pola asuh yang penuh kasih dan bijaksana menjadi landasan utama dalam membentuk karakter anak, membantu mereka tumbuh dan berkembang menjadi individu yang tangguh dan bertanggung jawab di masa depan. 

Referensi

https://wyethnutrition.co.id/cara-mendidik-anak-yang-baik-sesuai-dengan-usia

https://www.unicef.org/indonesia/id/topics/parenting?gclid=Cj0KCQiA4Y-sBhC6ARIsAGXF1g7Vq0V86PJn6iF-

zTsm343CphMNHhl2vioUHjOEKLCBmp7Cq_ssCncaAvqmEALw_wcB

https://parent.binus.ac.id/2018/08/pola-asuh-orangtua-dan-pengaruhnya-pada-anak/

https://jessup.edu/blog/academic-success/the-psychology-behind-different-types-of-parenting-styles/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun