Mohon tunggu...
Tri MS
Tri MS Mohon Tunggu... Apoteker - mantan PNS

Orang biasa yang selalu ingin belajar dan berbagi....

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kemajemukan Pejabat : Belajar dari Susunan Kabinet (II) Pak Beye

21 Oktober 2011   11:47 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:40 1782
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

4. Rentang Usia Menteri yang termuda adalah Helmy Faizal Zaini (Menteri PDT) yang berumur 39 tahun, sementara wakil termuda adalah Denny Indrayana, yang juga berumur 39 tahun. Sedangkan menteri yang tertua adalah Joko Kirmanto, Menteri Pekerjan Umum, berusia 68 tahun.

Kalau menurut UU No 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, mereka yang berusia lebih dari 60 tahun adalah golongan lanjut usia (lansia). Menteri yang termasuk lansia ada 12 orang menteri/wakil menteri, berusia dari 50 - 60 tahun ada 28 orang, dan berusia 40 - 49 tahun 13 orang. Yang berusia di bawah 40 tahun ada 1 Menteri dan 1 wakil menteri. So, rentang usia di atas 50 tahun, yang lebih banyak mewakili jadi menteri/wamen (ada 40 orang). Jadi, mereka adalah orang yang sudah mature, barangkali dengan kredo " Life start at 50+"

Jika dilihat dari tempat kelahiran, ternyata ada 2 menteri yang lahirnya di luar negeri, yaitu Menteri Keuangan yang lahir di Belanda dan Kepala BKPM yang lahir di Singapura. Sementara, yang bersuami expatriat adalah wakil menteri Kemendikbud, yaitu Prof Wiendu Nuryati, yang suaminya adalah David Sanders, PhD, asal Kanada yang juga mengelola Pusat Kajian Pariwisata UGM.

5. Keturunan Menteri Jika ditanya apakah jadi menteri itu ada garis keturunan? Ternyata ada sedikit benarnya, karena 2 orang menteri yaitu Linda Gumelar ternyata juga anak seorang bekas menteri, yaitu menteri pariwisata di jaman orba, Achmad Tahir . Sementara Armida Alisyahbana adalah anak bekas menteri orde baru, Muchtar Kusuma Atmaja. Sementara Kepala BIN, Marciano Sasono, adalah anak mantan Pangdam Jaya, Mayjen Norman Sasono.

Itulah sisi pro pluralism-nya kabinet pak Beye. Ya, memang seorang negarawan  seperti pak Beye harus mempertimbangkan dimensi kemajemukan NKRI, sehingga putra-putri terbaik NKRI bisa terrepresentasi dalam kabinetnya. Semoga dimensi kemajemukan dan pluralisme yang dicontohkan pak Beye ini juga menjadi pertimbangan para bupati/gubernur dalam memilih pejabat-pejabatnya di daerah, meskipun dalam atmosfer otonomi daerah. Demi kemajuan dan menjaga keutuhan NKRI!!.

Pak dan bu menteri dan wamen, selamat bertugas membangun negeri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun