Mohon tunggu...
trindy pauziah
trindy pauziah Mohon Tunggu... Mahasiswa - trindy pauziah

TRINDY PAUZIAH

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Implementasi Filsafat Nativisme

18 Desember 2021   20:56 Diperbarui: 18 Desember 2021   21:00 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Abstrak :

Filsafat di sini dianggap sebagai pendidikan nilai sekaligus pendidikan tentang pandangan hidup manusia yang sangat penting bagi perkembangan kepribadian manusia. Oleh  karena itu pengajaran filsafat harus dilakukan sejak usia dini terutama pada usia siswa sekolah dasar. Namun model pengajaran filsafat ereda dengan model pengajaran ilmu-ilmu lain. Dia mengundang orang untuk berpikir sendiri dan menemukan jawaan  atas pertanyaan dalam hidup. Namun filsafat bagi anak tidak menganggu proses belajar anak. Juga harus mempertimbangkan  konteks budaya lokal yang sebelumnya  ada di Indonesia.

Kata Kunci: Pendidikan Nilai, Program Filsafat untuk Anak, Metode Sokrates, Pendidikan Hidup.

Pendahuluan

Indonesia sebagai negara yang cukup potensial pada perkembangan pendidikan wajib sanggup menyesuaikan menggunakan kondisi kekinian .Keniscayaan akan format pendidikan yang lebih baik sudah menjadi "kewajiban" bersama pada usaha merealisasikannya. Melakukan suatu usaha pembebasan terhadap pendidikan yang selama ini banya diwarnai menggunakan nilai-nilai yang menghegemoni kreativitas berfikir anak didik telah mengharuskan kita berusaha merubah sembari memberikan konsep baru tentang pendidikan yang sebenarnya. Memberikan sepenuhnya peluang pada siswa pada rangka pengembangan kemampuannya sesuai menggunakan talent-nya, akan berimplikasi positif bagi pertumbuhan & perkembangannya secara alamiah (nature).[1]

 Filsafat pendidikan adalah ilmu yang membahas teori, praktik dan masalah pendidikan dari sudut pandang filosofis. Pendidikan memerlukan filsafat karena masalah pendidikan bukan semata-mata perwujudan pendidikan yang dibatasi oleh pengalaman, tetapi masalah yang lebih luas, lebih dalam dan lebih kompleks, tidak terbatas pada pengalaman, pengalaman atau peristiwa pendidikan, dan tidak memungkinkan ilmu pendidikan mengaksesnya.

 pelajaran Islam sebagai simetri sistem yang secara konsep, metode maupun sebagai spirit telah diimplementasikan di madrasah, pondok dan konvensi kursus Islam lainnya, adalah simetri keharusan jika lembaga kursus Islam berusaha melakukan berbagai inovasi dan pemodernan secara bersimultan bagian dalam sketsa memperkuatkan kualitasnya

 Pembahasan

 Manusia dalam pandangan Islam, selalu dikaitkan dengan suatu kisah tersendiri. Manusia tidak semata menggambarkan sebagai hewan tingkat tinggi yang berkuku pipih, berjalan dengan dua kaki dan pandai berbicara. Dalam Islam manusia lebih luhur dan ghaib.[2] Banyak pendapat tokoh yang menuangkan pikirannya mengenai manusia, misalnya Omar Mohammad Al-Taumy Al-Syaibany yang mengatakan bahwa manusia adalah makhluk yang mulia, manusia juga merupakan makhluk yang mampu berpikir dan manusia merupakan makhluk tiga dimensi (yang terdiri dari badan, ruh dan kemampuan berpikir), manusia didalam proses tumbuh kembangnya dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu keturunan dan faktor lingkungan.[3]

 Sebenarnya manusia itu terdiri dari 3 unsur yaitu: 1) Jasmani: terdiri dari air, kapur, angin, api dan tanah; 2) Ruh: terbuat dari cahaya (nur). Fungsinya hanya untuk menghidupkan jasmani saja; 3) Jiwa: manusia memiliki fitrah dalam arti potensi yaitu kelengkapan yang diberikan pada saat dilahirkan ke dunia. Potensi yang dimiliki manusia dapat di kelompokkan pada dua hal yaitu potensi fisik dan potensi rohania. Ibnu sina yang terkenal dengan filsafat jiwanya menjelaskan bahwa manusia adalah makhluk social dan sekaligus makhluk ekonomi. Manusia adalah makhluk social untuk menyempurnakan jiwa manusia demi kebaikan hidupnya, karena manusia tidak hidup dengan baik tanpa ada orang lain. Dengan kata lain manusia baru bisa mencapai kepuasan dan memenuhi segala kepuasannya bila hidup berkumpul bersama manusia.

 Nativisme adalah pandangan bahwa keterampilan-keterampilan atau kemampuan-kemampuan tertentu bersifat alamiah atau sudah tertanam dalam otak sejak lahir. Pandangan ini berlawanan dengan empirisme, teori tabula rasa, yang menyatakan bahwa otak hanya mempunyai sedikit kemampuan bawaan dan hampir segala sesuatu dipelajari melalui interaksi dengan lingkungan. Aliran ini bertolak dari Leibnitzian Tradition, atau kemampuan dari diri anak. Sehingga faktor lingkungan tidak berpengaruh dalam faktor pengembangan pendidikan anak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun